[E] 0.7 : THE PARTY

303 65 51
                                    

"Akhirnya kita sampai juga," ucap Demian turun dari mobil.

Setelah memarkirkan mobil, Jimmy pun turun diikuti dengan Sheryl. Namun, saat Sheryl melangkahkan kaki, tiba-tiba high heels-nya patah yang membuat dia jatuh.

"Aw!"

"Hati-hati kalau berjalan, apalagi pakai sepatu seperti ini," ucap Jimmy sambil melepaskan sepatu Sheryl lalu membantunya berdiri.

Sheryl sedikit terkejut. Pasalnya, saat Jimmy berkata tadi, jarak di antara keduanya sangat dekat. Dan hal ini di luar skenario mereka, bahkan Demian sudah masuk ke dalam rumah. Seharusnya Jimmy tidak perlu berakting jika Demian tidak ada di hadapan mereka.

Ini sungguhan atau pura-pura?

Tetapi, Sheryl bisa melihat ada ketulusan di mata pria itu. Sepertinya Jimmy benar-benar tulus menolongnya.

"Terima kasih," kata Sheryl pelan.

Jimmy berdeham. "Jangan percaya diri dulu. Aku membantu kau, karena aku tidak ingin ditanya macam-macam oleh papa, saat melihatmu masuk ke dalam rumah dengan menjinjing sepatu butut yang rusak ini," jelas Jimmy seolah tahu apa yang dipikirkan Sheryl.

Hahaha! Jangan terlalu berharap, Sheryl! Dia tidak akan pernah tulus kepadamu.

"Ayo." Jimmy menuntun Sheryl. Namun, perempuan itu langsung menepis pelan tangan Jimmy.

"Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri," ucap Sheryl berlalu, tapi tangannya dicekal oleh pria itu.

"Aku tidak menerima penolakan," kata Jimmy dengan nada turun satu oktaf. "Lagi pula kakimu lecet, harus diobati."

"Tidak biasanya kau perhatian kepadaku seperti ini, padahal luka lecetku tidak seberapa dengan luka yang diberikan olehmu dan mama selama ini."

Tepat setelah itu, Sheryl masuk ke dalam rumah meninggalkan Jimmy yang tertegun dengan perkataannya. Kalimat yang diucapkan Sheryl berhasil membuat CEO muda itu bungkam.

Sheryl naik ke lantai dua menuju kamarnya, dia mengambil salep lalu mengobati lukanya.

"Apakah kata-kataku tadi berlebihan?" gumam Sheryl. Dia merasa tidak enak dengan Jimmy ketika mengatakan hal itu tadi.

"Sudahlah, biarkan saja."

Sheryl mengambil sepatu convers-nya. Walaupun tidak sesuai dengan gaya gaunnya, dia tetap mengenakan sepatu itu. Karena dia tidak memiliki sepatu yang lain.

Dia pun turun ke bawah berniat membantu Lucy dan orang suruhannya untuk mempersiapkan pesta yang akan diadakan satu jam lagi. Dia tidak melihat batang hidung Jimmy, sepertinya pria itu ada di kamarnya.

"Kau mau ke mana?" tanya Demian.

"Aku mau membantu menyiapkan pesta."

"Tidak perlu, biarkan mereka saja yang melakukannya."

"Tapi tanganku gatal sekali ingin membantu, Pa," ucap Sheryl terkekeh.

"Ya sudah kalau begitu. Bantu yang ringan-ringan saja, jangan yang berat. Nanti kau kelelahan," nasihat Demian sambil mengusap puncak kepala putrinya.

"Siap, Bos!"

Setelah beberapa lama membantu mendekorasi ruangan, Sheryl memutuskan kembali ke kamar. Namun, dia melihat Jimmy duduk di tangga sambil memainkan ponsel, pria itu menghalangi jalan.

"Permisi, aku mau lewat."

Jimmy bergeser tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Sementara Sheryl langsung ke kamar.

[1] EPIPHYTE ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora