Part 39 - Hari Pernikahan

1.8K 93 30
                                    

Karamnya cinta ini
Menenggelamkanku di luka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku meski ku tak rela

Salahkah diriku hingga saat ini?
Ku masih berharap dirimu tuk kembali

Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu

🎶 Naaf - Kenanglah Aku 🎶

***

"Pa, aku mau ke Jogja."

Fajar menghentikan kunyahan dalam mulutnya ketika mendengar ucapan Anasya barusan. Pria paruh baya itu menelan makanan di mulutnya, kemudian meminum air putih. Barulah ia bicara menanggapi.

"Jogja? Mau apa?" tanya Fajar. "Katanya kamu mau libur setahun dulu baru kuliah?"

Anasya menunduk, ia agak ragu mengatakannya. "Nggak kuliah, Pa. Cuma mau ... mau nenangin diri aja."

Fajar menghembuskan napas perlahan. Lalu, ia berdiri dan pindah tempat duduk di samping Anasya persis. Ia memeluk Anasya dari samping dan menyalurkan kekuatannya. Semalam, ketika Rinai ke sini, ia baru tahu kalau Anasya ditinggal nikah. Rasanya pasti sakit sekali.

"Yang sabar ya," ucap Fajar sambil mengusap rambut Anasya.

Bukannya tambah kuat, Anasya malah meneteskan air mata mendengar ucapan Fajar tersebut.

"Cengeng, ah. Jangan nangis," ucap Fajar sambil terkekeh. Ia mengusap air mata di pipi Anasya. "Kamu itu anak kuat. Yang perlu kamu lakukan saat ini hanyalah ikhlas dan sabar. Kalau kamu ikhlas, Tuhan akan menggantikan dengan yang lebih baik lagi."

"Tapi aku sayang banget sama Elang, Pa," ucap Anasya masih menangis.

"Kalau kamu cinta sama seseorang dan orang itu ingin pergi, lepaskan. Bukankah cinta seharusnya saling membahagiakan? Kalau dia nggak bahagia sama kamu, ya biarkan dia cari kebahagiaan dia sendiri," ucap Fajar. "Papa tahu ini nggak adil buat kamu, tapi lebih nggak adil lagi buat dia kalau tetap bertahan sama kamu padahal dia nggak bahagia."

Anasya mengusap air matanya dengan kasar. Lalu, ia mendongak ke atas menatap langit-langit. Tujuannya agar air matanya tidak jatuh lagi.

"Anasya," panggil Fajar.

Anasya menoleh ke arah Fajar. Kedua pipinya ditangkup oleh tangan Fajar. Mata ayah dan anak itu saling menatap dengan teduh.

"Kamu janji sama Papa, jangan pernah menangisi lelaki manapun. Air matamu terlalu berharga, Sya. Banyak lelaki di luar sana yang sama sekali tidak layak kamu tangisi. Orang-orang yang sudah menyakitimu, sama sekali tidak pantas mendapatkan air matamu," ucap Fajar. "Janji sama Papa, jangan pernah nangis lagi apalagi menangisi lelaki."

Anasya mengangguk pelan.

"Janji?" tanya Fajar.

"Iya, janji," jawab Anasya dengan suara serak.

Fajar melepaskan kedua tangannya dari pipi Anasya. Tangannya bergerak mengelus rambut panjang Anasya lagi yang digerai seperti biasanya.

ANASYA (End)Where stories live. Discover now