Hari 30, Kembara Tanpa Ujung

255 117 195
                                    

Hebat, kita sedikit lagi menyelesaikan sesuatu yang fantantis.
Mengenyampingkan realita, aku tahu kita lebih berarti dari apapun.
Sebaliknya, egois menjadi kata yang merajalela dalam diri ini.

Jangan biarkan ada kata berakhir.
Frasa yang satu itu kuhapus mentah-mentah dari glosariumku, kamus kisah kita, bahkan dari peradaban masa kuno.
Berjalan sendiri ketika kita sadar kedua mata kita masih buta akan dunia luar, bukankah akan menjadi separuh alur yang konyol?
Buana kurang asupan cerita yang penuh sendu-intrik pun senda gurau, kamu sudah tahu seharusnya.
Maka satu-satunya cerita yang buana nantikan adalah milik kita.

Sudahlah, akui saja.
Belum sempat kita berpisah, kita malah menghangatkan hati dalam peluk dan tatap yang sama.
Bibir kita yang sempat bertemu, beradu tak ingin mengusaikan candu.

Kembara ini berliku, tidak sedikit pun kurelakan kamu kehilangan "kita".
Kita sendiri tak akan kuasa melepas prahara cinta yang kita ciptakan.
Keterlaluan jika pelancongannya gantung,
nanti akan jadi sia-sia, serba tanggung,
hingga sungkan sendiri di penghujung.

B e r t a h a n ; tetaplah menjadi kita yang selama ini dan kita yang saling mencintai
(sampai akhir yang belum kita tentukan).

Haihai👐
Terima kasih yang sudah mengikuti hingga akhir. Akhir? Yep, ini adalah bagian terakhir dari puisi "Kelana".
Aku harap sejauh ini Kelana bisa menginspirasi, lalu semoga kalian akan rindu dengan cerita ini setelah ini.
Kalau rindu jangan ragu kembali lagi ke Kelana, ya! Hihi^^

Sampai jumpa di lain hari✨
–kita masih punya stok kesempatan temu yang lain, 'kan?

KLM #1: Kelana | ✔Where stories live. Discover now