⚪23⚪

757 224 15
                                    

- We can't change the past but there's a difference then moving on and letting go. -

 -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Rantai tangannya, kita akan bawa pembunuh ini ke depan rakyat. Agar mereka tahu seperti apa wajah iblis yang melenyapkan nyawa putraku." Seokjin berdiri melipat kedua lengannya di bawah dada. Mahkota emas bertengger manis di surai legamnya yang tebal, pakaian kerajaan melekat sempurna di tubuh tingginya. Dan jubah merah dengan pinggiran warna emas yang tersampir di bahu lebarnya, menjuntai hingga menyapu permukaan lantai.

Dua pengawal yang mendapat titahan pun langsung membuka jeruji dan menghampiri Jiyeon. Mereka menyatukan kedua tangan Jiyeon ke belakang tubuh gadis itu dan merantainya. Dengan sentakan kasar, Jiyeon digiring keluar dari penjara bawah tanah. Tidak repot-repot memelankan langkah lebar mereka agar Jiyeon tidak kesulitan untuk mengikutinya. Gadis itu beberapa kali tersandung dan nyaris tersungkur jika tubuhnya tidak dipegangi.

Jiyeon hanya pasrah diseret meninggalkan penjara bawah tanah, gadis itu memejam menikmati udara bersih begitu mencapai luar istana. Matanya menatap ratusan manusia mengenakan jubah merah memenuhi depan istana. Pandangan penuh kebencian itu menghunus Jiyeon dengan kejam. Badannya terangkat menaiki beberapa anak tangga dari kayu dan berpijak di sepetak lantai kayu yang cukup luas, tempat eksekusi yang akan berlangsunh esok, jika Seokjin tidak memajukan jadwalnya.

Seokjin sudah terlebih dulu berada di sana, berdiri mengangkat dagunya tinggi, arogansi seorang raja. Memandang Jiyeon penuh ketidaksukaan dan berbalik memunggunginya.

"Dia adalah orang yang sudah meracuni putraku. Putri Jiyeona D' Athanasius, gadis licik yang memanfaatkan rasa cinta anakku dan dengan lancang melenyapkan nyawa Jungkook yang malang."

Keributan terdengar seperti gemuruh, secara terang-terangan rakyat Axelios melontarkan makian dan kata-kata kotor pada Jiyeon. Dan Seokjin menikmatinya, setiap ujaran kebencian itu menggelegar dan terdengar jelas di telinga mereka. Bersahut-sahutan dan mereda begitu Seokjin mengangkat sebelah tangannya ke udara.

"Besok berkumpulah di sini, kalian tidak boleh melewatkan kesempatan untuk melihat gadis jahat ini di eksekusi." Tubuh tegap itu berbalik menghadap Jiyeon dan mundur hingga ke sudut kiri, memberi titahan pada dua pengawal yang memegangi Jiyeon agar membawa Jiyeon maju, untuk dipertontonkan secara jelas.

Gadis itu dipaksa bertumpu dengan kedua lututnya pada lantai yang berderit begitu lututnya membentur cukup kuat dan tangan yang masih dirantai. Manusia-manusia di bawah sana tampak seperti lautan darah, dan di masing-masing tangan mereka memegang tomat. Jiyeon sudah tahu untuk apa ia di sini, Seokjin ingin memberikan sedikit siksaan sebelum menyaksikan Jiyeon meregang nyawa di depan matanya.

Satu lemparan tomat mengenai bahu kanan Jiyeon, rasanya nyeri, dan puluhan tomat lain menyusul menghantam tubuhnya. Jiyeon merunduk, berusaha melindungi wajahnya dari lemparan tomat itu. Kepalanya berdenyut mendapatkan benturan bertubi-tubi, rasanya Jiyeon siap tumbang jika dihadiahi lemparan lebih banyak lagi. Berutung saja buka batu atau kotoran yang mereka lemparkan dengan senang hati.

Verticordious✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang