Part 25 - Pergi Saja

1.2K 77 3
                                    

Mengapa kini kau jauh berbeda

Demi dirinya kau tinggalkanku
Tahukah engkau perasaan ini
Sungguh sakit, sakit hatiku

Kau tak pernah mengerti perasaan ini
Kau bilang kau cinta aku
Tapi kau memilihnya

Kau tak jujur padaku
Tentang perasaanmu
Kau tinggalkan cinta ini
Untuk dirinya

🎶 Rio Febrian - Mengerti Perasaanku 🎶

***

"Udah?" tanya Elang, kepalanya berputar sedikit ke belakang.

"Udah apa?" tanya Anasya.

"Turun," jawab Elang.

Anasya menautkan alisnya. "Lah ini udah turun."

Elang cengengesan. Lalu, ia turun dari atas motor dan meletakkan helmnya di atas tangki.

Pulang sekolah, Anasya langsung diculik Elang dan dibawanya ke rumah Elang. Anasya sebenarnya sudah menolak, ia takut pulang kemalaman. Tapi, Elang terus membujuknya. Akhirnya di sinilah Anasya sekarang, di halaman rumah yang ada di perumahan elit.

"Itu rumah Marra tuh." Elang menunjuk rumah bercat abu-abu yang ada di depan rumahnya persis.

"Oh." Anasya menyahut malas. "Deket ya."

"Kalo dari sana ke sana, rumahnya Satya, Aldan, Justin, Ricky, sama Deska," ucap Elang. Ya, rumah mereka memang berderet, tetanggaan.

Anasya hanya mengangguk-anggukan kepala menanggapi ucapan Elang.

"Eh, ayo masuk. Mami udah nungguin di dalem," ajak Elang seraya merangkul Anasya.

"Mami kamu tahu aku mau ke sini?" tanya Anasya.

"Tau lah," jawab Elang. "Kemarin tuh Mami bilang, ngira aku pacaran sama Marra. Soalnya kan aku sama Marra tiap hari telponan, tiap malem main bareng juga."

"Hm." Anasya hanya menjawab dengan gumaman.

"Tapi aku bilang ke Mami kalo pacar aku tuh bukan Marra, tapi kamu. Terus Mami minta aku buat ajak kamu ke sini deh," ucap Elang menjelaskan.

"Oh gitu," balas Anasya singkat.

Anasya dan Elang melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu. Pintu utama rumah sudah terbuka, mereka berdua tidak perlu memencet bel apalagi mengetuk pintu.

"Mamiii! Pangeranmu pulangggg!" teriak Elang.

Anasya memukul pelan lengan Elang. "Jangan teriak-teriak ih!"

"Udah biasa," ucap Elang sambil nyengir.

"Ya jangan dijadijn kebiasaan juga."

Tak lama kemudian, Verin muncul dari arah dapur dengan memegang spatula. Apron biru juga ia pakai di tubuhnya.

"Eh ada calon mantu."

Anasya tersenyum malu-malu. "Assalamu'alaikum, Tan." Anasya menyodorkan tangannya, hendak bersalaman.

"Tangan tante kotor," ucap Verin tak enak hati karena menolak uluran tangan Anasya.

"Cuci tangan dulu lah, Mi," ucap Elang.

"Tanggung lagi goreng ikan." Verin menatap Anasya. "Bantuin tante masak aja yuk, di dapur."

Elang memeluk pinggang Anasya dengan posesif. "Nggak boleh! Enak aja pacar aku dibabuin."

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang