[E] 2.6 : HOLIDAY

173 36 12
                                    

"Oi! Cepatlah! Taksinya mau berangkat!"

Seperti yang dikatakan Jimmy, mereka akan pergi ke Maldives. Tempat dengan sejuta keindahan baharinya, sangat cocok untuk orang yang gemar snorkeling atau diving. Pasir dan terumbu karangnya sangat memanjakan indra penglihatan.

"Tunggu sebentar!" seru Jack kewalahan membawa barang-barangnya. Tangan kanan menarik koper, tangan kiri membawa tas carryall dan beberapa tote bag berbahan karton, dan ransel berukuran sedang menggantung di punggungnya.

Justin menggelengkan kepalanya heran. "Kau seperti mau pindah rumah saja," celetuknya.

Pria berwajah tampan itu menatap datar Justin. "Hei, di dalam sini ada barang-barangmu juga," ujarnya mengangkat tas carryall.

Jack pun melempar tas tersebut ke Justin, untung saja refleksnya cukup baik. Padahal bobot tas tersebut lumayan berat.

"Ck! Jangan dilempar-lempar! Di dalam sini ada barang berharga, aku membelinya dengan harga mahal."

"Memangnya apa yang kau bawa, Jus?" tanya Sheryl.

"Mini barbell dan sarung tangan tinju," sahut Jack, "entahlah apa yang ada dipikirannya. Kita 'kan pergi liburan, bukan pergi ke tempat gym."

Pria itu masuk ke dalam taksi, sedang Justin menempatkan tas tadi ke dalam bagasi.

"Asal kalian tahu, olahraga itu penting," ujar Justin membela diri. Dia merasa disudutkan oleh Jack.

"Ya, memang penting," aku Jack, "tapi lihat kondisi dan tempatnya juga. Yang benar saja kau latihan tinju di tempat seindah Maldives."

Jimmy merotasikan bola matanya, lagi-lagi mereka mendebatkan sesuatu yang kurang berfaedah. Dia mengambil sesuatu dari sling bag-nya.

"Sekali lagi kalian berdebat, akan kurobek tiket kalian."

🅔🅟🅘🅟🅗🅨🅣🅔

Setelah hampir seharian melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai di Pulau Furanafushi, Maldives. Pastinya sangat lelah karena perjalanan mereka cukup panjang, tapi rasa lelah itu terbayarkan saat melihat betapa indahnya pemandangan laut di sana.

Jimmy sudah menyewa penginapan dengan harga paket keluarga untuk tiga hari ke depan, cukup terjangkau. Pria itu memang pandai dalam hal mencari diskonan, layaknya ibu-ibu yang melihat tag harga berwarna kuning di Indomaret.

"Wah! Leganya!" seru Jack berbaring di atas kasur.

Jadi Tripple J itu berada dalam satu kamar dengan dua kasur, sementara Sheryl ada di kamar yang lain.

Sheryl benar-benar merasa bahwa dirinya sangat lucky hari ini, karena jendela kamarnya berhadapan langsung dengan area pantai. Pemandangannya sangat indah ketika malam hari datang.

Setelah meletakkan koper di samping kasur, Sheryl pergi ke kamar mandi berniat untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa lengket karena keringat.

Tidak butuh waktu lama, Sheryl selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya. Dia mengenakan stripe t-shirt dan celana denim panjang berwarna hitam, lalu pergi menemui The Tripple J di halaman depan penginapan. Oh iya, tak lupa dia menguncir rambutnya.

"Kenapa mereka lama sekali?" gumamnya melirik jam tangan. Sudah lima belas menit Sheryl menunggu para pria rempong itu.

Dari pada gabut menunggu mereka, Sheryl pun memainkan ponselnya. Dia mengirim pesan kepada Wendy dan Joy, memberi kabar bahwa dia sudah sampai. Ada perasaan sedih dalam hatinya karena tidak bisa mengajak mereka.

[1] EPIPHYTE ✔Where stories live. Discover now