Bab 5

357 188 32
                                    

~Egois~

Selamat reading!🍁

_________________________________________

"Aldi kita mau kemana?" tanya Clara yang terlihat kebingungan. Pasalnya Aldi membawa Clara tanpa mengatakan apapun padanya. Namun Aldi terlihat begitu bersemangat membawa Clara. Entah Aldi ingin membawa Clara kemana. "Kamu akan tahu jika kita sudah sampai."

Saat Mereka sampai Clara terpukau dengan pemandangan alam yang begitu indah ternyata di belakang rumah Aldi pemandangannya begitu bagus. Ada sungai yang memiliki air yang jernih dan tenang.

"Ayo kita naik ke atas." seru Aldi sambil menunjuk rumah pohon, namun Clara menolaknya.

"Aku tidak berani."

"Ayolah"

Aldi menarik tangan Clara sembari berjalan menuju tangga. Awalnya Clara ingin menolak, namun karena Clara takut Aldi akan kecewa akhirnya dia terpaksa ikut.

Saat sampai di atas Clara sangat kagum melihat pemandangan kota dari atas, Aldi tersenyum melihat Clara bisa tersenyum.

"Kamu suka?" tanya Aldi memastikan, Clara mengaguk. "Pemandangannya sangat cantik."


"Tapi tak secantik dirimu" potong Aldi terkekeh.

"Gombal." Cetus Clara yang kemudian di balas tawa oleh Aldi.

Mata Clara tertuju pada salah satu rumah dari atas, kini kesedihan kembali terukir di wajahnya, "Andai aku bisa sebahagia itu."


Clara merasa sedih saat melihat keseruan orang lain bersama keluarga dan sahabatnya dari kejauhan. Entah kapan Clara bisa merasakannya.

Aldi menghampiri Clara yang sedang duduk di pinggir dan ikut duduk sambil memegang pundak Clara. "Sabar Ra, suatu hari kamu pasti akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari itu."


Clara menatap Aldi dengan tatapan sedih. "Apakah itu akan terjadi?"

Aldi kembali tersenyum sembari mencubit pelan kedua pipi Clara. "Bukankah sekarang kamu sedang merasakan kebahagiaan itu?"


Clara menepis pelan kedua tangan aldi. "Kebahagiaan apa?" jawabnya cemberut,

"Ihh gemes" ucap Aldi terkekeh melihat Clara cemberut. Lalu Aldi kembali melanjutkan perkataanya, "Ya, kebahagiaan mempunyai sahabat yang bisa mengerti keadaanmu. Bukankah kamu menginginkan sahabat seperti itu? Sahabat yang mau mendengarkan keluh kesahmu, sahabat yang mau menjadi tempat bersandar di kala terjatuh dan sahabat yang bisa membuatmu tersenyum? Bukankah semua orang berhak bahagiah walau tak bersama keluarga?" ujarnya sambil menghela nafas.


Clara memandang Aldi dengan tatapan terharu. "Makasih sudah mau menjadi sahabatku." balas Clara sambil memeluk Aldi dan di balas pelukan.


Aldi kemudian melepas pelukannya dan memandang Clara dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Ada sesuatu yang ingin Aldi tanyakan. "Sebenarnya apa penyebab keluargamu sejahat ini kepadamu?"


Clara mengalihkan tatapannya, dia menatap ke bawah sambil meremas jari-jarinya.

"Ceritakan saja kepadaku, aku akan siap mendengarkan keluh kesahmu. Bukankah kita sahabat? Jangan hanya kamu saja yang merasakan kesedihan itu, biarkan aku juga merasakannya." kata Aldi yang berusaha membujuk Clara agar mau menceritakan semua kesedihannya.

Clara mengalihakan pandangannya dan menatap Aldi dengan tatapan yang begitu menyedihkan. "Apakah setelah aku menceritakan semuanya, kamu akan percaya dengan kejadian ini?" Aldi mengaguk sambil tersenyum.

Clara menghela nafas dan mulai menceritakan masalahnya.

"Aku adalah anak haram, ya! itu yang selalu mereka katakan kepadaku. Mereka sama sekali tak pernah mengaggapku ada, aku selalu di anggap sebagai anak pembawa sial"

Kini Clara terlihat memendungkan air matanya, berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Aku sangat sedih ketika mereka terus menyiksaku seperti ini. Kata nenek dulu aku mempunyai seorang tante namanya Mersa. Tante mersa adalah adek kesayangan ibuku.

Dulu dia selalu bahagia namun karena seseorang yang sangat membenci keluargaku menghilangkan kehormatannya, Tante mersa hampir saja mengakhiri hidupnya ketika dia tahu bahwa dia hamil." Clara menunduk mengingat kejadian yang begitu sakit jika di ingat kembali.

"Dan saat anak yang di kandungnya lahir. Ada seseorang yang menukarnya dengan putri ibuku. Dan anak itu adalah antara aku dan Helena. Aku tahu bahwa aku anak kandung mereka, tapi mereka terlalu mempercayai di satu sisi saja hingga mereka tak melihatku bahwa akulah putri mereka dan bukan Helena"

Clara sudah tak bisa lagi menahan air matanya, saat ini dia sudah meluapkan semuanya.

"Aku mengetahui itu karena nenek dulu meninggalkan sepucuk surat dikamarku sebelum dia meninggalkan dunia ini.

Saat itu aku masih berumur sembilan tahun dan saat aku membukanya ternyata surat itu berisi tentang test DNA yang menyatakan akulah anak kandung dari David dan Mega.

Saat itu aku sangat senang, aku berusaha mengumpulkan keberanian agar bisa memberitahukan semuanya tapi lagi-lagi selalu saja tak ada yang mau mendengarkanku. Dan sekarang aku bingunag harus bagaimana lagi, semua orang membenciku."

Lalu Clara menatap mata Aldi dengan penuh harapan.

"Aldi, aku minta kepadamu jangan pernah tinggalkan aku, hanya kamu yang aku miliki saat ini" Pintanya.

Aldi tersenyum sembari mengengam kedua tangan Clara.

"Aku janji, aku akan selalu ada untukmu. Kesedihanmu adalah kesedihanku juga. Aku akan berusaha menjadi sahabatmu sampai kapanpun itu, tidak ada yang akan memisahkan kita kecuali kematian"

Clara langsung memeluk Aldi, Aldi pun membalas pelukan itu.

"Aku sangat menyanyagimu Aldi"

"Aku juga sangat menyanyangimu"

~Hujan apakah kau memiliki sahabat? Jika kau memilikinya maka katakanlah kepadanya ajarkanlah aku cara menjadi sahabat yang baik, seperti sahabatmu yang selalu bisa menguatkanmu di saat dirimu terjatuh~

~Aldi~

#Masih butuh kritik dan saran. Jika ada yg ingin memberikan kritik atau saran dari cara penulisanku. Saya akan sedia menerimanya:)

#semoga ceritanya tidak membosankan😊


07 Des 2020^^

Egois (Clara) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang