[E] 1.8 : ME + YOU = US

230 45 35
                                    

"Dirimu bagaikan nukleus (inti sel). Percayalah, tanpa adanya dirimu, semua akan menjadi kacau."


Kritik dan sarannya juseyoo~~! Penting soalnya hehe. Sertakan vote jika kalian suka part ini💗
✨Selamat membaca!✨

━━━━━━━━━━━━━━━

Satu hal yang dirasakan oleh seorang pria saat bangun dari tidur nyenyaknya, yaitu mata yang berat untuk dibuka. Rasanya dia ingin tidur seharian, tapi hal itu bukan gayanya. Dia bukan tipikal orang pemalas yang kerjaannya hanya rebahan di rumah, tidak seperti kalian yang suka rebahan. Oopss.

Dia mengerjapkan mata dan baru menyadari seseorang yang bersamanya semalam sudah tidak ada. Ke mana orang itu?

Jimmy mengedarkan pandangan, mencari sosok perempuan yang mengobatinya tadi malam.

"Eh, ternyata kau sudah bangun," ucap Sheryl yang sudah berpenampilan segar dan wangi, tentu saja dia sudah mandi.

"Kau tidak kuliah?" tanya Jimmy.

Sheryl menggeleng. "Kalau aku pergi kuliah, nanti yang menjagamu siapa? Papa sama mama belum pulang."

"Baguslah kalau begitu," gumam Jimmy sangat pelan.

Pria itu bangkit lalu berjalan menuju kamar. Semalam dia bilang kalau hari ini dia meliburkan diri. Demam dan keadaan wajah yang babak belur tidak memungkinkan dia untuk bekerja.

"Kau tidak sarapan dulu?" tanya Sheryl.

"Sarapan apa?"

"Aku hanya masak nasi goreng, tapi kalau kau tidak suka, aku bisa masakkan yang lain. Mau?"

"Tidak perlu," jawab Jimmy berbalik arah berjalan menuju ruang makan. "Aku akan makan nasi goreng saja."

"Minumnya? Mau dibuatkan susu juga?"

Jimmy menggeleng. "Air hangat saja."

Dengan segera perempuan itu mengambilkan air hangat dan satu botol kecil paracetamol. "Kalau sudah selesai makan, jangan lupa minum obat," ucapnya lalu melangkah pergi meninggalkan Jimmy.

Namun, baru beberapa langkah, Jimmy memanggilnya.

"Sher, kau sudah sarapan?"

"Belum, nanti saja. Ada yang harus aku kerjakan sekarang," jawab Sheryl sambil mengangkat keranjang yang penuh dengan baju kotor.

Jimmy menatap datar. "Kau mau sakit juga? Makan sekarang."

"Tap—"

"Makan sekarang."

Mau tak mau Sheryl pun mengikuti perkataan Jimmy. Dia mengambil piring dan menuangkan nasi goreng buatannya ke piring tersebut, lalu berjalan ke dapur.

"Mau ke mana?"

"Dapur."

"Mulai saat ini kau makan di sini saja, jangan di dapur lagi."

Sheryl tertegun, tidak biasanya Jimmy bersikap seperti ini. Apa jangan-jangan karena dia sakit, dia jadi begini? atau karena hal lain? Entahlah, tapi perubahan sikap pria ini membuat hati Sheryl menghangat.

"Kenapa melamun? Ayo sini."

"Eh iya."

Mereka pun makan dalam satu meja, dengan suasana canggung yang menyelimuti atmosfer. Sungguh, Sheryl tidak suka suasana seperti ini.

[1] EPIPHYTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang