Ceva 08

2.8K 611 47
                                    

Saya melihat sendiri di depan mata saya, bagaimana pucat nya wajah Mayang setelah menerima telepon yang saya sendiri tidak tahu dari siapa.

Saya memilih diam, menunggu nya selesai bertelepon dengan seseorang asing tersebut.

"Siapa yang telepon? Penggemar rahasia kamu?" selidik saya ketika Mayang meletakkan ponsel nya. Saya akui, saya memang tipe kekasih yang posesif dan juga cemburuan. Walaupun banyak yang bilang kalau Mayang tidaklah worth it untuk saya, namun bagi saya, hal itu justru berkebalikan dari yang semua orang pandang dan hujat. Saya merasa, kalau saya lah yang tidak worth it untuk gadis sepolos dan sebaik Mayang.

Mayang tidak langsung menjawab pertanyaan dari saya. Ia memilih meneguk minum nya sebelum menatap saya penuh spekulasi.

"Telepon tadi bukan dari penggemarku. Lagian, siapa juga kan yang mau jadi penggemar perempuan karung kaya aku?" tawa nya getir yang saat itu juga membuat saya tersentak.

Perempuan karung...

Saya tidak asing dengan hinaan itu karena saya tahu persis siapa yang menyematkan panggilan itu untuk Mayang.

Dengan cepat saya menggenggam jemari Mayang yang berkeringat dingin dengan erat. "Sayang, kenapa kamu sebut diri kamu kayak gitu? Aku nggak suka." peringat saya tajam pada Mayang yang malah mengalihkan wajahnya dari saya. Ya Tuhan, sebenarnya ada apa ini?

Bahu Mayang terkulai lesu. Mata nya menatap saya dengan sayu, membuat hati saya sakit detik itu juga. Mayang sedang bersedih.

"Ceva, apa kamu nggak bosan sama aku? Kamu ganteng, mapan, terkenal juga. Apa yang bikin kamu mempertahankan aku sampai sejauh dan selama ini? Nggak ada yang istimewa dari aku. Aku cuma bisa jegal langkah kamu buat maju sebagai aktor hebat tanah air." ceracau nya dengan mata yang berkaca.

Ini tidak bisa di biarkan. Dengan cepat, saya lantas berpindah kursi menjadi duduk di sampingnya, dan menyeka bulir air mata yang sudah menitik dari mata indah milik Mayang.

Mayangku...

Hati saya perih sekali melihatnya ketika ia menangisi bagaimana timpang nya status kami, menurutnya.

"Karena aku cinta sama kamu, Mayang. Nggak ada alasan yang bisa bikin aku bosan atau bahkan tergoda sama perempuan lain. Aku sayang dan cinta sama kamu."

Mayang menggeleng sedih. "Tapi kamu lihat sendiri kondisiku. Aku.."

"Sshh, I know." bisik saya yang tanpa sadar ikut menahan tangis. "I love you. Unconditionally. Mau seperti apapun kamu, itu nggak penting. Yang terpenting adalah, bagaimana kita bisa mempertahankan hubungan ini."

Mayang menangis dengan menutup wajah menggunakan telapak tangannya yang besar. Saya lantas memeluknya erat. Mencoba menjadi sandarannya di kala duka yang ia hadapi dalam hubungan kami yang berat.

"Kalo kamu emang cinta sama aku, kenapa kamu harus pergi dari acara itu? Kenapa kamu bikin Rey marah dan bikin Serena bingung?" isaknya tergugu.

Saya tersentak dan segera melepas pelukan kami. "Jadi tadi itu Rey?" tanya saya tanpa sadar sudah mendesis geram.

Mayang mengangguk sambil menyeka air mata nya. "Iya, tadi Rey. Dia marah karena kamu nggak profesional dan lebih memilih buat kencan sama...karung kayak aku." lirihnya tercekat.

Tangan saya terkepal kuat. Ingin sekali saya menonjok Rey karena sudah berani menghina Mayang yang bahkan tidak ia kenal sebelumnya. Berani nya Rey menyakiti hati Mayang...

"Jangan nangis lagi ya sayang." bisik saya lembut sambil mengecupi wajah nya yang sembab karena tangis. "Yang harus kamu ingat, aku akan profesional kalo memang aku di hormati di sana. Tapi aku nggak akan segan untuk pergi detik itu juga di saat mereka nggak bisa menghormati kamu dan aku. Kamu hidupku, Mayang. Jadi aku mohon, tolong bertahan di sisiku. Bisa?"

🎇🎇🎇🎇

Segala caci dan hina itu sudah kenyang dear aku rasain dari kecil. Bahkan waktu jaman sekolah dulu, tasku sampe di lempar ke genteng sekolah karena di bully gara2 kondisi badanku sendiri. Jadi, setiap aku selesai ngetik part nya kisah Dear Mayang, aku pasti bakal nangis atau paling nggak nelangsa, karena keinget banget kayak apa susah nya jaman sekolah dulu yang selalu kena body shaming. Gendut, jelek, shrek, tukang nyuri nasi, gentong, karung, semua sudah disematin ke saya sampe ke akar2nya.

Mentalku jujur sangat berpengaruh gara2 menerima hinaan dari kecil. Aku jadi susah bersosialisasi dan juga susah buat nyaman di keramaian. Akan selalu ada sisi dalam diriku di mana aku ngerasa kalau orang2 bakal nggak nyaman sama kondisi badanku yang selalu bikin mereka sakit mata😅 well yeah, persepsi banyak orang memang seperti itu kan? Orang gemuk selalu meyakiti mata dan juga pemandangan mata si pemilik tubuh sempurna😂

Jadi di sini, cerita Dear Mayang itu pure based on true story hidup aku. Minus punya pacar artis ya😆 aku sempat takut dikira plagiat karena dari kemarin banyak bgt yang bilang ceritaku mirip imperfect yang sebenernya nggak aku tahu sama sekali ceritanya kayak apa😢 tolong, jangan anggap aku plagiat cerita imperfect ya🙏🙏

Hope you like it.

10 Oktober 2020

Dear MayangWhere stories live. Discover now