Bab 19

209 36 36
                                    

Orang itu lari, saat Aldi ingin mengejar Clara menahan tangan Aldi. "Mau kemana? Jangan tinggalin aku" pintanya. Aldi bingung harus beralasan apa? Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk mengejar orang itu. Lagi pula jika nanti dia mengejar dan tiba-tiba rasa takutnya datang. Entah apa yang akan terjadi padanya.

Setelah Clara mengobati lukanya, Aldi mengajak Clara untuk jalan-jalan. Aldi tau suasana hati Clara saat ini lagi tidak baik. Dia ingin sekali menghibur Clara, ingin selalu ada untuk Clara, ingin menjaganya dan ingin memberikan kebahagiaan.

"Aldi, kita mau kemana?," tanya Clara yang kebingungan melihat Aldi terus mengandeng tangannya. Aldi tersenyum lalu terus mengandeng tangan Clara melangkah.

"Duvan!," ucapnya begitu senang. Ini pertama kalinya Clara ke duvan. Dari kecil Clara ingin sekali merasakan jalan-jalan ke duvan tapi, keluarganya tidak pernah ingin membawanya ke Duvan karena dia dianggap anak haram dan juga pembawa sial.

Clara menarik tangan Aldi, agar cepat berjalan masuk ke dalam. Clara terlihat seperti anak kecil. Sangat imut!. "Aldi ayo naik itu" usulnya sembari menunjuk ke arah bianglala, namun Aldi menolaknya

"Aku phobia dengan ketinggian" tolaknya.
"Hmm tapi kalau kamu ingin naik, ayo!," ajak Aldi memeberanikan diri namun Clara menolaknya. "Jangan, kesehatanmu lebih penting dari kebahagiaanku" ucapnya mengalah.

"Kalau gitu, kita duduk disana" usul Aldi sembari mengandeng tangan Clara.

Mereka sekarang tengah menikmati es krim. Seketika Clara terlihat menunduk. "Aldi, makasih ya" lirihnya.

"Hmm makasih buat apa?"

"Yah, makasih untuk semuanya. Kamu begitu baik padaku, selalu ada ketika aku sedih,

dan lihatlah diriku ini. Aku terlalu egois, kadang aku lupa bahwa ada kamu." ujarnya merasa sesal.

"Clara" Panggil Aldi dengan lembut sembari tersenyum.

"Aku tidak pernah menganggapmu itu egois. Malah aku yang  berfikir bahwa aku lah yang egois. Aku merasa aku bukanlah sahabat yang baik ketika kamu kesusahan kadang aku tidak ada, aku merasa sesal."

Clara menggelengkan kepalanya menolak apa yang dikatakan Aldi.

"Clara untuk satu hari ini saja, tolong biarkan aku melihat mu tersenyum. Aku ingin terus melihat matamu, wajahmu. Andai aku bisa melihatmu sepanjang hari."

"Kamu bisa terus melihatku, kapanpun." Potong Clara.

Iqbal tersenyum sambil melirik Clara dan kemudian memandang ke langit. "Andai itu bisa."

"Maksudnya?" Clara sedikit tak mengerti dengan maksud Aldi.

"Hmm, eh es mu udah mencair" ucap Aldi berusaha mengalihkan pembicaraan. Clara langsung menyadari esnya sudah mencair. Dia langsung melahap es nya hingga wajahnya menjadi blepotan.

"Kalau makan jangan sampai blepotan." kata Aldi sembari mengusap pelan sudut bibir Clara. Clara hanya terkekeh. Dia kemudian menyodorkan es krim ke hidung Aldi. "Hahaha" Clara tertawa melihat hidung Aldi di penuhi es Krim. "Ups maaf" ucapnya terkekeh. Aldi mengusap hidungnya

"Lari" seru Clara berusaha menghindar dari Aldi. Aldi mengejar Clara.

Saat Clara berlari dia tidak sengaja tersandung batu hingga sontak akan terjatuh namun Aldi dengan cepat menahannya.

Ternyata Iqbal melihat itu, Aldi dan Clara seperti orang berpelukan. Iqbal terlihat marah hal itu bisa di rasakan Helena. Iqbal dan Helena jalan bersama?

Iqbal menarik kasar tangan Clara. "Ahk" jeritan pelan Clara. Tangannya yang luka. Iqbal menatap marah kepada Aldi "Lo kalau mau hidup, jangan suka gangguin milik orang" lontarnya sembari menarik kasar tangan Clara.

********

"Iqbal lepasin tanganku"
"Ahk sakit"
"Lepasin tanganku Iqbal" pinta Clara yang berusaha melepas cengkraman Iqbal.

Saat ini Iqbal benar-benar terkuasai oleh emosinya. Iqbal mendorong Clara ke dinding hingga dia tersandar. "Aku sudah bilang, jangan mendekatinya. Tapi apa? kamu tetap mendekatinya. Ada hubungan apa kamu dengannya"

"Kami hanya bersahabat Bal"

"Bohong" Potong Iqbal.

"Bersahabat katamu? Lalu kenapa kalian jalan berdua dan apa yang aku lihat itu salah? Kalian berpelukan"

Clara mengerutkan keningnya. Sejak kapan dia berpelukan. "Kamu salah paham."

"Aku tidak salah paham, kamu telah menghianatiku." bentak Iqbal membuat Clara tersontak kaget. Ini pertama kalinya dia di bentak oleh sang Iqbal.

"Aku-" perkataannya terpotong saat ponselnya berdering. Panggilan dari Aldi?.

Clara berjalan sedikit menjauh dari Iqbal dan mengangkat telfonnya. "Apa?" Clara kaget dan menangis.

"Aldi
Aldi
Aldi" ucapnya terus-menerus. Saat dia akan beranjak pergi untuk menemui Aldi. Iqbal menahan tanganya. "Jangan pergi, please Clara"

"Iqbal, Aldi dia-"

"Kenapa harus Aldi terus Clara" Potong Iqbal.

"Sekarang kamu pilih dia atau aku? Jika kamu pilih aku, kamu akan tetap di sini tapi jika kamu pilih dia kamu pergi" tambahnya. Pilihan macam apa ini? Iqbal andai kamu tahu aku sangat menyanyangimu. Clara tidak punya pilihan lain, dia terpaksa pergi.

"Berarti kamu memaksaku melakukannya Clara" ucap Iqbal membiarkan Clara berlalu begitu saja.

Masalah apa lagi ini?:')

Egois (Clara) END✔Where stories live. Discover now