Mayang 15

3.1K 545 53
                                    

Kaget, syok, tidak menyangka, kecewa, marah, sedih, semua nya bercampur aduk dalam benakku saat ini. Aku ingat betul momen itu. Momen di mana aku baru menyadari kalau lelaki yang pernah kutraktir lima tusuk sate rupanya adalah kekasihku sendiri. Saat itu aku masih duduk di kelas enam sekolah dasar, dengan kisar usia dua belas tahun. Dan itu artinya, Ceva sudah berusia dua puluh dua. Lima tahun berjuang menyelamatkan hidup sang Ayah yang berujung kesedihan.

Aku kebingungan untuk menyikapi semua fakta yang tanpa sadar membombardirku habis-habisan. Di satu sisi, Ceva terpaksa melakukan itu semua demi kesehatan sang Ayah, yang mana kita tahu kalau biaya cuci darah itu tidaklah sedikit. Namun di satu sisi, aku kecewa kalau ternyata kekasih ku pernah mengumbar kenikmatan pada tiap wanita yang bersedia membayar jasa nya.

Hanya menangis yang bisa kulakukan saat ini. Bergelung di balik selimut, mengabaikan Papa yang sejak tadi berusaha menenangkan diriku.

"Mayang, tolong berhenti nangisnya nak." Pinta Papa memelas sambil menangkup wajahku yang kuyakin sangat berantakan.

"Sakit Pa. Hati Mayang sakit." Rintihku sambil memukul dadaku berulang kali.

"Papa tau sayang. Papa juga nggak percaya sama semua fakta gila ini."

Tangisku merintih. Berharap kalau semua ini hanyalah bunga tidurku yang akan segera lenyap ketika aku terjaga nanti. Namun sayang, duniaku bukan lagi sebatas dongeng penghantar tidur yang biasa Mama bacakan untukku setiap malam.

"Mayang harus gimana Pa? Mayang cinta sama Ceva, tapi Mayang juga kecewa." Aduku pilu.

Papa mengusap puncak kepalaku lembut dengan mata nya yang sendu. "Papa juga kaget dan kecewa, sayang. Tapi, manusia nggak akan bisa menghapus masa lalu. Mau sejauh apapun manusia berlari dan menghindar, masa lalu tetap akan menempel kuat di tiap pori-pori hidup kita. Semua ini kembali ke kamu gimana menyikapunya."

Kubersut air mataku yang masih deras mengalir. Aku tahu Ceva juga jijik pada masa lalu nya sendiri. Bisa kulihat betapa nanar ekspresinya saat ia bercerita tadi. Rasanya, aku juga tidak akan bisa semudah itu melepeh Ceva yang selama ini mampu menerima keadaanku dengan tangan terbuka. Bukankah aku egois jika dengan mengetahui masa lalu kelamnya, aku justru memanfaatkan hal itu untuk melepas lelaki sepertinya?

"Apa Mayang egois Pa kalo Mayang putus sama Ceva gara-gara masa lalunya? Sedangkan selama ini Ceva bisa terima kekurangan Mayang dengan tangan terbuka?"

Papa menghela napas dan menatapku teduh. "Papa nggak bisa kasih saran banyak, sayang. Bukan karena Papa nggak mau, tapi Mayang udah dewasa sekarang. Bisa menentukan mana yang pantas dan nggak pantas untuk Mayang pertahankan. Dan Papa serta Mama, akan selalu mendukung dan menghormati apapun keputusan yang Mayang pilih nanti."

Aku mengangguk paham dan memeluk erat tubuh Papa sebagai rasa terima kasih dan cintaku. Kurasa, aku memang butuh waktu untuk mencerna semua fakta ini. Aku kecewa, namun aku juga berusaha memahami nya. Dan jujur ini semua tidaklah mudah.

Jadi apa yang harus kupilih? Bertahan atau justru....melepaskan?

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Apa yang bakal kalian pilih kalo jadi mayang?😅😅 oh iya, mungkin cerita ini nggak akan up tiap hari karena kuprediksi, partnya nggak akan terlalu panjang.

19 Oktober 2020

Dear MayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang