[E] 1.5 : GIVE ME A CHANCE

257 50 77
                                    

TOK! TOK! TOK!

Suara itu sangat mengganggu waktu tidur seorang perempuan berperawakan tinggi. Dengan mata sedikit terbuka, dia berjalan menuju pintu lalu membukanya.

Dia memutar bola mata saat tahu siapa yang ada di hadapannya sekarang. "Ck! Kau sangat mengganggu!"

"Salah sendiri tidak mengangkat panggilan teleponku."

Joy mengernyit, pria di depannya ini berpenampilan sangat rapi. "Kau mau ke mana? Ini masih pagi sekali."

"Hei, Nona! Buka matamu, sekarang sudah siang!" seru Sebastian, "aku mau pulang. Kembali ke kantor, ada urusan penting."

"Apa?! Sekarang?! Astaga! Kenapa kau baru bilang?! Aku butuh waktu untuk bersiap-siap!"

"Aku tidak mengajakmu, kau pulang sendiri saja," ucap Sebastian melengang pergi meninggalkan Joy dengan wajah bantalnya.

Joy melongo tidak percaya, memangnya seberapa penting urusan Sebastian sampai-sampai dia ditinggal?

"Lalu bagaimana aku bisa menjemput ayah jika kau tidak ada?" tanya Joy mengikuti dari belakang.

"Naik taksi 'kan bisa, atau naik bis."

Sebastian mengambil kunci mobil, dia sudah berpamitan dengan Lukas dan Pamela. Oh iya, Pamela sudah sadar tadi malam, kondisinya cukup membaik.

"Aku pergi dulu, bye!"

Joy mencebik kesal. Seharusnya jika berangkat bersama, pulang juga harus bersama, tapi sepertinya itu bukan prinsip si pria pucat bernama Sebastian.

"Joy, ayo makan! Bibi sudah menyiapkan sarapan untukmu."

"Iya, Bi! Joy mau mandi dulu."

" Ya sudah, jangan lama-lama."

🅔🅟🅘🅟🅗🅨🅣🅔

Setelah sarapan, Joy mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja makan. Dia ingin melihat akun sosial medianya yang bernama Instagram. Seperti biasa, dia melihat story-story yang orang bagikan di akun mereka masing-masing. Ada satu akun yang menarik perhatian Joy, dia pun membukanya.

"Wah! Benar-benar keterlaluan kau, Bas! Kau bilang ada urusan kantor, tapi kau justru ...."

"Justru apa?" tanya Lukas tiba-tiba datang dengan sandwich di tangannya.

Joy menunjukkan InstaStory yang dia lihat tadi. "Mengantar Sheryl berangkat kuliah! Padahal tadi dia bilang pulang karena ada urusan kantor yang penting!" serunya kesal, "urusan kantor dari Hongkong! Dasar budak cinta."

Lukas terkekeh, dia menghabiskan potongan terakhir sandwich-nya sembari berkata, "kenapa kau jadi emosi? Biarkan Bastian melakukan pendekatan."

"Kau tidak tahu kalau yang dia dekati itu ada pawangnya, Kak."

"Siapa?"

"Si Thanos Jimmy."

Seketika Lukas teringat kejadian di rumah sakit kemarin, saat Joy tidak sengaja menabrak Jimmy.

"Omong-omong, kau dan Jimmy sudah berdamai ya?"

Tawa Joy meledak, kenapa Lukas berpikir seperti itu?

"Apa yang lucu?" tanya Lukas.

"Insiden kemarin kau anggap sebagai perdamaian antara aku dan Jimmy? Kau salah besar, Kak," timpal Joy, "aku tidak akan pernah berdamai dengan anak Medusa itu."

Lukas kembali berpikir keras, siapa lagi Medusa? Sepertinya dia melewatkan banyak hal tentang kehidupan adiknya, dia merasa gagal menjadi seorang kakak. Semoga saja ke depannya dia bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dia perbuat dan tidak mengulanginya lagi.

[1] EPIPHYTE ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant