06 DAKA.

491 58 9
                                    

Selamat membaca
.
.
.

.
.
.

tangis Kayla pecah, tubuhnya bergetar hebat. Ia benar-benar tidak sanggup melihat wajah berlumur darah bubu nya. Hatinya benar-benar hancur, apalagi ketika mendengar ucapan dokter bahwa ibunya harus segera menjalani operasi transplantasi ginjal nya.

Dibawah tangisan semesta, Kayla menjerit keras. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat bubunya yang terluka.

Selama ini Kayla selalu berusaha kuat demi melindungi ibunya, tapi manusia biadab itu dengan teganya menabrak bubu nya sehingga seperti ini. Kayla benar-benar tidak ikhlas. "AGHHHH!"

Ia tidak akan membiarkan orang itu hidup hidup dengan tenang jika nanti terjadi sesuatu hal  kepada bubunya. Sampai mati pun Kayla akan mencarinya, itu janji Kayla.

"Kayla ha-rus apa tuhan?" Lirih Kayla dengan terisak. Kepalanya terasa sangat sakit, pikirannya benar-benar berkecamuk.

Tujuan hidupnya memang untuk kesembuhan ibunya, ia rela berkerja banting tulang, mengumpulkan uang untuk operasi bubunya. Tapi untuk saat ini tabungannya masih sangat jauh dari kata mencukupi. Kayla harus berbuat apa, tuhan? Ia benar-benar tidak bisa berfikir jernih.

"Bangun, Nak," tutur seseorang menghentikan tangis Kayla. Bahkan tanpa ia sadari pria dewasa itu memayungi tubuh basah Kayla.

Melihat Kayla yang hanya terdiam sembari terisak, pria itu menarik pelan tubuh Kayla agar beranjak dari tempatnya, "bangun, nanti kamu bisa sakit," ungkapnya lagi.

"Kayla nggak peduli, hati Kayla udah hancur." Sahut Kayla dengan lirih namun terdengar sangat dingin.

"Kamu butuh uang bukan?" Mendengar itu, refleks kepala Kayla mendongkrak, ia tatap wajah tampan pria dewasa itu. "Saya akan membantu kamu, dengan satu syarat."

Mendengar itu refleks kepala Kayla mendongkrak, "Apa pun syaratnya akan Kayla lakukan." Tutur Kayla sungguh-sungguh, mungkin ini jawaban dari Tuhan atas segala doanya. Dan Kayla tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

✿⁠ 

"Dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah bla....."

Di detik itu juga, status Kayla benar-benar berubah. Tanpa sepengetahuan orang lain, air matanya jatuh, sakit tapi ia harus kuat demi bubu nya. Lagian ini hanya lah sebatas perjanjian dan ketika semuanya selesai serta bubu nya sembuh, semua akan berakhir bukan?

Kayla cukup menjadi pengajar pribadi untuk pria asing itu, yang sialnya sekarang menjadi suaminya. Setelah ia bisa merubah pola pikir dari pria brandal itu, tugas Kayla selesai. Ia pun akan hidup bahagia dengan bubunya. Bukan kah begitu?

Malam ini juga, bubunya akan segera menjalani operasi transplantasi ginjal. Ia harap pengorbanan nya ini tidak sia-sia, bubunya pasti bisa sembuh.

Tanpa ia sadari bibirnya mengukir sebuah lengkungan manis, Kayla benar-benar tidak sabar menunggu kesembuhan bubunya.

Ia tidak sabar mengajak bubunya kembali berkeliling taman komplek, makan sepiring berdua, masak berdua, nonton film berdua. Memikirkan nya saja bisa membuat Kayla terbang, saking bahagianya.

"Ikut gue," cetus seseorang membuyarkan lamunannya, tangannya ditarik dengan sangat kasar. "Sakit."

Bahkan pria itu tidak memperdulikan rintihan kecilnya, ia terus menarik tangan kecil Kayla menuju taman belakang yang ada di rumah sakit ini. Iya, Kayla menikah tepat di rumah sakit Pratama.

"Lepas, bodoh!" Cetus Kayla kesal, pergelangan tangannya terasa sangat ngilu.

"Lo denger baik-baik, hubungan Lo sama gue hanya sebatas kertas! Jadi jangan harap Lo mendapatkan nafkah dari gue, paham Lo!"

"Satu lagi, gue nggak mau anak sky tau tentang aib gue yang menikahi orang miskin kayak Lo!" Lanjutnya lagi, Kayla hanya diam sembari tersenyum. Siapa juga yang mau nikah sama orang sombong seperti dia? Dia pikir Kayla menikah dengannya karena keinginan nya? Kayla menikah dengannya hanya karena kepepet, kalau bukan karena bubunya Kayla juga tidak Sudi menerima tawaran dari pak Pratama.

Prasetan jika nanti beasiswa nya akan di cabut.

Iya benar, pak Pratama adalah seorang pengusaha hebat bahkan sekolah yang kini ia tempati adalah milik pak Pratama. Mengetahui akan persyaratan bodoh itu Kayla sempat menolaknya, tetapi setelah ia pertimbangan kan lagi, Kayla menyetujuinya karena Kayla sadar tidak seharusnya ia egois, kebahagiaan nya urusan belakang yang terpenting kesembuhan Bubunya terlebih dahulu.

Percuma ia bahagia tetapi bubunya tidak ada di sampingnya, lebih baik ia mati. Karena Kayla sadar kebahagiannya bukan tercipta dari dirinya sendiri melainkan dari Sarah lah, Sarah adalah sumber kebahagiannya.

Tangan kurus Kayla menepuk pelan pundak pria itu, ia tersenyum tipis, "Lo denger baik baik, Gue nggak perduli dengan semua itu. tugas gue disini cuman buat jadi pengajar pribadi Lo! Gue nggak perduli dan nggak tertarik buat kenal Lo lebih dekat," sungut Kayla, tanpa permisi ia langsung melenggang meninggalkan Darrel yang mematung dengan tangan mengepal, marah.

"Shit!"

◍◍

Sejak pukul 19.20 sampai 23.03 pintu ruangan operasi masih belum dibuka. Kayla benar-benar di buat khawatir, ia takut operasi yang dokter lakukan, gagal. Pikiran Kayla sudah tidak karuan,  bahkan ia tidak bisa berfikiran positif, saking takutnya kehilangan Sarah.

"Kay? Duduk sini," panggil bi Enoh, mau tidak mau Kayla pun menghampiri kursi yang diduduki bi Enoh dengan pikiran kacau.

Kayla mendudukkan tubuhnya, tangan dinginnya di raih oleh Bi Enoh. "Bubu kamu akan baik-baik saja, kamu jangan khawatir. Dia itu wanita yang kuat, dia bisa lawan penyakit nya yang nggak seberapa." Ucap bi Enoh, mencoba menenangkan pikiran Kayla.

Kepala kayla tertunduk, air matanya kembali menetes, "Ayla takut, Bi," Lirih Kayla pelan.

Bi Enoh menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya, "Sarah akan baik-baik aja, kamu percaya kan sama keajaiban tuhan? Bubu kamu akan sembuh Kay, itu kan impian kamu?" Kayla mengangguk pelan.

"Bubu kamu akan sehat seperti sedia kala dan impian kamu akan tercapai, bukan begitu Kayla?" Bi Enoh melepaskan pelukannya, ia tatap Lamat wajah lelah Kayla.

"Tapi bagaimana kalau operasinya ga—"

"Kamu nggak percaya sama keajaiban tuhan?" Sela Bibi membungkam mulut Kayla. Ia bukannya tidak percaya, ia hanya takut. Takut hari itu datang, hari dimana bubunya akan pergi meninggalkan nya selamanya. Kayla masih belum siap dan tidak akan pernah siap.

Ceklek...

Mendengar suara decitan knop pintu membuat Kayla langsung mendongkrak, tanpa permisi ia langsung menghampiri dokter yang menangani bubunya. "bubu baik baik saja kan Dok? Operasinya berjalan dengan lancar kan? Bubu Kayla bakal sehat seperti dulu kan Dok?" Berbagai pertanyaan Kayla berikan, ia benar-benar tidak sabar menunggu kesembuhan Bubunya.

Dokter tersenyum mendengar beberapa tuntutan jawaban dari Kayla, "ibu kamu baik baik saja, walaupun tadi denyut jantung nya sempat berhenti selama kurang lebih 25 detik, tetapi semuanya dapat tertangani berkat doa dan mukjizat dari Tuhan."

"Setelah ini ibu kamu akan di pindahkan ke ruangan High Care Unit (HCU) karena Bu sarah masih perlu mendapatkan pengawasan ketat."

Mendengar itu Kayla mengangguk paham, "Tapi bubu akan segera sembuh lagi kan Dok?" Dokter Hasan mengangguk sembari tersenyum, "insyaallah, kamu doakan saja. Kalau gitu saya permisi."

"Terimakasih Dokter," tutur Kayla dengan sangat tulus.

















Publikasi
Rabu, 02-11-2022









DA KA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora