Mayang 05

3.3K 602 50
                                    

Hari Sabtu yang sangat cerah dan juga indah ini, aku sudah sangat bersemangat menyiapkan acara kencanku dengan Ceva. Ini merupakan kencan kami yang sepuluh kalinya selama lima tahun kami bersama. Cukup miris ya riwayat kencan kami? Aku tahu pasti kalau semua akan berdecak tak percaya dengan acara kencanku. Tapi mau bagaimana lagi? Ceva sibuk dengan segudang kontrak kerja keartisannya yang tidak memungkinkan untuk kami berkencan dengan leluasa.

Dan kali ini, aku sudah berdiri di sebuah toko pakaian. Ingat, toko pakaian, bukannya butik yang kebanyakan di isi oleh pakaian mini yang bahkan tidak bisa masuk di sebelah lenganku.

Aku tidak sendiri, karena saat ini, aku ditemani oleh Manda, sahabatku yang kebetulan sedang free karena ini jatah liburan nya. Sahabatku bekerja di sebuah perusahaan sebagai admin pajak dan finance.

"Menurut kamu yang warna kuning ini bagus nggak? Tanyaku sambil menunjuk sebuah blus jumbo berwarna kuning yang memiliki pita serta rempel sebagai penghiasnya.

Manda mendelik galak. "Lo mau jadi kayak Lala nya telettubies? Kuning gini? Belom lagi ini ada rempelnya, lo bakal keliatan nambah gembung Mayaaaanngg."

Aku meringis mendengar komentar pedas dari Manda. Sahabatku ini memang memilki kepedasan mulut setara dengan Mama. Tapi anehnya, aku bahkan tidak pernah merasa tersinggung dan sakit hati dengan ocehannya. Karena yang pasti kutahu adalah, Manda mencercaku bukan untuk merendahkanku, namun untuk membimbingku. Memang caranya saja yang barbar. Tapi percayalah, Manda adalah orang terbaik yang selalu membelaku ketika banyak teman lelaki kami mencaci kondisi tubuhku.

"Terus aku harus pake apa dong?" rengekku frustasi sampai hampir menangis. Tidak mungkin kan aku memakai kaus untuk berkencan? Tidak ada bedanya dengan ketika aku santai di rumah.

Lala menghela napas. "Lo ada kaus item polos nggak? Saran gue, mending lo pake kaus terus dilapisin jaket denim aja. Celana nya pake legging item juga."

Aku termenung memikirkan bayangan diriku sendiri jika mengenakan pakaian yang disebutkan oleh Manda.

"Kayak mau ke supermarket dong?" rengutku kesal.

"Dih, nggak lagi. Lagian si Ceva emangnya mau ajak lo kencan di mana sih? Paling juga nyewa serestoran buat makan sama lo. Nggak bakal ada yang liat gimana penampilan lo." cibirnya.

Aku mendesah lesu. Manda bahkan sampai tahu bagaimana pola kencan kami selama ini. Sepuluh kali berkencan, Ceva akan selalu membooking full satu restoran hanya untuk durasi makan kami yang kurang dari satu jam. Sangat pemboros dan juga hedon.

Namun ketika kutegur pelan, Ceva berkata kalau uang jelas tidak masalah asalkan aku dan dirinya bisa nyaman ketika melakukan kencan kami.

"Ceva cuma berusaha buat bikin aku aman dan nyaman, Manda." belaku pelan.

"Lo nyadar nggak sih May? Pola hubungan kalian itu nggak sehat. Apa-apa serba eksklusif. Apa-apa serba mengandalkan uang. Dia bukannya bikin lo nyaman, tapi malah berkesan bikin dia yang aman dari inceran papparazi." tekannya serius sambil menekan kedua lenganku.

Aku menunduk sambil memainkan kakiku yang terbalut sneakers berwarna hijau lumut. "Itu wajar kan? Dia kan artis." cicitku semakin lirih.

Manda mendesah dan menangkup pipi ku. "Dia emang artis, kita nggak bisa menampik fakta itu. Tapi cara dia menyiasati kencan kalian itu bikin gue nggak habis pikir. Kalo emang dia takut lo dan dia ketangkep basah sama papparazi, kenapa sih dia nggak ngajak lo wisata alam aja? Atau malah kencan aja di rumah dia apa dirumah lo. Nggak harus apa-apa bertabur kemewahan kan? Gue nggak suka karena gue tau, lo pasti bakal insecure banget sama apa yang bakal lo pake, kayak sekarang ini contoh nya!"

Aku terpekur mendengar ucapan Manda yang mulai bisa kuterima. Aku memang selama ini selalu diam meskipun aku terkadang merasa tidak nyaman dengan tatapan para waiter maupun waitress yang menatap ku bak penyakit menular ketika mereka melayaniku dan Ceva di acara kencan kami. Aku juga kerap mengabaikan bagaimana tatapan manajer dan agensi Ceva ketika suatu hari dia berani membawaku mengunjungi agensi nya.

Mereka semua menatapku bak sampah, dan jujur aku sakit, meski aku mencoba bertahan karena tidak ingin membuat Ceva sedih.

"Gue bukannya mau pengaruhin lo, May. Nggak sama sekali. Cuma gue berharap, lo bisa menyuarakan apa keinginan lo sama Ceva yang selama ini ambil kendali penuh di hubungan kalian. Ini hubungan kalian berdua, bukan cuma punya Ceva. Dan lo sangat berhak untuk berargumen sama hal yang bikin lo nggak nyaman."

Aku paham kalau Manda mengoceh panjang seperti itu karena ia menyayangiku dan benci melihatku minder di setiap acara kencanku dengan Ceva. "Ini yang terakhir, Manda. Sayang kalo sampe aku batalin. Resto nya udah di booking dari seminggu yang lalu."

Manda mencibir. "Itu terserah lo. Gue cuma kasih tau lo aja. Perkara kapan lo mau mengeksekusi, itu ada di tangan lo."

Aku mengangguk dan memeluk lengan Manda yang kini kuseret ke sebuah toko sepatu yang ingin kubeli demi kencan ini.

Sebuah flat shoes berwarna moka yang sederhana namun cantik. Sudah lama aku ingin membeli koleksi baru ini, namun baru sekarang lah bisa kurealisasikan.

Setelah membawa dan membayar di kasir, aku dan Manda berencana untuk mampir ke foodcourt, mengisi tenaga kami dengan menu masakan dari negeri gajah putih.

Ponselku berbunyi tepat ketika kami baru keluar dari toko sepatu yang kukunjungi. Kurogoh sling bag ku dan meraih ponsel ku. Ternyata sebuah pesan dari Ceva yang isi nya mampu membuatku lemas seketika.

From : My Cev

Mayangku, aku minta maaf ya. Hari ini kencan kita terpaksa gagal. Aku ada interview mendadak di stasiun tv KCTI. Maafin aku ya sayang. Aku janji besok bakal jadi hari paling menyenangkan buat kita. Aku cinta kamu. Selalu berhati-hati ya sayangku.

🎇🎇🎇🎇

Ada yang pernah ngerasain gimana susahnya cari baju kayak Mayang? Big size itu memang sulit buat cari baju yang pas buat badan😢 dan aku selalu sedih kalo lihat orang yang mencibir cara berpakaian orang berbobot lebih. Terlebih orang indonesia itu masih tidak ramah sama orang gemuk.

Aku berharap lewat kisah ini, kita semua bisa open minded dengan memanusiakan seseorang yang mungkin berbeda dengan kita. Kalau ada orang gemuk emang masalah nya apa? Kalau ada orang item emang masalahnya apa? Kita tetap sesama manusia kan?

06 Oktober 2020

Dear MayangWhere stories live. Discover now