[E] 0.4 : IDEAL TYPE

385 74 60
                                    

Selama beberapa jam berkutat dengan laptop dan berkas-berkas, membuat Jimmy merasa jenuh. Dia bosan jika harus bekerja di saat hari libur alias lembur. Jimmy butuh refreshing sekarang, jadi dia memutuskan untuk menemui sahabat-sahabatnya. Masalah pekerjaan bisa dia serahkan kepada asisten.

"Hugo, tolong selesaikan pekerjaan saya. Saya ada urusan hari ini," ucap Jimmy melalui telepon kepada asistennya.

Jimmy beranjak dari kursi lalu menyambar kunci mobil SUV dan menenteng jas di atas pundak. Sepertinya hari ini dia akan pulang larut malam.

CEO muda itu mengendarai mobilnya menuju markas tripple J, tempat dia sering berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Markas tersebut tidak jauh dari kantor, mungkin hanya memakan waktu sepuluh menit. Hingga akhirnya Jimmy sampai di sebuah bangunan dua lantai dengan desain ala scandinavian.

Jimmy masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ternyata di dalam sudah ada Jack dan Justin.

Sebenarnya markas yang dimaksud adalah rumah Justin, dia tinggal sendirian sejak sekolah menengah atas.

"Akhirnya kau datang juga, Jim!" seru Jack yang sedang bermain play station bersama Justin.

"Ada angin apa kau datang ke sini?" tanya Justin tanpa mengalihkan pandangannya dari video game.

Jimmy berlalu, dia menuju dapur untuk mengambil jus jeruk. Rasanya seperti rumah sendiri.

"Pertanyaanmu tidak bermutu, Jus." Jimmy duduk di sofa sambil melihat kedua sahabatnya bermain video game.

"Sial! Aku kalah," desis Jack membanting konsol game, kemudian mengambil jus jeruk milik Jimmy lalu meminumnya sampai habis.

Jimmy menendang kaki Jack kesal. "Itu milikku!"

"Kau tidak ingat? Semua barang di sini adalah milik bersama, jadi tidak perlu protes, Tuan Park."

"Terserah."

Justin mengambil sebuah bingkai foto yang berada di atas meja. Dia mengambil foto tersebut lalu merobeknya sampai tidak berbentuk lagi.

"Kenapa kau?" tanya Jimmy heran.

"Mungkin putus cinta," celetuk Jack.

Jimmy membulatkan mata. "Benarkah?"

Justin mengangguk, kentara sekali wajahnya sangat kesal. Baru kali ini dia patah hati.

"Wah! Padahal aku hanya menebak saja tadi," celetuk Jack sama terkejutnya dengan Jimmy.

"Kenapa kau putus dengan Emily? Bukankah kalian sudah lama menjalin hubungan?" tanya Jimmy.

Justin menghela napas, sedikit berat baginya untuk menceritakan kisah cinta dia bersama Emily. Pasalnya, dia sudah lama sekali menjalin hubungan bersama gadis itu, bahkan sejak dia masih duduk di bangku sekolah.

"Sepertinya kalian benar, dia bukan perempuan yang baik."

"Kubilang juga apa, kau terlalu budak cinta! Menjalin kasih bertahun-tahun, tapi akhirnya putus juga. Lebih baik langsung menikah saja," celetuk Jack memakan popcorn.

Jimmy menatap datar pria tampan itu. "Diamlah! Biarkan Justin bercerita."

Jack menggedikkan bahu acuh sambil terus memakan popcorn yang berwarna kecoklatan karena gosong.

"Ada orang ketiga yan--"

"Kubilang juga apa," cibir Jack santai.

"Diamlah, Jack!" seru Jimmy kesal. "Sekali lagi kau memotong pembicaraan, akan kupanggang wajahmu seperti popcorn gosong itu!"

[1] EPIPHYTE ✔Where stories live. Discover now