[[ ꧒ ; Mengapa Orang Terjatuh? ]]✅

130 28 16
                                    

02. Mengapa orang terjatuh?
Supaya dia belajar untuk bangkit lagi.
~Batman Begins~

MASIH teringat dalam memori ketika Bapak menentang Aryo untuk tidak mengikuti OSN, sebenarnya boleh ikut asalkan bidang yang diambil bukan Fisika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MASIH teringat dalam memori ketika Bapak menentang Aryo untuk tidak mengikuti OSN, sebenarnya boleh ikut asalkan bidang yang diambil bukan Fisika. Sampai pada akhirnya Aryo tetap nekat ikut dan lolos meskipun juara dan membawa pulang medali perak. Bapak senang bukan kepalang waktu itu malah sangat bersyukur karena bukan medali emas yang ditunjukkan putra bungsunya.

Waktu seolah berjalan mundur dua tahun sebelumnya. Aryo kembali teringat kenangan tak elok dari masa lalu tersebut hidupnya semula baik-baik saja, tetapi semua mendadak kacau ketika secara terang-terangan mengutarakan keinginannya kepada Bapak ingin melanjutkan pendidikan kuliah, lalu mengambil ilmu Fisika. Respons Bapak kontan berubah seperti macan mengamuk yang dibangunkan saat sedang tertidur pulas, pertentangan mentah-mentah itu tanpa alasan pasti. Alih-alih memberi jawaban masuk akal Bapak malah memintanya agar mengambil studi arkeologi atau pendidikan sejarah seperti Mas Yudis.

Bapak hanya mengatakan, jika beliau memiliki harapan besar terhadap Aryo karena bagaimanapun nantinya kerajinan gerabah yang ada di Kasongan dan toko gerabah di Beringharjo ini akan menjadi miliknya.

"Pak, ini ada titipan dari Ibu," ucap Aryo siang itu membuka pembicaraan saat Bapak sedang sibuk membuat wedang jahe.

"Taruh di meja kerja Bapak saja, Le," balas Bapak tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari cangkir dan teko.

Aryo menurut tanpa menjawab, setelah meletakkan bungkusan tersebut di meja dia melangkah menghampiri posisi Bapak, niat hati ingin membantu, tetapi baru melangkah satu jengkal dari posisinya Bapak sudah membalikkan badan seraya membawa dua cangkir berisi wedang jahe. Kendati cuaca di luar sangat panas Bapak tetap menikmati jenis minuman yang satu ini.

Aryo hendak mengambil alih dua cangkir yang ada di tangan Bapak, tetapi beliau menolak bantuan tersebut. "Sudah, biar Bapak saja. Kamu lebih baik duduk saja di amben."

Lagi, Aryo hanya menurut tanpa berucap seraya mengikuti langkah Bapak menuju tempat yang langsung berhadapan dengan pintu masuk. Kini, keduanya sudah duduk di amben saling berhadap-hadapan dengan posisi bersila. Sikap dingin Bapak membuat Aryo bingung bukan main.

Selang beberapa detik Bapak memalingkan wajah menatap Aryo. Spontan lelaki bermata elang itu merasakan perasaan campur aduk Bapak memang sedang menatapnya dengan teduh, tetapi entah mengapa tatapan tersebut cukup membuat jantungnya seperti sedang berpacu dalam melodi. Aryo berdehem sembari menelan ludah.

"Hari ini Bapak akan pulang ke Kemusuk atau Kasongan?" Aryo bertanya guna mencairkan situasi canggung.

"Kemusuk," jawab Bapak singkat dan cepat. Masih terus menatap Aryo seolah putranya itu merupakan mangsa yang sangat empuk untuk dilempar ke kandang buaya. "Tapi sepertinya Bapak pulangnya agak larut." Tanpa disangka-sangka Bapak malah membuka suara padahal Aryo sudah bersiap-siap untuk berkata-kata lagi.

The Last SecondWhere stories live. Discover now