[[ ꧓꧗ ; Menjalankan Misi ]] ✅

26 5 0
                                    

37.  H+6 Kematian Bapak.

 ARYO mengenal Profesor Abdul sebagai sosok lelaki yang cerdas, berwibawa, pengetahuan luas, bahkan tidak ada celah bagi lelaki tua itu untuk dikatakan kotor atau tidak baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


 
ARYO mengenal Profesor Abdul sebagai sosok lelaki yang cerdas, berwibawa, pengetahuan luas, bahkan tidak ada celah bagi lelaki tua itu untuk dikatakan kotor atau tidak baik. Aryo tidak menyangka dibalik kesempurnaan tersebut ternyata ada noda yang tidak bisa dia lihat menggunakan kacamata manusia. Tidak menyangka lelaki yang selama ini menjadi panutan dalam hal akademik memiliki hati melebihi iblis maupun setan paling kejam di dunia.
 
            Profesor Abdul yang selalu menunduk amat dalam kepada Bapak sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Hassan justru menari-narikan pantat apabila sedang berada di belakang Bapak. Tidak Aryo sadari pergerakan licik tersebut, Profesor Abdul bak seorang penjahat profesional seperti dalam film atau novel thriler. Pergerakannya tidak bisa terendus, bahkan bisa menyusun skenario begitu epik.
 
            Gelar mentereng serta menjadi lulusan terbaik di salah satu Universitas terbaik di Indonesia serta pernah mengenyam pendidikan keluar negeri, memiliki jam terbang tinggi dalam hal ekskavasi dan meneliti peradaban kuno ternyata tidak menjamin moral dan etika selaras dengan sederet prestasi yang pernah diraihnya. Menjadi salah satu dosen FIB yang disegani lantaran terkenal dengan disiplin, bijaksana, dan tidak segan-segan memberi nilai E pada setiap mahasiswa/i-nya apabila ketahuan berbuat curang atau terlambat mengumpulkan tugas.
 
            Profesor Abdul yang menangis tergugu di depan nisan Bapak selama berjam-jam semata sekadar sandiwara belaka. Profesor Abdul yang menampilkan raut bela sungkawa dengan sangat tulus ternyata tipu muslihat, bahkan sampai menegarkan perasaan Ibu yang jatuh bangun karena kehilangan sosok Bapak. Andai saja Ibu tahu lelaki tua yang sudah dianggap sebagai keluarga itu ternyata pengkhianat ulung.
 
Penipu.
 
Iblis.
 
Setan.
 
Monster.
 
Bahkan Dajal sekalipun.
 
Segala bentuk rupa yang sangat buruk sampai kata manusia tidak pantas lagi disematkan kepada sosoknya. Ibu pasti tidak akan menyunggingkan senyum lebar-lebar ketika melihat kehadiran beliau. Malah akan kehilangan kewarasan dengan membalas perbuatan kejinya. Mungkin kalau setan bisa menegur sapa dia akan menunduk dalam-dalam, lantaran perannya sudah digantikan oleh sosoknya.
 
            Aryo benar-benar tidak menyangka.
 
            Apa yang dikatakan Mas Yudis memang benar, dua hari setelah perbincangan dini hari itu anggota dari tim penyelidik datang ke rumah dan memberitahu beberapa fakta mengejutkan. Ada yang datang menyerahkan diri sebagai pelaku perampok sekaligus orang yang menghabisi nyawa Bapak.
 
Profesor Abdul memainkan perannya begitu bagus, andai kata Aryo belum mengetahui belangnya mungkin tidak akan sadar kalau hal tersebut sekadar akting semata. Tidak ada yang menyadari kejanggalan dalam kasus Bapak karena semua orang sedang menikmati suasana berkabung. Keluarga pun memutuskan menyerahkan kasus tersebut kepada tim penyelidik tidak mau ikut campur lagi, kalau memang pelaku suka ditangkap agar diberi sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku di negeri ini.
 
            Bulik Hanna tadinya menentang dan merasa ada sesuatu yang terlewatkan, tetapi keputusan tersebut berasal dari mulut Ibu yang mau tidak mau semua orang harus menyetujui. Toh, Aryo sudah tahu yang sebenarnya, tinggal menuruti perkataan Ibu kemudian dia akan bertindak sendiri menangkap pelaku yang sebenarnya. Urusan Ibu biarlah nanti, untuk sekarang ini Aryo tidak mau banyak orang yang tahu mengenai belang Profesor Abdul. Biarlah masalah ini dia dan Mas Yudis saja yang mengurusi, itu saja sudah lebih dari cukup.
 
            Hari ini Aryo sudah membuat janji temu dengan Mas Alam, anggota tim penyelidik yang tidak lain merupakan sahabat Mas Yudis dan John. Mas Alam membeberkan beberapa fakta yang nyaris ditutupi oleh atasan mereka, Arta. Artalah yang bekerja sama dengan Profesor Abdul dengan dibantu oleh John. Kang Masnya tidak bisa ikut lantaran ada jadwal mengajar sampai sore. Mas Alam sejak awal sudah menduga kalau ada yang tidak beres mengenai kasus Bapak, diam-diam Mas Alam menyelidiki kasus tersebut di luar perintah atasan dan tanpa sepengetahuan anggota yang lain.
 
            Sampai pada akhirnya tindakan Mas Alam tercium oleh John, tadinya mengira atasannya tersebut akan murka. Namun, malah sebaliknya, John membantu penyelidikan tersebut serta mengakui perbuatannya yang sudah menghilangkan jejak pada malam pembunuhan Bapak. John menemukan bukti yang hampir saja dimusnahkan oleh Arta. Bukti tersebut berisi tentang hasil asli dari autopsi Bapak dari dokter forensik yang melakukan pembedahan pada mayat Bapak. Bukti-bukti tersebut menjurus kepada Profesor Abdul.
 
            “Hasil autopsi menjelaskan kematian Bapakmu bukan karena luka tusuk, tetapi dibunuh dalam keadaan tidak sadar menggunakan sebuah zat yang disuntikkan pada salah satu ujung kuku. Luka tusuk yang terlihat itu sebagai pengalihan agar semata-mata tampak seperti habis dirampok.”

The Last SecondWhere stories live. Discover now