Ceva 02

5.6K 816 60
                                    

Salah satu pilihan hidup yang saya sesali itu dengan status diri saya yang menjadi aktor kenamaan Ibukota. Ke manapun langkah kaki saya membawa diri, di sana lah jepretan kamera, entah dari ponsel maupun dari kamera jurnalis selalu mengikuti.

Bahkan tidak ada privasi sama sekali, hal sederhana yang begitu terasa mahal untuk saya. Tidak ada kebebasan, tidak ada kencan tiap sabtu malam, dan juga tidak bisa membawa kekasih saya ke manapun saya ingin melangkah.

Aturan ketat dari pihak manajemen jelas mengekang saya, dan sekaligus merantai hati saya yang merongrong rindu akan keberadaan gadis chubby kesayangan saya. Gadis yang sudah lima tahun saya kencani, namun juga saya abaikan keberadaanya.

Bukan karena saya tidak peduli dan tidak cinta, tapi saya harus bisa menjaga komitmen saya pada pihak manajemen agar selalu terlihat lajang dan segar di mata publik. Apalagi saya tahu, kalau pihak manajemen saya sering memandang sebelah mata pada sosok Mayang.

Mayang sangat cantik bagi saya. Luar dan dalam. Kendati tubuhnya memang tumbuh subur, namun di mata saya, dia tetap lah yang terbaik. Kecantikan hati juga ia miliki di balik kecantikan wajahnya.

Mayang nya saya memang sangat ceria, baik dan juga pengertian. Ia bahkan tak pernah menuntut apapun pada saya mengenai waktu kencan kami yang tersita karena kesibukan saya yang di luar batas nalar manusia normal. Malam kerja, pagi justru sering tertidur karena lelah.

Sesungguhnya, saya tidak suka dengan ritme hidup saya. Terlalu kacau dan juga terlalu banyak problematika. Yang saya inginkan adalah hidup yang tenang, di mana Mayang selalu bisa berada di sisi saya untuk bermanja-manja.

"Media pasti bakal heboh kalo gosip lo sama Serena bisa makin digembar gemborin lagi. Gue jamin, eksistensi lo dan Serena bakal terus bersinar kalo kayak gini caranya."

Saya menghembuskan napas lelah ketika sudah berada di dalam mobil van yang khusus membawa saya ke setiap acara yang harus saya hadiri.

"Berhenti bawa-bawa pekerjaan, Rey. Saya lelah."

Rey, sahabat sekaligus manajer saya tampak melirik dari rear view karena posisinya yang duduk di sisi supir.

"Tapi ini buat masa depan lo juga kan Va? Lo nggak bisa anteng-anteng aja selama berkarir di dunia keartisan. Pamor lo nggak selamanya meroket. Sedikit drama dan gimmick nggak bakal bikin lo sengsara kan?" ujarnya tanpa dosa.

"Saya memang nggak sengsara, tapi Mayang yang sengsara, Rey!" tandas saya sambil menatap tajam matanya yang memandangku tak percaya. Rey mengurut pelipis nya. Satu gestur yang selalu dia lakukan tiap kali ia sedang menahan sesuatu.

"Va, gue tau kalo gue cuma sahabat dan juga manajer lo yang nggak pada kapasitas nya buat ikut campur, tapi ini dunia showbiz, man! Mayang boleh jadi emang pacar lo di dunia sembunyi-sembunyi kalian. Tapi Serena lah yang jadi pacar lo di dunia entertainment. Dan jujur, Mayang sama sekali nggak membantu untuk menanjakkan karier lo." jelas nya yang kali ini benar-benar keterlaluan dan tidak bisa saya toleransi.

"Rey, kamu sadar apa yang sudah kamu bilang? Kamu merendahkan pacar saya!" geramku dengan desisan yang sepertinya cukup membuat sahabat sekaligus manajer saya itu ketakutan.

"B-Bukan gitu, Va. Gue cuma mau arahin lo ke arah yang tepat. Dunia entertainment nggak sebaik yang lo kira."

"Saya nggak perlu arahan apapun dari kamu mengenai hidup saya! Saya tahu, paham dan mengerti akan konsekwensi apa yang ada di tiap pilihan yang saya ambil."

"Ya tapi..."

"Dan kamu nggak berhak merendahkan Mayang seperti itu di saat kamu bahkan tidak mengenal siapa pacar saya!" tambahan kata dari saya membungkam Rey secara telak.

"Pak Imron, tolong berhenti di depan ya."

Pak Imron nampak bingung, sesekali menatap Rey untuk meminta persetujuan. Rey yang merasakan bagaimana emosi saya pun akhirnya mengalah dengan mengizinkan saya turun di pinggir jalan.

Setelah menyetop taksi yang membawa saya menuju ke rumah pacar saya, barulah saya teringat kalau sejak semalam, saya belum sama sekali memberi kabar buat gadis kesayangan saya.

Dengan merogoh tergesa kantung celana bahan yang masih saya gunakan, saya lantas meraih ponsel berwarna hitam metalik itu dan membuka aplikasi chat.

Senyum lebar tak bisa saya tahan ketika melihat bagaimana menggemaskannya tingkah Mayang.

From : Mayangku

Selamat ya buat sukses nya film kamu🎉🎉 aku tau kamu sangat pantas dapet penghargaan itu. Cevaku hebat!!!

🎇🎇🎇🎇

Diraba2 dulu ya gimana kisah mereka😂😂

04 Oktober 2020

Dear MayangWhere stories live. Discover now