Ceva 24

2.7K 436 14
                                    

Saya menatap para karyawan saya yang sejak tadi sibuk mondar mandir mendekor seisi restoran milik saya. Kalau ditanya dalam rangka apa, yang jelas dekor yang karyawan saya lakukan jelas memiliki tujuan di baliknya.

"Mas Ceva, ini kelopak bunga nya ada sisa satu, kotak, mau disimpan aja atau mau sekalian ditaburin?"

Saya menatap Ari, karyawan saya yang tengah mendekap kotak berisi kelopak mawar tersebut. Cukup bimbang juga harus saya simpan saja atau dijadikan satu bersama taburan kelopak yang lain. Kalau disimpan, jelas akan layu percuma, tapi kalau ikut ditaburkan, area resto saya bahkan sudah mirip lahan pemakaman saking banyak nya bunga dan kelopak yang sengaja saya tebar untuk mempermanis suasana.

"Ya sudah, ikut di tabur saja, Ri. Daripada mubazir." Putus saya pada akhirnya. Ari mengangguk paham dan segera berlalu untuk mencari spot di mana kira nya area yang kurang taburan kelopak bunga.

Saya lantas berkeliling, memastikan kalau segala perlengkapan untuk acara saya sudah siap seratus persen.

Kaki saya baru saja meninggalkan area dapur ketika denting notifikasi mengalun pelan dari gawai saya.

From : Manda

Please, jangan kaget kalo nanti lo liat bidadari gendut yang kebanyakan makan buah dari surga. Dude, pacar lo cakep parah!!!

Saya terkekeh membaca pesan dari Manda. Awalnya, saya sedikit kurang nyaman akan cara bicara Manda yang cenderung pedas dan ceplas ceplos. Tapi ketika melihat bagaimana Mayang tampak santai dan nyaman-nyaman saja, saya pun membiarkan saja bawaan sifat lahir dari sahabat kekasih saya.

Menutup ponsel, saya lantas kembali berkeliling mengecek keseluruhan persiapan yang dilakukan karyawan saya, hingga tak sadar kalau waktu sudah berlalu satu jam.

Saya segera berlari menuju ruang ganti karyawan, menumpang mandi dan berganti pakaian menggunakan pakaian formal tiga lapis serta tak lupa sebuah dasi kupu-kupu. Hanya butuh dua puluh menit untuk saya siap menyambut Mayang, gadis pemilik hati saya.

Lagi-lagi gawai saya berbunyi heboh karena ada beberapa pesan masuk yang saya yakin pasti kalau itu berasal dari Manda.

Kita OTW bro.

Dude, kita udah sampe Hyatt. Cuma tinggal lima belasan menit lagi.

Kita udah hampir nyampeeee.

Dengan cepat saya lantas mengantongi ponsel dan segera berderap menuju pintu masuk yang sengaja di buat temaram. Dari balik pintu, saya bisa melihat bagaimana sempurna nya sosok Mayang yang malam ini mengenakan dress berwarna navy yang begitu cantik membalut tubuh berisi miliknya.

Jantung saya sudah berulah, rasanya begitu antusias, khawatir, sekaligus takut kalau-kalau nanti ada hal tidak berkenan bagi Mayang.

"Man, ini apa..."

Ucapan Mayang yang terdengar penasaran pun terputus. Mata nya membelalak ketika menemukan dan melihat saya yang mengenakan setelan resmi di luar acara formal dan keartisan.

"Ce...Ceva?"

Saya mengulurkan tangan, disambut bingung oleh Mayang yang terlihat sangat menggemaskan. Sebuah kecupan saya sematkan di punggung tangannya.

"Hai sayang. Ayo, kita langsung ke dalam." Sambut saya sekaligus menuntunnya menuju ke meja yang sudah saya persiapkan. Manda dengan kerlingan penuh artinya lantas meninggalkan saya dan juga Mayang berdua menuju bagian dalam resto.

Dear MayangWhere stories live. Discover now