Part 29 - Ternyata

1.1K 82 3
                                    

Yang menusuk relung hati yang paling dalam
Hanya diri sendiri
Yang tak mungkin orang lain akan mengerti

Di sini kutemani kau dalam tangismu
Bila air mata dapat cairkan hati
Kan kucabut duri pedih dalam hatimu
Agar kulihat senyum di tidurmu malam nanti

Anggaplah semua ini
Satu langkah dewasakan diri
Dan tak terpungkiri
Juga baktiku

🎶 Last Child - Pedih 🎶

***

"Anjing semua!" ucap Elang seraya menghempaskan pantatnya di sofa ruang tamu.

Di perjalanan dari markas ke rumah, ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Elang tengah disulut oleh emosi sekarang.

"Bisa-bisanya sih Satya nggak bales dendam?!" kesalnya.

"Kenapa, Lang?" tanya Verin yang muncul dari balik pintu kamarnya. Melihat putranya seperti itu, ia segera duduk di samping Elang.

"Nggak papa, Mi," jawab Elang malas.

"Ya udah kalo nggak mau cerita," ucap Verin pada akhirnya. "Ada Marra di atas."

"Di kamar aku?" tanya Elang.

Verin mengangguk. "Tadi nangis kayaknya."

Elang menegakkan tubuhnya. "Nangis kenapa?"

Verin hanya menanggapi dengan mengangkat bahunya cuek.

Elang berdiri dari duduknya. "Aku ke kamar dulu ya, Mi."

Tanpa menunggu balasan dari Verin, Elang langsung menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Tangan kanan Elang menyentuh knop pintu. Dengan gerakan perlahan, ia mendorong pintu kamarnya yang bercat putih itu.

Yang dibilang Verin benar. Di kamar Elang ada Marra yang tengah berada di atas kasur, ia meringkuk ke sisi kanan. Elang segera menghampiri Marra ketika melihat bahu gadis itu bergetar seperti tengah terisak.

"Ra," panggil Elang seraya menyentuh bahu Marra.

Menyadari keberadaan Elang, Marra segera duduk dan langsung berhambur memeluk Elang. Tangisnya semakin pecah, Marra semakin terisak.

"Hei, kamu kenapa?" Elang mengusap-usap bahu Marra dengan lembut.

"Egy ... Egy selingkuh," jawab Marra terdengar tidak jelas.

Elang melepas pelukan. "Kok bisa? Kamu tau dari siapa?"

"Aku liat sendiri," jawab Marra. Lalu, ia menjeda. "Egy jalan sama cewek, gandengan tangan di mall."

"Kamu labrak?"

Marra menggeleng pelan. Wajahnya sudah dipenuhi oleh air mata yang bening.

"Harusnya kamu labrak, tampar, putusin!" suruh Elang berapi-api.

Marra menggeleng cepat. "Aku nggak mau putusin dia."

ANASYA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang