EXTRA PART 3

2.4K 86 12
                                    

Beberapa tahun kemudian...

"Frela hati-hati!" teriak Anasya ketika melihat putri semata wayangnya lari menjauh darinya.

"Nggak usah dikejar, Sya. Dia mau nyamperin Vega," cegah Elang. Ia mencekal pergelangan tangan istrinya itu.

"Aku takut Frela jatuh lari-larian kayak gitu," ucap Anasya.

"Dia udah gede, Sya. Nggak mungkin jatuh," ucap Elang sambil terkekeh. Terkadang ia gemas dengan Anasya yang sangat hati-hati mengenai semua hal yang berkaitan dengan Frela.

"Gede gimana? Frela tuh masih kecil, masih kayak anak ayam yang bunyinya piyik piyik piyik," balas Anasya.

"Kita ke Satya sama Rinai aja yuk!" ajak Elang.

"Aku mau ke Frela!"

Anasya melangkahkan kakinya mengejar Frela yang sudah lumayan jauh. Gadis kecil itu berbaur bersama para tamu undangan di pernikahan itu.

Hari ini adalah hari pernikahan Satya dan Rinai. Pernikahan mereka digelar secara outdoor. Terkesan sederhana namun indah dengan background pantai.

"Vega!" panggil Frela dengan suara cemprengnya.

Lelaki cilik itu menoleh ke arah Frela dan matanya langsung berbinar-binar. Namanya Vega, anak semata wayang Deska dan Reva. Frela dan dirinya memang seumuran, hanya berpaut berapa bulan saja.

"Flela, Vega dali tadi nyaliin Flela tau," ucap Vega yang masih cadel.

"Oh ya? Flela balu sampai," balas Frela. Keduanya sama-sama cadel, lucu sekali suara mereka. "Kamu nyembunyiin apa?"

Vega menunjukkan cengirannya ketika Frela berusaha mengintip sesuatu yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Vega bawa bunga? Buat tante Linai?" tanya Frela.

Vega menggeleng kecil. Lalu, ia mengeluarkan bunga mawar merah dari balik tubuhnya. "Ini buat Flela," ucapnya manis.

Frela memegang kedua pipinya, mulutnya sedikit terbuka saking terkejutnya. "Buat Flela?" tanyanya seraya mengambil alih bunga itu.

"Iya, buat Flela," jawab Vega. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Flela suka?"

"Suka banget." Frela memandangi bunga di tangannya, sesekali menghirup aromanya.

"Kata Papi, mawal melah artinya cinta,"ucap Vega. "Pas buat Vega yang cinta sama Flela."

Pipi Frela memerah sampai telinga, ia senyum malu-malu. "Telima kasih, Vega."

"Flela cinta juga sama Vega?" tanyanya. Kecil-kecil udah berani nembak, kayaknya gedenya bakal jadi pakboi.

"Flela jug--"

"Eh rupanya di sini kamu ya," ucap Deska yang menghampiri dua bocah itu bersama Reva, Anasya, dan Elang.

"Bunda dari tadi nyariin kamu," ucap Anasya dengan raut kesal. Ia menggandeng tangan Frela dan bertekad untuk tidak melepaskan putri tercintanya itu.

"Jadi bunganya buat Frela, hm?" tanya Reva seraya berjongkok untuk menjajarkan posisinya dengan Vega.

"Iya, Mi," jawab Vega.

Deska tertawa. "Lo tahu, Lang? Pas berangkat ke sini, Vega rusuh banget di mobil. Rengek minta mampir ke toko bunga. Ya gue turutin dong ya. Dan dia minta beli bunga itu, ternyata buat anak lo."

Elang ikut tertawa renyah, salah satu tangannya mengusap rambut Vega. "Dua anak ini bucin banget keliatannya ya. Gede nanti, harus kita jodohin mereka berdua."

ANASYA (End)Where stories live. Discover now