Mayang 21

2.7K 518 26
                                    

Aku nyaris tersedak ketika mendengar ucapan dari Ceva. Nada suaranya sangat lembut. Tidak sekalipun mengindikasikan kemarahan, namun aku tahu kalau di balik pertanyaannya, Ceva sedang menahan marah. Selama kami berdua menjalin hubungan, Ceva sangat menyukai perannya sebagai pelindungku. Dia seakan harus selalu tahu apa apa saja yang terjadi di hidupku.

"Kamu...tau?" Tanyaku mencicit. Merasa ngeri karena tertangkap basah menyembunyikan suatu fakta yang sesungguhnya sangat enggan kuingat kembali.

Ceva menghela napas. Mata nya yang semula menatapku lembut, kini berubah sendu. "Maaf. Dia pasti nyakitin kamu lagi. Iya kan?"

Aku terpekur. Ucapan Ceva sama sekali tidak salah. Rey memang selalu melempariku dengan hujatan pedasnya tiap kali kami berdua memiliki kesempatan untuk bertemu. Aku marah dan terluka, tapi aku tidak bisa berbuat lebih jauh. Harus ada Ceva yang kupertimbangkan jika aku berani meladeni tingkah bodoh Rey. Ceva pasti akan murka, dan bukan tidak mungkin keduanya terlibat ke dalam sebuah perkelahian yang nantinya jelas berdampak buruk pada imej Ceva.

"Nggak usah dipikirin." Aku mengibaskan tangan dan kembali menekuri makananku.

"Sayang..."

"Ini enak banget lho. Aku suka. Besok bikinin lagi ya?" Serobotku cepat dengan mengangkat topik lain untuk menghindari obrolan seputar Rey.

Ceva menatapku tajam. Ia menekan bahuku lumayan kuat yang dalam sekejap mampu membuatku terdiam.

"Sayang, ini udah keterlaluan."

"Terus apa? Kamu mau gimana? Mau mukulin Rey? Mau ngehajar dia sampe mati? Aku nggak mau! Aku nggak mau kamu sampe berurusan sama polisi cuma karena Rey, Va." Bentakku dengan napas terengah. Tanpa sadar justru melampiaskan rasa kesal dan terlukaku pada Ceva.

"Justru itu! Aku bisa bawa Rey ke pihak berwajib, sayang. Perbuatannya jelas udah mengusik ketenangan kamu. Ini bisa jadi bakal lebih parah kalo kita diamin terus."

Aku mengerang frustasi. "Kamu nggak usah ngaco deh. Emang kita punya bukti apa sampe..."

"Manda. Dia bisa jadi saksi gimana perbuatan Rey ke kamu."

Mendengar nama Manda di sebut, kini aku baru paham darimana Ceva bisa mengetahui tingkah kekanakan Rey padaku. Aku mendengus kesal. Meletakkan makanan lezat tersebut, resmi tidak melanjutkannya lagi.

"Dia ngadu apa ke kamu sampe bisa bikin kamu panik gini?"

"Sayaangg." Ceva mendesah frustasi. Mata nya jelas mengkhawatirkanku sekaligus mencoba menekan emosi nya karena kekeras kepalaanku. "Manda niat nya baik. Dia nggak mau sampe kamu tersakiti gara-gara Rey."

"Aku udah tersakiti dari dulu kok. Nggak ada beda nya sama sekarang." Celetukku yang seketika kusesali kala melihat raut sendu penuh rasa bersalah di wajah kekasihku.

Ceva menunduk, meraih jemariku yang masih sedikit berminyak karena makanan yang di bawa Ceva. "Forgive me." Bisiknya lirih. "Gara-gara kamu sama aku, Rey jadi..."

Aku menekan jemari telunjukku di depan bibir Ceva dan menggeleng pelan. "Semua ini bukan salah kamu. Ini murni karena Rey pengen yang lebih baik buat jadi pendamping kamu. Dengerin dulu." Seruku ketika melihat Ceva hendak menyerobot ucapanku. "Rey yang salah. Itu hal mutlak yang bisa kita dapet selama ini. Kamu nggak perlu mikir sampai segitunya. Aku bahagia sama kamu, Va. Dan aku nggak peduli sama omongan Rey, yaaa minus cengkeramannya sih." Ringisku yang malah membuatnya makin panik.

"Dia berani cengkeramin kamu? Di mana? Ada bekas nya nggak? Itu bisa kita jadiin bukti visum.."

"Ceva Algoritma!" Tekanku yang seketika membuatnya kicep. "Aku nggak mau pusing mikirin Rey. Karena semakin kita ngeladenin perbuatan dia, semakin semangatlah dia buat ngusik hidup kita. Cukup diam dan menjauh, Va. Cuma itu yang aku minta dari kamu. Aku nggak mau cari masalah dan cari musuh." Ucapku letih. Rasanya, ketimbang harus memusingkan urusan Rey yang sama sekali tidak penting, aku lebih memilih untuk menikmati hubunganku dan Ceva selepas ia melepas dunia entertain sebagai ladang uang nya.

"Hati kamu tuh terbuat dari apasih?" Gerutunya sambil meraih wajahku dan mencecahkan kecupan-kecupannya di sekujur wajahku hingga aku terkikik geli.

"Janji ya jangan cari masalah? Aku nggak mau bikin posisi kamu serba sulit. Cukup nikmati aja me time buat kita berdua ketimbang harus pusing mikirin respon orang lain sama kebersamaan kita. Deal?"

Ceva terlihat menggerutu sebelum mengaitkan jemarinya pada jemari kelingkingku. "Deal."

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Ini nggak aku edit ya🤣 long time no see. Semoga masih ada yang mau baca kisah amburadul ini. FYI, kisah ini nggak berat2 kok konfliknya soalnya aku lagi males mikir yang berat. UTS udah cukup membebani otakku selama 1 minggu full ini. Dan baru hari ini aku kelar UTS. Hope you guys like it.

28 November 2020

Dear MayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang