⚪05⚪

1.4K 314 61
                                    

Jiyeon sudah memprediksi, meminta izin pada ayahanda sangatlah tidak mudah. Ini terasa memuakkan. Telinganya pengang disuguhi ceramah panjang Rain yang mempertanyakan darimana Jiyeon mendapatkan ide berlatih pedang yang sebenarnya bukan wawasannya.

Bagaimana bisa putri bungsunya yang manja berubah menjadi gadis yang tidak ia kenal lagi. Jangankan berlatih pedang, untuk belajar merajut saja Jiyeon sudah mengeluh. Kenapa sekarang gadis itu malah ingin melakukan hal-hal yang lebih berbahaya? Tidakkah putri kecilnya itu takut jika sesuatu terjadi dan berakibat fatal nantinya?

"Aku mohon, Ayah. Hanya berlatih, lagipula ... Sir Vollentio akan meminta wakilnya jika aku mendapatkan izin darimu."

"Tidak Jiyeon! Itu berbahaya, dan kau juga tidak seharusnya melakukan hal seperti itu. Sebentar lagi kau juga akan menikah, Jungkook tidak akan membiarkan nyawamu dalam bahaya. Tidak perlu sampai belajar menggunakan pedang—"

"Ayah, memang—"

"Jangan pernah memotong ucapanku, Jiyeon!" tegas Rain. Sedari dulu siapa pun tahu jika ia paling tidak suka seseorang memotong kalimatnya.

"Maaf Raja."

Baik Rain maupun Jiyeon yang tengah bersitegang, mengalihkan atensinya pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Jiyeon mengerutkan dahinya melihat Taehyung di sana. Sementara Rain mengulas senyum dan menyuruh Taehyung masuk ke ruangannya.

"Ada apa, Duke?" tanya Rain. Taehyung berdiri di sisi Jiyeon dan menatap Rain dengan menyematkan senyum di wajah tampannya.

"Maaf Raja, bukannya saya bermaksud lancang. Tadi saya tidak sengaja mendengar jika Putri Jiyeon meminta izin untuk berlatih pedang kepada Anda."

"Ya, kau pasti juga tidak setuju, bukan? Itu terlalu beresiko."

"Saya tahu dengan kekhawatiran Anda, Raja. Tapi menurut saya, tidak ada salahnya kalau Putri Jiyeon berlatih pedang. Hanya sebagai pegangan saat situasi buruk terjadi nantinya, bentuk perlindungan diri sendiri," ujar Taehyung. Pria itu melihat raut wajah Rain yang tidak setuju dengan kalimatnya. Dari sudut mata pun, ia tahu Jiyeon menatapnya penuh tanya.

"Jika Anda ragu, atau mencemaskan keselamatan Putri Jiyeon, saya menawarkan diri untuk mengawasi Putri Jiyeon saat berlatih," tambahnya berusaha meyakinkan.

Jiyeon semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Taehyung. Bukannya pria ini selalu bersikap tidak peduli dan acuh terhadap Jiyeon yang asli?

"Ayah, aku bisa menjaga diri sendiri. Lagipula orang yang akan melatihku bukan orang yang tidak terlatih."

"Tidak, kurasa apa yang Duke Taehyung katakan memang benar, meski mereka sudah terlatih dan berhati-hati, tetap saja kau perlu diawasi. Kau juga berpotensi tinggi melukai dirimu sendiri nanti saat berlatih. Dan Duke Taehyung juga memliki kemampuan berpedang setara dengan putra semata wayang Duke Vollentio."

"Ayah—"

"Baiklah, jika kau menolaknya, jangan harap aku memberi izin untuk berlatih pedang."

Seringaian teramat tipis terukir di bibir Taehyung.  Melihat Jiyeon yang tidak bisa lagi membantah ayahnya. Sebab, keinginan gadis itu berlatih pedang begitu kuat sehingga hanya bisa pasrah menerima keputusan ayahnya.

...

Cling

Pedang itu terlempar dan memberi suara bising saat membentur lantai ruang latihan. Sementara pemiliknya tengah berada dalam tahanan lengan  seorang pria pada bagian bahunya. Belakang punggungnya terasa hangat karena menempel langsung pada tubuh bagian depan yang kokoh, juga mata pedang yang kini sedikit menekan lehernya terasa dingin,  membuat Jiyeon tidak bisa bergerak barang sedikit pun.

Verticordious✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang