[E] 0.2 : MONSTER

482 88 48
                                    

Haii-!!
Di bab sebelumnya aku lupa menyampaikan sesuatu😭
Cerita ini dalam tahap revisi yaa .... Judulnya berubah, tapi isi dan alurnya gak berubah kok.
Jadi buat kalian yang sudah baca cerita ini sampai selesai trus liat notif aku update, terserah kalian mau baca ulang atau enggak😅 soalnya yang aku up tuh gak jauh beda dari sebelumnya hehehe.

Terima kasih sudah dukung dan mau mampir cerita ini-!!!
Love you ma lovely💜✨

━━━━━━━━━━━━━━━━

"Sekian penjelasan tentang Patofisiologi. Apakah ada pertanyaan?" tanya pemateri dalam kelas keperawatan, Irene Bae.

Lalu ada salah satu mahasiswa yang mengangkat tangan. "Apa yang ingin kau tanyakan, Ruth?" tanya Irene.

"Aku tidak bermaksud untuk bertanya, tapi aku hanya ingin memberitahu kalau di sana ada seseorang yang mengintip kita dari tadi," ucap Ruth sambil menunjuk ke jendela sebelah timur kelas.

Irene melihat ke arah jendela tersebut, dan benar di sana ada seorang perempuan dengan topi hitam yang mengintip.

"Eum ... kalau begitu kalian boleh keluar sekarang, kelas kita sudah selesai. Sampai jumpa di minggu depan!"

Para mahasiswa kelas keperawatan itu pun berbondong-bondong meninggalkan ruangan. Sementara Irene membereskan buku-bukunya, lalu berjalan menuju samping kelas, tempat perempuan bertopi hitam itu mengintip.

"Kau sedang apa?" tanyanya.

Merasa ada sosok lain yang hadir bersamanya, dengan cepat perempuan bertopi hitam itu menutup buku tulis lalu membalikkan badannya dan memandang Irene.

"B-Bukan apa-apa ...," jawab perempuan itu gugup. Dia gugup karena tertangkap basah oleh Irene, yang tak lain adalah idolanya.

Manik Irene menangkap dua buku tentang medis yang tergeletak di atas tas, hal itu semakin membuat dia penasaran.

"Kau belajar medis juga? Tapi ... kenapa di sini? Kenapa tidak ikut kelasku?"

Sheryl tidak menjawab, dia memungut buku lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia berniat untuk pergi dari sana, tapi ditahan oleh Irene.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Irene sedikit tersenyum, mencoba terlihat ramah walaupun dia sangat jarang melakukannya.

Sheryl menghela nafas. "Iya, aku belajar medis juga karena ingin menjadi perawat atau dokter. Namun, aku tidak bisa ikut kelasmu, karena aku tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikanku."

"Apakah kau marah karena aku mengintip pembelajaranmu secara diam-diam?" tanya Sheryl.

Alih-alih menjawab pertanyaan Sheryl, Irene justru mengajak perempuan itu ke salah satu kafe dekat kampus.

"Ayo ikut aku! Ada yang ingin kubicarakan denganmu," ajak Irene.

Mereka berdua menuju kafe tersebut yang tak jauh dari kampus.

Setelah sampai, Irene mendaratkan bokongnya di bangku nomor enam, lalu dia memanggil pelayan untuk memesan beberapa makanan dan minuman.

Sheryl pun buru-buru memeriksa dompetnya dan melihat apakah uangnya cukup atau tidak.

Irene yang melihatnya pun terkekeh. "Tenang saja, aku yang akan membayar semuanya."

Sheryl tersenyum kikuk. "Ah! Terima kasih banyak. Kau sangat baik! Tapi ... aku bingung, kenapa kau membawaku ke sini?"

"Aku sedikit tertarik dan ingin berkenalan denganmu," kata Irene menompang dagunya menggunakan tangan, "oh iya! Namaku Irene Bae, siapa namamu?" tanyanya.

[1] EPIPHYTE ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt