Mayang 07

2.9K 597 114
                                    

Aku masih tak percaya ketika menatap sosok di hadapanku yang tengah melahap steak well done nya dengan sangat lahap. Seolah ia sudah lama tidak makan selama berhari-hari.

Mungkin karena ia sadar aku tak putus menatapnya sejak tadi, kepala itu akhirnya mendongak. Ia menatapku dengan senyum lembutnya yang memabukkan. Namun senyum itu seketika pudar ketika melihat piringku yang sama sekali belum kusentuh. Dengan cepat, ia mengambil alih piringku dan membantuku memotong-motong steak tersebut.

"Maafin aku ya. Aku sampe lupa nggak bantuin kamu potongin daging nya."

Aku masih bingung mencerna keadaan. "Ceva." panggilku ragu. Mata nya menatapku penuh tanya.

"Ya sayang? Ada apa?"

"Bukannya kamu lagi ada interview sama stasiun tv ya? Kok sekarang kamu malah ada di sini?"

Ceva tak langsung menjawab. Ia kembali fokus memotong daging steak di piringku dengan ekspresi yang sulit kubaca.

Tak lama, ia segera mengasongkan kembali piringku dengan sebuah senyum. "Nah, udah selesai. Sekarang, kamu bisa lebih gampang makan steaknya."

"Makasih ya." ucapku tulus sambil menusukkan garpu ke potongan daging dan mulai melahapnya.

"Ceva?"

"Ya sayang?"

"Kamu belum jawab pertanyaan aku tadi."

Kali ini Ceva tersenyum dan meraih sebelah tangan ku untuk ia usap perlahan dengan ibu jarinya. "Host nya berhalangan hadir, jadi jadwalnya di reschedule. Dan aku bersyukur, gara-gara host nya nggak datang, kita jadi bisa kencan beneran." jawabnya riang tanpa beban.

Aku tahu ada yang tidak beres dengan batal nya acara Ceva. Tidak mungkin semudah itu membatalkan kerja dengan salah satu aktor kenamaan Indonesia. Dan lagipula, walaupun Ceva sejak tadi berusaha untuk terus menolak panggilan masuk di ponselnya, aku bisa melihat nama Rey yang berulang kali mencoba memanggilnya namun sama sekali tidak ia gubris.

"Beneran?" tanyaku sangsi.

Ceva tentu saja mengangguk mantap. "Serius, Mayangku. Sekarang, makan steak nya sebelum makin dingin." titahnya tegas dan langsung kuturuti begitu saja. Untuk sesaat, kami menikmati makanan kami masing-masing. Lalu untuk penutupnya, ada creme brulee yang Ceva pesan di sesi akhir acara kencan kami. Creme brulee yang lezat dan lembut di mulut.

"Gimana? Suka kan sama kencan kita sekarang?" tanya Ceva antusias sambil menyuap creme brulee di hadapannya.

Aku menyuap juga, sambil berpikir kalau ini lah saat nya untuk menyampaikan keinginanku tentang bagaimana kencan yang kuinginkan seperti saran Manda.

"Suka kok. Tapi Ceva, aku lebih suka..."

Ucapanku terpotong oleh dering ponsel Ceva yang sudah berbunyi entah keberapa kalinya. Dengan raut tajam, Ceva menatap ponsel nya yang kini menampilkan nama Serena yang bisa kutangkap meskipun sekilas.

Panggilan itu lantas berhenti. Namun aku masih saja memaku tatap di ponsel Ceva yang kini layarnya sudah kembali menghitam. Serena? Untuk apa ia menelpon ke nomor pribadi milik Ceva? Apa Ceva memberikan nomor khusus personalnya pada Serena juga selain padaku?

Dan di saat aku sudah hendak kembali bertanya pada Ceva, kali ini berganti sebuah nomor asing yang menelpon ku. Tak ada rasa aneh ataupun curiga sebelumnya. Tapi jujur, begitu telepon itu kuangkat, hanya rasa sesal dan sedih lah yang kini menggelayuti benakku.

"Woi gendut, kasih tau ke cowok lo, jangan lari dari tanggung jawab! Tunjukin kalo dia emang profesional sebagai aktor hebat. Jangan cuma karena kencan nggak berguna sama karung kayak lo, cowok lo sampe rela ngilang dari interview yang ngehasilin puluhan juta!"

🎇🎇🎇🎇

Ada yang bisa nebak siapa yang telepon ke Mayang?

08 Oktober 2020

Dear MayangWhere stories live. Discover now