⚪22⚪

1.1K 253 51
                                    

Dari lantai tiga istana, sepasang mata elang dengan iris hitam pekat itu tertuju pada gadis yang tengah diapit oleh dua prajurit istana, dikelilingi pria-pria berbadan tegap, memastikan jika tawanan tak memiliki celah untuk lepas.

Jiyeona D' Athanasius, berjalan tenang dengan pembawaan yang begitu terkendali. Mengabaikan bisikan-bisikan orang-orang di sekitarnya dan sumpah serapah yang mengiringi langkah kakinya sepanjang halaman utama istana. Dalam balutan gaun beludru marun yang melekat sempurna di tubuh rampingnya, Jiyeon masih mengeluarkan aura mewah meski gaunnya tampak sederhana, hanya sedikit renda di bagian kerah baju yang  menampakan bahu putihnya hingga di atas dada. Surai lembut pun belum sempat ditata seperti biasa, dibiarkan tergerai indah mencapai pinggangnya.

"Aku penasaran apa rencanamu setelah ini." Jean ikut menyoroti sosok Jiyeon yang kini baru saja memasuki istana. Matanya beralih pada Jade yang memasang wajah dingin seperti biasa.

"Tentu saja meringkus penjahat aslinya, sepertinya ini akan menyenangkan."

Jean menarik satu sudut bibirnya, ia akui jika Jade sangat pintar. Pria dengan otak seksi dan tingkat sensitivitas yang tinggi. "Kalau begitu, aku dan farlos akan pergi sekarang. Berdoa saja jika pria pucat itu tidak berada di kamarnya saat ini."

"Dia akan sangat sibuk bersama pasukan Roymonde sialan itu, kita manfaankan situasi saat ini." Jade berbalik dan melangkah pergi. "Aku akan menemui Putri Jiyeon sebentar."

Rencana penangkapan Jiyeon sudah Jade ketahui semalam. Raja dan pasukan Roymonde membuat pesta kecil untuk merayakan itu semua. Mabuk dan bermain dengan para gundik. Melihat itu membuat Jade banyak berpikir, bagaimana caranya menghancurkan kerajaan ini. Dulu sewaktu Pangeran Jungkook masih hidup, ia bisa lega karena yakin kehidupan rakyat akan lebih baik dipimpin oleh sosok seperti Pangeran Jungkook, pria yang memiliki rasa keadilan yang tinggi, berbeda sekali dengan sang ayah.

Kaki besarnya berhasil mencapai anak tangga terakhir yang membawanya pada penjara bawah tanah. Hawa lembab yang cukup terasa sesak menyambutnya. Semakin ke dalam akan semakin terasa dingin, juga pasokan oksigen yang sedikit.

Di bagian paling ujung, Jade menemukan dua pengawal yang berdiri bak patung di sisi kiri dan kanan jeruji penjara. Kedua pria melihat kedatangan Jade, langsung mendunduk sedikit memberi hormat sebelum kepala itu terangkat kembali.

"Bisa kau tinggalkan kami dulu?"

Kedua penjaga itu saling melirik sebelum mengangguk ragu dan meninggalkan Jade bersama tawanan khusus tersebut.

Pria tinggi itu tersenyum melihat wajah Jiyeon yang menatapnya terkejut. "Jadi, bisa kita memulainya sekarang?"

Senyum tipis terbit di wajah pucat Jiyeon. Ia tidak salah memberi kepercayaan pada pria di hadapannya ini. Semoga ini akan membuahkan hasil, karena ini adalah cara terakhir baginya.

"Berapa hari yang kupunya?" tanya Jiyeon.

"Tiga hari dari sekarang. Sebenarnya raja sudah menyiapkan hukuman penggal untukmu. Mereka hanya sedikit mengulur agar rakyat tidak curiga kalau kau dihakimi begitu cepat."

Jiyeon menghela napasnya lelah, waktunya sangat singkat. Tapi setidaknya ia masih bisa melakukan beberapa hal untuk mengungkap pelaku yang sebenarnya. "Kau menemukan sesuatu?"

"Kedua temanku sedang mencari itu," balas Jade.

"Baiklah, sekarang bantu aku temui Heesung, dia biasanya berada di istal. Minta padanya tas yang pernah aku berikan. Di sana ada beberapa peralatan makanan, sampel sisa minuman dan cake yang dimakan Pangeran malam itu. Periksa kembali, kita harus tahu, racun jenis apa yang terkandung di dalamnya." Gadis itu menarik napas dalam, lalu semakin mendekat pada Jade yang masih mendengarkan dengan serius. "Lalu temui Duke Xavierian, serahkan buku yang pernah aku berikan padamu. Dia pasti tahu apa yang harus dia lakukan sekarang," bisik gadis itu.

Verticordious✔Where stories live. Discover now