00

58 1 0
                                    

Dahulu kala , ada satu wilayah yang mempunyai hutan sangat lebat dan luas sekali dan di dekat hutan tersebut ada sebuah desa kecil yang penduduknya masih berpegang teguh adat nenek moyangnya. Disana juga tinggal 2 orang gadis muda berparas cantik jelita dan memiliki kekuatan sakti di dalam jiwanya , bernama Sofia dan Irene. 

Sejak kecil , mereka berdua memang sudah diberikan pendidikan mengenai ilmu sihir oleh orang tuanya namun tak lama orangtua nya wafat dua duanya sebab mengalami sakit parah , jadi meninggalkan 2 orang anak, 1 rumah dan beberapa harta benda lainnya. Pada saat itu , Irene berumur 13 tahun sedangkan adik perempuannya , Sofia berumur 10 tahun. Sejak itu , mereka tinggal berdua di rumahnya , tapi bukan berati mereka tidak diasuh atau di awasi , mereka tetap di awasi oleh pamannya , hanya di awasinya lewat jarak jauh----memakai kekuatan magis yang dimilikinya. 

-- 

Pagi hari , Sofia membuka lemari penyimpanan bumbu dapur , ternyata tidak ada isinya alias bumbu dapurnya habis. 

Sofia menolehkan kepalanya ke belakang , "madunya habis kak" 

"Mungkin kita harus beli ke pasar sekarang." Sahut Irene. 

Irene dan Sofia yang sudah memakai jubah hitam langsung pergi ke pasar yang terletak tidak jauh dari tempat kediaman , kira kira sekitar 1 meter. Saat telah masuk lingkungan pasar , dengan gerakan gesit dan kekuatan bisa menghilang dari jubah penyamaran , mereka berdua telah sampai di sebuah kios pojok pasar , dekat hutan yang menjual satu kendi madu. Sang ibu penjual madu tersebut dengan ramah mempersilahkan membeli barangnya. Beliau sudah kenal dengan dua gadis itu sejak masih kecil. 

Irene membawa 1 kendi madu dan membayarnya dengan 4 koin emas---harga normal nya segitu. Setelah darisana , tidak pergi ke rumah , mereka juga butuh kebutuhan lainnya terutama kebutuhan yang berada di dapur seperti daging ayam , rempah rempah dan beberapa ramuan untuk memantapkan rasa makanan. Barulah selesai belanja , langsung pulang ke rumah. Bagi mereka tidak ada waktu untuk berlama lama di luar karena akhir akhir ini sang paman menyadari Irene dan Sofia sedang di buru seseorang. 

Malam harinya , mereka memasak menggunakan bahan bahan yang tadi siang dibeli dari pasar. Karena tidak makan dari siang , maka sengaja porsinya di banyakin. Irene yang sedang mengaduk bubur memerintahkan pada Sofia untuk diambilkan rempah - rempah di dalam lemari. Saat hendak mengambil rempah - rempah , tiba tiba saja mendengar suara kegaduhan terjadi di luar sana membuat spontan menoleh ke jendela. Sofia mengintip ke balik tirai untuk mengetahui apa yang terjadi kemudian berlari ke dapur dan memberitahu Irene. 

"Kak , ada keributan di luar. Para penyihir telah datang!" Sofia berkata dengan cepat dan tergesa gesa karena panik. 

Irene kaget sekaligus takut , "mari kita keluar dari sini." 

Tanpa mengurusi yang lain , mereka berdua langsung kabur menjauhi rumah ke hutan , sekiranya tempat itu aman. Beberapa menit selanjutnya , sukses tiba di hutan. Mereka berusaha berlari terus sekencang mungkin dengan membawa harapan tidak sampai ketahuan sama penyihir dan kawan kawannya. Tak terasa sebentar lagi memasuki hutan bagian dalam. Begitu sampai seketika dikejutkan lemparan cahaya putih dan menghasilkan bunyi keras hingga mereka berdua terpental dan terkapar di atas tanah lalu penyihir bersama anggota kelompoknya mengerumuni Irene dan Sofia yang setengah kekuatannya mulai melemah. 

"Menyerahlah , sebentar lagi akan lenyap!" Seru salah satu anggota sihir sambil mengarahkan tongkatnya pada dua gadis tersebut 

"Ya!" sentak ketua kelompoknya dengan sorotan mata tajam , "Apa kalian membawa sesuatu? Keluarkanlah , jika kalian mengeluarkannya dan memberikannya padaku , kalian boleh pergi , jika tidak---" 

"Kami tidak membawa apa apa dan memiliki barang itu! Kami hanya membawa badan," jawab Irene dengan suara serak nan agak lirih. 

Kemudian sang ketua kelompok menyuruh satu anggotanya untuk membuktikan perkataan Irene tadi. Salah satu tangannya meraba saku gamis hitam Irene , mencari keberadaan barang 'ajaib' itu dan hasilnya tidak ada alias kosong. Giliran Sofia yang diperiksa saku gamisnya. Hasilnya ada barang didalamnya lalu di keluarkanlah barang tersebut , ternyata Sofia membawa cermin ajaib tapi untungnya tidak sama permata. Alhasil , Irene terkejut dan memelototi Sofia sedangkan orang orang dihadapannya menyeringai seram. 

"Enaknya diapain ya bos?" tanya salah satu anggota kelompok ke ketua 

Ketua kelompok duduk di hadapan mereka berdua , berkata , "kalian ingin pergi? silahkan tapi berikan cermin itu padaku. Bisa?" 

Sofia dengan sisa kekuatannya mencoba menjawab , "kami... t--tdak bisa memilikinya lagi , jadi...." 

"Kau boleh ambil , tapi setelahnya persilahkan kami untuk 'pergi'" lanjut Irene. Kekuatannya semakin lemah 

Ketua kelompok menyodorkan tangannya , "berikanlah." 

"Tapi sebelum kami memberikannya padamu , aku punya satu permintaan padamu." kata Irene 

"Kenapa?" 

"Tutup matamu 2 detik. Turuti saja , jangan pake nanya." 

Mereka menutup matanya selama dua detik. Ketika membuka kembali Irene dan Sofia sudah hilang---tidak , lebih tepatnya berubah menjadi abu hitam yang tadi disapu oleh angin. Semuanya kaget dan bertanya tanya sementara itu , sang ketua geram tidak mendapatkan cermin ajaib apalagi permatanya. Tepat saat itu juga , ia berniat akan mengejar mereka sampai dapat , dimana pun mereka berada. 

**

Angin yang menerbangkan mereka berdua membawa ke arah dan tempat berbeda. Irene dibawa ke arah barat sedangkan Sofia ke arah timur. Irene sampai duluan di salah satu rumah dan muncul di kamar milik seorang gadis sedang tidur pulas sekaligus berada dalam dunia mimpi yang berubah menjadi mimpi buruk . Lalu Irene menempel di permukaan kulit lengan belakang , membentuk gambar tiga bulan yaitu 2 gambar bulan sabit biru dan satu bulan purnama biru. Bulan purnama biru terletak diantara dua bulan sabit biru yang kurang lebih menjadi penetral ketika dua bulan sabit terjadi masalah. Akibat itu timbul rasa lumayan panas dan perih hingga sukses membuat gadis tersebut syok langsung terduduk di atas kasur. Mata terbelalak sempurna dan ngos - ngosan. 

"Apa ini ulah mimpi buruk? Apa aku lupa membaca doa?" batinnya 

Gadis itu melihat jam dinding tepat di hadapannya , rupanya masih pukul 3 pagi kemudian dia pun memutuskan tidur lagi. Kali ini tak lupa membaca doa. 

** 

Sama seperti yang dialami Irene dan gadis itu , Sofia mendarat di lengan belakang seorang pemuda yang sedang tidur dan bermimpi. Sofia membentuk gambar 2 bulan---purnama dan sabit berwarna biru gelap. Setelah itu timbul rasa lumayan panas dan perih sehingga terbangun tiba tiba dari tidurnya. Rasanya seperti kesambar petir lalu pemuda tersebut melihat lengan belakang tapi tidak bisa lihat karena gelap. Akhirnya ia memutuskan tidur lagi. 

Kejadiannya pada hari , jam , menit dan detik yang sama. 


♐x♒




Jangan lupa untuk memberikan vote dan komen yaa 

Syukran katsiiraaannnn!! 



-Author

Beautiful StrangerWhere stories live. Discover now