Mayang 25

5K 428 32
                                    

"Will you marry me, sweetheart? Jadi istriku, teman hidupku, teman di saat susah dan senang, dan jadi ibu buat anak-anakku. Bersediakah kamu?"

Aku sama sekali tidak menyangka kalau Ceva akan melamarku di resto ini, dengan semua persiapan hebat ini, dan juga dengan kerancuan yang belakangan selalu mengikuti kami berdua.

Air mataku menitik. Mengingat kembali alasan Manda yang enggan memberitahuku acara apa yang akan diselenggarakan hingga dia heboh memintaku berdandan maksimal. Dan karena ini jugalah rupanya yang menjadi alasan hilang nya Manda setelah aku bertemu Ceva di dalam resto tadi. Semua sudah terkoordinir dan juga saling bekerja sama demi mewujudkan acara lamaran romantis ini untukku.

"Kamu bercanda, kan?"

Ceva tersenyum. Ia menggeleng dan memberiku sebuah kecupan lembut di punggung tangan. "Apa semua persiapan ini terlihat bercanda, sayang?" Tentu saja aku terbahak dan menggeleng, menyadari kebodohanku yang bisa-bisa nya malah mengira hal ini hanya berupa lelucon, sedangkan semua persiapan di sini sangat rapih dan juga matang.

"Sorry, aku terlalu kaget, sekaligus speechless. Ini semua terlalu manis." Gelengku geli, yang juga memancing senyuman lembut di bibir Ceva. "Aku cuma nggak menyangka, kamu serius melamar perempuan seperti aku yang..."

"Jangan menghina diri kamu sendiri, Mayang." Potong Ceva cepat dengan nada tak suka. "Love yourself. Karena nggak ada orang yang bisa mencintai kamu lebih dari dirimu sendiri. You're beautiful, and you're perfect just the way you are. Cintai diri kamu sendiri, layaknya aku yang mencintai kamu selama ini. Fisik hanya sementara. Tapi hati?" Ceva menggeleng. "Hati akan selamanya kamu miliki, bahkan sampai maut menjemputmu kelak."

Lagi, Ceva seolah ingin menekankan padaku agar aku bisa menerima kekurangan dan mencintai diriku sendiri. Seperti yang ia katakan, aku cantik dengan caraku sendiri. Lagipula, bagaimana bisa orang-orang akan menghargaiku jika aku tidak bisa menghargai diriku sendiri?

Aku tersenyum lebar dan mengecup cepat bibir nya kala sudah memahami apa maksud dari wejangan yang Ceva selalu berikan padaku selama ini.

Aku berbinar menatap kotak cincin yang terbuka. Menampilkan bulatan cantik yang berkilauan dengan mata berbentuk infinity. Lagi-lagi mewakilkan perasaannya yang tak terhingga untukku.

"Infinity?"

"Yep. Tak terbatas. Tak terhingga, layaknya perasaan yang aku punya." Kami berdua lagi-lagi terbahak saat menyadari kalau omongan kami sedikit terlalu mendramatis di moment ini.

"Thanks, untuk semua sayang dan cinta yang kamu punya dan berikan buat aku, bahkan sampai berani membawamu untuk ngelamar aku seromantis dan seindah ini. Aku jadi ngerasa sangat berarti dan berharga dalam keadaanku yang...yah, kamu tau sendiri." Ceva tidak menyela ucapanku. Ia hanya merespon dengan senyum tulus yang ia miliki untukku.

"Masih mau jawaban?" Tanyaku mencoba berkelakar dan sukses membuat kekasihku itu cemberut menggemaskan.

"Iya dong sayang! Aku mau dapet hadiah kerja kerasku." Sungutnya lucu.

Aku terkikik sesaat lalu berdehem singkat sebelum kembali membuka kata. "Sekali lagi, terimakasih banyak buat cinta, perjuangan, dan juga usaha keras dari kamu yang serius membawa hubungan kita ke jenjang yang lebih serius. Kamu berhasil bikin perempuan gemuk kaya aku merasa begitu berharga sekaligus begitu dicintai. Dan sebagai reward untuk kerja keras kamu...." kujeda kata-kataku yang terlihat membuat Ceva begitu antusias sekaligus tegang secara bersamaan. "...apa kata yes cukup, calon suamiku?"

Mata Ceva berkaca-kaca dan mengangguk antusias. Dengan cepat, ia memasangkan cincin di jari manis kiriku dan juga memberikan sebuah kecupan lembut di bibirku.

Disela senyumku, aku membalas pagutannya dengan kelembutan dan juga kasih sayang. Ciuman pertama kami dengan status yang baru. Aku bahkan bisa merasakan asin di ciuman kami karena air mata yang menitik, baik dariku, maupun Ceva.

Sorak sorai tiba-tiba riuh terdengar dari arah kaca hitam yang dijadikan tempat mengintip keluarga sekaligus kerabat dekat kami. Aku tertawa sedangkan Ceva menggerutu karena mengganggu kesenangannya menginvasi bibirku.

Mama, Papa, dan juga Manda menatapku turut bahagia dengan mengacungkan kedua jempolnya karena jawabanku. Keputusan terindah yang pernah kubuat selama aku hidup di dunia.

Mama dan Papa lantas mendekat untuk memelukku, tenggelam dan dekapan hangat Papa.

"Anak Papa sudah besar. Sudah mau jadi istri." Bisiknya dan tak lupa mengecup puncak kepalaku.

"Anak Mama hebat. Ini keputusan terbaik untuk kelanjutan hubungan kalian, sayang. Mama bahagia banget." Ucap Mama serak sambil mengecupi pelipisku bertubi-tubi.

Aku menatap Mama dan Papa bergantian. "Makasih Ma, Pa, buat support kalian selama ini. Selalu ada disaat terburuk dan terbaik dalam hidup Mayang. I love you, guys."

Mama dan Papa lagi-lagi memelukku secara bersamaan, sebelum akhirnya memberikan kesempatan pada Manda untuk bergantian memberiku selamat.

"Yaampun nekkkk, lo bakalan jadi binik mantan ertong ternama. Kalah gue sama lo." Ucapnya barbar sambil menggoyang-goyangkan pelukan kami berdua layaknta telettubies. Aku lagi-lagi tertawa karena ucapan sekaligus tingkahnya.

"Jahat kamu, Man. Nggak bilang-bilang kalo malem ini acara lamaranku." Cebikku kesal.

Manda menjentik keningku hingga membuatku mengaduh sakit. "Lo itu penggugup akut. Kalo gue kasih tau lo dari awal, gue jamin lo malah bakalan mules-mules ke kamar mandi daripada jawab lamarannya si Ceva. Intinya, sekarang kalian bakal jadi suami istri, kan? Yaudah sih, yang penting kan I Will nya udah keucap." Cibirnya menyebalkan, namun tetap saja membuatku bahagia karena mempunyai sahabat sebaik Manda.

"Thanks, Man. Buat semuanya. Kebaikan lo selama ini." Bisikku mellow karena acara indah malam ini.

"Nggak perlu makasih, May. Lagipula, sahabat nggak butuh ucapan terima kasih, kan? Ini emang yang seharusnya dilakukan sahabat." Balasnya lembut sambil memelukku erat.

Ya Tuhan, hari ini rasanya begitu indah untuk kulewati bersama keluarga, sahabat, sekaligus calon suamiku yang sedang berpelukan hangat dengan para karyawan yang ternyata berandil besar menyukseskan acara malam ini.

Sekali lagi, mengutip dari ucapan Ceva, semua wanita itu cantik dengan cara mereka sendiri. Tidak peduli hitam atau putih, sipit atau belo, juga tidak peduli gemuk atau kurus. Masing-masing dari mereka memiliki keindahan mereka sendiri. Dan aku pun demikian. Aku yang berbobot lebih, tanpa harus bersusah payah menurunkan berat badan, justru diterima dengan sangat terbuka oleh mantan kekasihku yang saat ini berubah status menjadi calon suamiku.

Satu hal yang kupelajari. Hidup ini indah dan adil, bagi orang yang mau terbuka dan menerima segala kurang dan lebihnya keadaan mereka. Dan aku, saat ini, juga menjadi salah satu orang yang bahagia karena mampu menerima kekuranganku, pun sepaket dengan kelebihanku. Hidup hanya sekali, jadi, untuk apa kuratapi kekuranganku, sementara sudah ada kebahagiaan yang akan menyongsongku ke depannya? Take it or leave it. Hanya itu rumusnya. That simple.

===END===

Halooooo gaiss. Ada yang kaget aku up pagi ini? Yap, seperti yang kalian tau, ini chapter terakhir dari Dear Mayang untuk versi wattpad. Buat kalian yang mau dapet versi lengkap, nanti bakal ada di PDF dan bakal ku update secepatnya mengenai kapan PDF Dear, Mayang ready untuk dibeli. Dan dengan berakhirnya Dear Mayang, ini artinya trilogi dari Epiphany resmi selesai!!!

Semoga ending ini cukup untuk memuaskan kalian. Terima kasih banyak buat support dan apresiasi kalian selama ini. Kasih aku motivasi disaat banyak readers justru menjatuhkan semangatku menulis. Dan juga aku mau minta maaf kalau ada kata²ku selama ini yang menyinggung kalian semua. Believe me, aku sama sekali nggak berniat seperti itu, dear.

Oh dan bagi kalian, yuk cek work nya kak shooastrif disana kalian bisa traveling dengan aksara indah karya nya. Recomended banget cerita² nya. Ini real, karena aku sendiri juga pembaca setia nya kak Shoo😍 yuk, dukung penulis bertalenta biar karya nya semakin banyak dibaca dan di apresiasi sama semua pengguna setia wattpad.

Last but not least, sampai jumpa di karya²ku selanjutnya. Adios!!

Dear MayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang