Part 15 - Aku Rindu Papa

1K 74 0
                                    

Oh di mana kah
Kau yang dulu mencintaiku?
Kini kau telah berubah
Kau acuhkan diriku

Biar waktu yang merelakan
Setiap keping kenangan
Tuk hapus sedihku

🎶 Hanin Dhiya - Biar Waktu Hapus Sedihku 🎶

***

Anasya membuka pintu utama rumahnya dengan gerakan perlahan. Rumahnya sepi dan hening. Sumi dan suaminya juga tidak kelihatan. Ia pun segera melangkah menuju ke kamarnya.

"Jam berapa ini?"

Anasya menghentikan gerakan. Ia menatap ke arah Fajar yang tengah berdiri sambil berkacak pinggang. Ada Jessica di sampingnya juga.

Sepulang dari pantai tadi, Elang mengajak Anasya ke cafe untuk makan. Mereka bercanda dan bercerita banyak. Meski kebanyakan Elang yang bercerita, Anasya hanya mendengarkan. Bahkan Anasya dan Elang sempat bernyanyi di cafe itu menggunakan gitar sebagai pengiring.

Alhasil, Anasya baru sampai rumah sekarang. Jam delapan malam.

"Ke mana aja lo baru pulang? Habis ngelonte?" tanya Jessica.

Anasya hanya menunduk. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sekali pun ia menjelaskan, tak akan ada yang percaya.

Fajar mendekat ke arah Anasya. Ia menarik dan mencengkeram dagu Anasya dengan kasar. Otomatis Anasya langsung mendongak. Matanya tertutup, ia tidak berani menatap wajah marah Fajar. Air matanya juga sudah luruh begitu saja.

"MAU JADI APA KAMU, HAH?!!" bentak Fajar di depan wajah Anasya. Lalu, Fajar melepas cengkeraman tangannya di dagu Anasya dengan kasar. "MAU JADI APA ANAK SEKOLAH JAM SEGINI BARU PULANG?!!"

"Maaf, Pa," lirih Anasya dengan suara gemetaran.

"Hukum aja, Pa. Suruh dia tidur di luar lagi. Malu-maluin doang anak kayak dia tuh," ucap Jessica mengompori. Untung saja Rheta belum pulang, ia pulang besok. Jika Rheta ada di rumah, sudah pasti wanita itu akan ikut mengompori.

"Aku ... aku cuma main kok, Pa. Aku nggak ... nggak macam-macam," ucap Anasya berusaha menjelaskan.

Plak!

Anasya merasakan pipinya memanas. Ia terkejut, sangat terkejut. Anasya tidak menyangka bahwa Fajar akan menamparnya. Menamparnya dengan begitu keras. Pipi Anasya sampai memerah, perih, panas.

"Saya malu punya putri seperti kamu!" bentak Fajar. Tatapannya murka, mengarah pada Anasya yang memegangi sebelah pipinya.

"Usir aja dia lah, Pa. Nggak ada gunanya juga dia di sini," ucap Jessica. "Ngabisin makanan sama duit Papa aja."

"Jangan, Pa ... jangan usir," ucap Anasya memelas. Ia tidak tahu akan ke mana kalau ia sampai di usir.

"Nggak," ucap Fajar. "Kamu gantiin tugas Bi Sumi sama suaminya."

Anasya menatap Fajar dengan tatapan sendu. Menggantikan tugas pembantu?

"Mereka udah dipecat."

"Kok dipecat?" tanya Anasya. Ia menggeleng. "Nggak!"

Sumi dan suaminya sangat baik bagi Anasya. Apalagi Bi Sumi, ia sudah seperti ibu kedua bagi Anasya. Sumi selalu menghibur Anasya ketika sedih, Sumi juga melindungi Anasya. Sekaran beliau dipecat, Anasya bagaimana?

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang