- five -

6.3K 460 33
                                    

"Semua karakter, organisasi, tempat, dan kejadian adalah fiktif"

•●•●•●•●•●•●•●•

Sebulan terasa sangat lama bagiku, sedikit rasa menyesal telah mengambil pekerjaan ini namun juga merasa beruntung karna gaji yang aku terima di awal cukup besar hingga mampu untuk membeli obat Ara.

Yang membuatku sedikit tidak nyaman adalah kehadirannya. Jungkook selalu makan di restoran dan dia akan berlama-lama disana.

Memang bukanlah hakku untuk memprotes tindakannya. Dia yang mempunyai kuasa di kapal pesiar ini dan juga dia adalah tamu. Sedangkan aku adalah pelayan yang siap melayaninya.

Seharian sudah, tapi sampai malam ini aku belum melihat batang hidungnya. Beruntungnya aku. Bukannya aku tidak suka dengannya, hanya rasa malu yang lebih menguasaiku setiap kali melihat wajahnya.

Aku takut dia akan berpikir kalau aku adalah wanita murahan. Sesuai dengan julukan yang diberikan oleh warga Seoul untukku. Aku menghela nafas sambil melipat napkin di ujung koridor. Berada di kapal pesiar ini seperti burung yang terjerat di dalam sangkar. Kau bisa menghidup udara namun tidak bebas.

"Apa yang sedang kau pikirkan sampai napkin itu terlipat sangat kecil?" Aku menoleh ke asal suara yang membuatku terkejut.

Suara tegas seakan memergoki karyawannya yang sedang bermalas-malasan. Bisa dibilang dialah yang memberiku gaji, tapi datang untuk melihat pelayan langsung bukankah sedikit berlebihan??

"Maaf. Saya salah karna sudah melamun di jam kerja." ucapku buru-buru merapikan napkin dan ingin segera pergi dari sini.

Pergerakannya sangat cepat hingga membuat napkin yang tadi susah payah kulipat berserakan dilantai. Sedangkan aku sudah dipojokkan di dinding. Saking dekatnya tubuh kita, aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku.

"Nam Jieun, apa kau masih belum mengingatku?" Jungkook menatapku tajam, tangannya masih mengunci pergelanganku. Pun bibirku masih terkatup, tak bisa menjawab pertanyaannya.

Hal itu membuat Jungkook semakin mendekatkan wajahnya, sangat dekat bahkan bisa dibilang bibirnya menyentuh hidungku.

"Kenapa wajahmu memerah? Kamu mengingatnya kan??"

Mana mungkin wajahku tidak memerah saat kau mendekat seperti ini? Bahkan aku bisa mendengar suara detak jantungku yang seperti gendang.

"Tidak!"

Jungkook melepaskan cengkramannya dan merunduk untuk membereskan napkin yang berserakan di lantai. Awalnya aku pikir dia melakukan hal itu setelah mendengar jawabanku.

"Jieun, apa—. Ah, apa yang sedang anda lakuan Mr. Jeon?"

Tapi ternyata dia medengar suara langkah Madam Clara yang menuju kesini. "Tadi aku sedang mencarimu, dan tidak sengaja menabrak nona ini." Wah, pintar sekali dia berbohong.

"Jieun, kenapa diam saja? Ambil napkin itu, kau sungguh tidak sopan!!" Teguran yang diberikan Madam Clara membuatku sadar dengan situasi ini.

"Maafkan saya."

"Sudah, aku yang salah. Oh ya, bisa kita berbincang sebentar, Madam?" Sebelum pergi, Jungkook menoleh ke arahku sambil mengedipkan matanya.

 Oh ya, bisa kita berbincang sebentar, Madam?" Sebelum pergi, Jungkook menoleh ke arahku sambil mengedipkan matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huah, beruntunglah jantungku masih berada di tempatnya (jantung author yang copot liat Jungkook nge-wink.) Apa jadinya kalau Madam Clara tidak datang kesini. Tapi sepertinya nanti aku akan mendapat teguran darinya.

•••

Setelah berlayar cukup lama akhirnya kapal berhenti di Poet Hongkong. Semua yang berada di dalam kapal terutama tamu bisa turun untuk berjalan-jalan selama dua hari. Sedangkan karyawan mendapat kesempatan selama satu hari. Itu pun harus bergantian.

"Permisi, apa Madam mencari saya?"

"Ambillah, dan pergilah kesini."

Madam Clara memberiku amplop bewarna putih. Didalamnya ada sepucuk kertas bertuliskan alamat.

"Tapi, saya baru bisa keluar besok pagi. Dan juga, saya tidak mengerti maksudnya ini?"

Madam Clara beranjak dari kursinya dan menghampiriku, "kau bisa mendapatkan libur selama dua hari. Aku tidak tau bahwa kau sedang tidak sehat. Dan ini adalah tempat makan favoritku, pergilah kesana."

Aku semakin tidak mengerti dengan maksud yang dibicarakan oleh Madam Clara, tapi melihat wajahnya yang merasa bersalah akhirnya aku menerima amplop itu dan pergi ke alamat yang dituju.

Ya, tidak ada salahnya aku pergi hari ini. Besok aku tidak akan mengambil libur. Aku tidak mau membuat Fung Yi kerepotan.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam menggunakan kereta bawah tanah, akhirnya aku sampai di Old Town Central Hongkong. Sebuah kedai yang tidak begitu besar namun sangat asri.

Mungkin karna jalan masuk kesini cukup sulit, jadi tidak ada pengunjung. Bisa dibilang hanya aku seorang yang datang ke tempat makan ini.

Selama aku menjadi model, aku harus menjaga makanku. Bahkan saat ke luar kota ataupun keluar negri aku akan menahan diri untuk tidak kuliner. Hanya apel dan suplement yang selalu aku konsumsi. Tapi aku tidak pernah menyesalinya.

Disaat seperti inilah aku ingin mencoba makan sepuasnya, apalagi setelah melihat harga yang tertera—sangat ramah di kantong.

"Aku harus berterima kasih kepada Madam."

Puas menikmati makanan yang membuat perutku hampir meledak, aku berencana untuk berjalan-jalan sebentar di Old Town. Belum juga keluar dari pintu, seseorang yang sangat tidak ingin kutemui berada didepanku.

Dia menghalangi jalanku untuk keluar, lagi-lagi bukankah ini kebetulan yang sangat aneh? Kenapa juga dia berada di kedai seperti ini?

"Oh, kau sudah datang?"

Aku menoleh ke belakang. Pelayan pria yang tadi mengantarkan makananku yang mana juga seorang kokinya menyapa Jungkook.

"Xièxiè, Lei."

Tanpa minta persetujuanku, Jungkook sudah menggandeng tanganku. "Tu—tunggu. Apa yang sedang anda lakukan??"

"Kencan."

"Hah?! Tolong lepaskan dan jangan bercanda."

Langkahnya terhenti, dia berhadapan denganku tapi tidak melepaskan genggamannya.

Bodohnya aku yang baru menyadari bahwa kedai tadi bukanlah rekomendasi dari Madam, melainkan Jungkook. Mereka mempermainkanku.

"Kenapa kau melakukan itu?"

Jungkook tersenyum, "akhirnya kau berbicara informal denganku. Memangnya apa yang aku lakukan? Aku hanya ingin kau beristirahat sejenak."

"Terima kasih. Kalau tau itu ulahmu aku tidak akan mau pergi ke kedai itu. Apa yang akan dipikirkan oleh Madam Clara terhadapku? Setelah malam itu, dan rekomendasi tempat makan. Pasti akan ada perbincangan tentangku. Ah, orqng sepertimu tidak akan mengerti."

Aku melepaskan tangan Jungkook dengan kasar dan berlari menjauhinya. Aku tidak perduli dengan apa yang akan dia pikirkan tentangku saat ini.

Sakitnya mendengar seseorang berbicara di belakang dan didepan tentang keburukan dan prasangka tentangku sungguh membuaku ingin menghilang dari kehidupan. Bagaimana dia bisa melakukan hal sekejam ini? Aku yakin dia mempermainkanku. Dia sudah tau tentangku dan masalah beberapa tahun silam

Aku mengurungkan niat untuk berjalan-jalan di Old Town dan memilih kembali ke kapal. Akan lebih baik jika aku benar-benar menghindarinya. Sampai pekerjaan ini selesai.





••• tbc •••


Hallo... Apa kabar semuanya??
Terima kasih semua atas semangatnya.. 💜
Terima kasih udh vote dan komen.. 💜
Love ya!!

SEQUOIA | | mature | |Where stories live. Discover now