Bab 14

220 70 22
                                    

Assalamualaikum^^

Gimana kabarnya para readers, baik kan? Alhamdulillah

Up lagi nih, lagsung aja deh
Gas kuy><

-------------------------------------------------------------

Sudah sekitar lima hari Clara tidak masuk sekolah, hal itu membuat Iqbal khawatir. Iqbal berniat menjenguk Clara hari ini, mungkin saja dia sakit.

Bertanya soal keadaan Clara kepada teman kelasnya sama saja seperti bertanya pada batu. Walaupun mereka tahu, tetap saja tidak ada yang peduli.

Tok.. tok

Iqbal mengetuk pintu rumah Clara, dan terdengar ada suara wanita yang menyahut. "Bentar"

Wanita itu sedikit terkejut, raut wajahnya seperti merasa takjub.

"Kamu cari siapa?," tanya Mega dengan nada halus.
"Saya mau cari Cla-"

"Helena ya?," potong Mega sambil terkekeh. Mega menyuruh Iqbal masuk, namun Iqbal menolaknya karena kedatangannya bukan mencari Helena melainkan Clara.

"Maaf Tan, saya bukan cari Helena tapi Clara" tolak Iqbal dengan nada sedikit di tinggikan. Menyebut nama Helena membuatnya muak.

"Clara? Buat apa kamu cari si Clara?". Raut Wajah Mega berubah menjadi sinis.

"Saya ingin menemuinya" ucapnya dengan santai. Mata Iqbal menatap kesana kemari seakan mencari seseorang.

"Kak iqbal?" Panggil Helana dengan wajah terkejut. Kenapa harus Helena?.

Helena menarik paksa lengan Iqbal masuk ke dalam rumah, Iqbal ingin menolak, tapi dia berfikir mungkin dengan masuk kedalam rumahnya, dia bisa bertemu dengan Clara.

Helena duduk di sebelah Iqbal sembari memandang Iqbal dengan tatapan bahagia.

"Tunggu ya, Tante ambilin minum" "Enggak perlu Tan" tahan Iqbal.

"Gue kesini juga cuman mau nyariin Clara bukan Helena" katanya kembali dengan nada sedikit di tinggikan.

Raut wajah Helena berubah menjadi kesal. Kenapa harus Clara sih?.
"Clara nggak ada" jawab Mega dengan nada kesal. Iqbal menaikkan satu alisnya dengan wajah tidak percaya.

Disisi lain Clara sedang menuruni tangga, dia berniat mengambil air minum kedapur. Ternyata hal itu membuatnya bertemu dengan Iqbal. Rasa rindu di hatinya begitu menggebu, dia ingin sekali bertemu dengan Iqbal, tapi keadaan selalu menghalanginya.

Saat ini Clara tidak dalam keadaan baik-baik saja, semenjak setelah ulang tahunnya. Penyakitnya kembali kambuh dan dia tidak ingin pergi ke rumah sakit. Buat apa berobat jika hidup saja rasanya seperti mati?. Tidak ada yang peduli bahkan mendukungnya. Iqbal sama sekali tidak menetahui penyakitnya, dia tidak mau jika Iqbal tahu, Clara tidak mau membuat Iqbal tambah khawatir.

Mata Clara dan Iqbal saling bertemu, Clara tersenyum. Akhirnya rindu yang ada di hatinya bisa terbayar. Namun senyuman Clara kembali pudar, saat Helena dan Mega menatap kesal kepadanya. Haruskah aku menyapa? Tapi-?.

"Clara" Panggil Iqbal sembari berlari dan sontak memeluk Clara. "Aku merindukanmu" bisiknya dengan nada lembut.

Helena semakin merasa kesal. 'Awas aja lo'. Helena sontak melempar ponselnya ke lantai. Mega mengikuti Helena melangkah. Clara terlihat takut, saat Helana melempar ponselnya. "Jangan takut, aku disini" kata Iqbal seakan mengetahui apa yang Clara rasakan. Clara mengagguk sambil tersenyum kecil.

*******

Hari ini Iqbal membawa Clara berjalan-jalan. Iqbal ingin melihat Clara bisa tersenyum, beberapa hari ini dia rindu senyuman Clara.

"Kamu suka?," tanya Iqbal sembari melihat wajah Clara yang menyandar di pundaknya. Clara mengangguk dan kembali melahap ice cream rasa melon itu.

"Kamu kenapa tidak ke sekolah beberapa hari ini?," to the point.
"Aku hanya kurang sehat" jawabanya sambil tersenyum, berusaha terlihat biasa-biasa saja.
"Kenapa sam-"

"Sayang, kamu tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja" Potongnya. Clara berbohong saat ini dia tidak baik-baik saja. Hanya Aldi yang tahu keadaannya saat ini, namun tidak dengan penyakitnya.

"Tidak, kamu pasti berbohong. Aku melihat wajahmu tidak baik, kamu sakit kan?," kata Iqbal tak percaya sembari memegang kedua pundak Clara. Kenapa kamu begitu susah mengatakannya?.

"Aku baik-baik saja sayang. Lihat? Kalau aku sakit kenapa aku makan es?," katanya terkekeh, berusaha menyembunyikan.

"Baiklah, aku percaya,"  ucapnya sedikit kesal. Iqbal malas berdebat, tujuannya saat ini bukanlah untuk berdebat melainkan ingin membuat Clara tersenyum.

"Aku lupa! Ini" ucap Iqbal sembari menyodorkan sekotak hadiah.
"Ini apa?" Tanya Clara sedikit bingung.

"Ambillah" Paksa Iqbal, Clara terlihat ragu untuk menerimanya.
"Ini hadiah untukmu, kemarin kamu ulang tahun dan aku bahkan tidak sempat memberimu suprise"katanya yang terlihat kecewa pada dirinya.

Clara tersenyum sembari mengambil kotak itu.
"Gapapa sayang, walau nggak ada hadiah juga nggak jadi masalah. Kamu mengingat hari ulang tahunku saja itu sudah lebih dari cukup" ucapnya dengan lembut.

Iqbal memeluk Clara dengan lembut dan tersenyum. "Aku merasa begitu beruntung memilikimu" Clara tersenyum sembari membalas pelukan Iqbal. Aku juga sangat merasa beruntung.

Drrrt.. Drrtt.

Suara deringan handphone. Clara melepas pelukannya dari Iqbal.
"Bukan ponselku" katanya setelah memeriksa ponselnya.

"Ponselku yang berdering, tunggu sebentar ya." Kata Iqbal sembari melangkah sedikit jauh dari Clara. Siapa yang menelfonya? Kenapa dia terlihat seperti kesal? Ada apa?.

Beberapa menit kemudian Iqbal datang keapada Clara. Saat Clara akan bertanya, Iqbal langsung menarik pelan tangan Clara dan mengajaknya pulang. Ada apa dngannya? Sepertinya ada masalah?

********

Mata Clara menatap ke arah atas langit-langit kamarnya, dia mengangkat tangannya seperti mengambar sesuatu. Clara tersenyum saat mengingat senyuman yang terpancar di wajah Iqbal. Dia tak pernah menyangka kalau Iqbal akan menjadi kekasihnya.

Clara baru saja mengingat, besok adalah hari kelulusan sekaligus perpisahan Iqbal di sekolah Sma Angkasa. Wajahnya menjadi sedih. Siapa yang akan menjaganya lagi jika Iqbal pergi? Apakah mereka akan Ldr atau mungkin?. "Aghhh".

Saat ini Clara berjalan keluar kamarnya,dia ingin melihat suasana di luar. Tapi-? Siapa yang datang? Orang itu?. Tamu itu pernah datang kerumahnya sebelumnya dan sekarang mereka? Perjodohan? Siapa?.

Banyak pertanyaan yang bersarang di pikirannya saat ini. Siapa yang bisa menghilangkan rasa penasarannya?.

Clara seperti mengenal suara yang berbicara itu. Suaranya tidak asing dan suaranya begitu jelas di telingannya. Dia berbincang hangat dengan Helena. Dia berusaha melihat wajah Lelaki itu untuk memastikan. Kenapa lelaki itu terlihat ragu menjawab untuk bertunangan dengan Helena? Siapa dia?

Tidak! Tidak mungkin. Aku pasti salah lihat. Kenapa harus dia? Aku tidak bisa menerima ini.

BRRAKK... Vas bunga terjatuh ke lantai, suara bunyi pecahan itu membuat mereka semua terkejut dan yang lebih terkejut adalah  lelaki itu saat matannya terarah pada Clara. "CLARA?".

Apa yang telah terjadi?

Lanjut???

21 Des 2020💙

Egois (Clara) END✔Where stories live. Discover now