⚪01⚪

1.8K 304 142
                                    

Berkali-kali Jiyeon menghela napas panjangnya. Melirik Luna, sang pelayan pribadi, yang berkutat dengan surai panjangnya. Sudah lebih dari setengah jam, dan bokongnya masih tertahan di kursi di depan meja rias. Hal yang jarang sekali ia lakukan dua puluh empat tahun hidupnya di dunia nyata.

Ya ... karena sekarang entah bagaimana ceritanya, Jiyeon bisa berada dalam sebuah novel yang ia baca. Terbangun di pagi hari, mendapati dirinya di dalam kamar begitu besar dengan nuansa merah muda yang begitu kental.

Bahkan lemari pakaian yang biasanya lebih didominasi oleh warna hitam, kini malah seperti pelangi. Semua gaun yang tergantung memiliki warna mencolok dan terlihat norak dengan warna merah jambu yang mendominasi. Hampir saja Jiyeon muntah dibuatnya.

Awalnya terasa asing. Begitu tidak nyaman dan ia masih memikirkan bagaimana caranya keluar dari novel yang membuatnya kesal setengah mati. Terjebak pada abad pertengahan dan gaya hidup serta makanan yang begitu asing bagi Jiyeon.

Tapi di hari berikutnya, ia mulai menerima, karena tidak bisa mencari jalan keluar dari sini, seharusnya ia merubah jalan cerita agar Jiyeon di novel tidak berakhir tragis. Dan itu semua harus dimulai dengan mencegah kematian calon suami.

Rasanya ingin terkikik geli memikirkan jika kini ia memiliki calon suami di usia yang baru saja menginjak tujuh belas tahun. Sedangkan di dunia nyata, Jiyeon dua puluh empat tahun belum pernah pacaran sama sekali. Kasihan.

"Sudah selesai, Putri," Luna berujar sopan. Melangkah mundur agar Jiyeon lebih leluasa melihat tatanan rambutnya.

Sedikit dibuat heran akan perubahan sang majikan yang lebih irit bicara dan terlihat sangat berbeda. Jika biasanya Luna akan dipusingkan dengan kebiasaan Jiyeon yang sering memintanya mengganti ulang tatanan rambut, atau membantu Jiyeon mengenakan gaun rumit yang norak, kini Jiyeon terlihat lebih misterius. Gaun yang di lemari disumbangkan pada pelayan yang lain, untuk dikenakan oleh anak gadis mereka.

Dan mengisi ulang lemari dengan gaun simple bewarna lembut. Juga tatanan rambut yang selalu ingin digerai dengan beberapa jepitan atau jalinan pada bagian tertentu. Tidak lagi meminta Luna untuk menggulung tinggi surai panjangnya dengan hiasan mutiara yang hampir menutupi warna indah pada rambutnya yang lembut.

Dipikir bagaimana pun, Jiyeon bak dua orang berbeda. Kendati sebelumnya Luna tidak pernah membenci, selalu tulus melayani mengingat sang ibu yang sangat terbantu oleh Raja D' Athanasius.

"Anda mau mengganti gaunnya, Tuan Putri?"

Jiyeon melirik sekilas pada Luna, lalu kembali menatap pantulan dirinya di cermin yang lebih tinggi dari tubuhnya. Balutan gaun warna kopi susu yang sederhana. Tidak perlu dirumitkan oleh renda-renda yang biasanya menjadi pelengkap gaun bangsawan. Atau bagian bawah yang dibuat mengembang karena ada benda serupa sangkar burung raksasa yang menahannya dari dalam.

Membayangkannya saja membuat Jiyeon sakit kepala, tidak habis pikir kenapa para wanita abad pertengahan sangat menggilai gaun aneh seperti itu.

"Tidak perlu, ini saja," balasnya. Ia merasa tidak ada yang salah dengan gaunnya. Meskipun tak menampik jika gaun ini memang terlalu sederhana untuk berada dalam pesta ulang tahun raja. Semoga saja Raja Axelios tidak merasa terhina.


...


Jungkook Axelios tidak pernah kembali mempertanyakan kenapa ia begitu mudah menaruh hati pada putri bungsu D' Athanasius. Semenjak Jiyeon diperkenalkan secara resmi saat usia gadis itu menginjak enam belas tahun, pada acara ulang tahun Jungkook yang kedelapan belas. Jungkook sudah terbuai dengan paras cantik yang Jiyeon miliki, gadis tercantik yang pernah ia lihat, bahkan sampai detik ini. Hingga pria itu berani meminta pada ayahnya jika menginginkan Jiyeon sebagai permaisurinya kelak. Dan Sang Raja mewujudkan keinginan Putra Mahkota, melakukan pertunangan dengan Jiyeon dan pernikahan yang akan berlangsung dua tahun setelah pertunangan, tepatnya kurang dua minggu dari sekarang.

Verticordious✔Where stories live. Discover now