[E] 2.1 : SOMETHING SWEET PT. 2

194 38 22
                                    

Selamat membaca✨

━━━━━━━━━━━━━━━

Seperti biasa, aktivitas di pagi hari yang Sheryl lakukan adalah mandi lalu menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Padahal Demian sudah menyuruh Lucy yang melakukan aktivitas rumah tangga, tapi Sheryl tetap dalam pendiriannya. Dia merasa harus melakukannya sebagai tanda balas budi kepada Keluarga Park, yang bersedia mengangkat dia sebagai anak dalam keluarga ini.

"Wah! Sudah lama Papa tidak sarapan dengan sereal," seru Demian tersenyum.

Oh iya, Demian baru pulang saat tengah malam. Jadi dia tidak tahu kelakuan buruk istrinya, karena selama ini Lucy tidak pernah berperilaku buruk di depan suaminya.

"Maaf, ya. Aku tidak bisa memasak makanan, karena persediaan bulanan sudah habis. Semalam aku tidak sempat belanja," jelas Sheryl merasa tidak enak, "nanti setelah pulang kuliah, aku akan pergi ke supermarket."

"Tidak perlu, Nak. Biar Jimmy saja yang pergi."

Uhukk! Uhukk!

Jimmy memegang dadanya, sementara Sheryl mengambilkan air minum untuk pria itu.

"Kenapa harus aku?!" protes Jimmy, "aku 'kan kerja, Pa."

Demian merotasikan bola matanya. "Kerja apa kerja? Kemarin dan beberapa hari sebelumnya kau sudah bolos kerja."

"P-Papa tahu dari mana?"

Buat yang menanyakan di mana Lucy, titisan Medusa itu pergi satu jam yang lalu. Dia harus kembali ke rumah ibunya, karena ibunya sakit.

"Kau pikir Papa lepas tangan begitu saja saat mempercayakan kau memegang perusahaan? Tentu saja tidak," ucap Demian menyuap sereal ke dalam mulut, "Papa punya orang dalam yang selalu mengawasimu."

Jimmy menggaruk kepalanya. "Hehehe ... saat itu aku sibuk mengurus sesuatu, Pa. Jadi tidak masuk kerja."

"Sesuatu apa?"

"Anu ... itu--"

Demian menghela napas. Dia tahu betul sifat anaknya yang satu ini. "Kau ini sudah dewasa, Jim. Kalau diberi amanat atau kepercayaan, kau harus bisa bertanggung jawab. Jangan mentang-mentang jabatanmu tinggi, kau jadi berbuat seenaknya," nasihatnya.

"Iya, Pa," sahut Jimmy lesu. Dia tidak terlalu suka dinasihati di depan Sheryl, tapi mau bagaimana lagi? Ini memang salahnya.

Sheryl tersenyum tipis, ada rasa tidak tega saat melihat Jimmy disudutkan oleh Demian. "Jimmy tidak bolos kerja, Pa. Kemarin dia sakit, badannya panas dan juga wajahnya babak belur," belanya.

"Apa?! Babak belur?!" Atensi Demian langsung menyapu wajah pada anak laki-lakinya, lalu bertanya, "kau bertengkar sama siapa, Jim?"

Jimmy bergerutu dalam hati. Seharusnya Demian tidak perlu tahu kalau dia bertengkar dengan seseorang.

"Sama teman, hanya main-main saja kok, Pa."

Menyadari ekspresi Jimmy yang masam, Sheryl merutuki mulutnya yang ceplas-ceplos.

Demian hanya ber-oh ria. Saat dia mendengar kalau anaknya bertengkar hingga babak belur, satu nama langsung terlintas dalam otaknya.

Kenapa Demian bisa menebak? Karena dia tahu betul bahwa Jimmy bukan tipikal orang yang suka berkelahi, bahkan bisa dibilang jarang sekali. Demian tahu kalau dulu Jimmy pernah bertengkar hebat dengan sahabatnya, yang tak lain adalah Sebastian. Jadi dia mengira kalau Jimmy bertengkar lagi dengan Sebastian.

[1] EPIPHYTE ✔Where stories live. Discover now