⚪15⚪

990 262 20
                                    

Jiyeon menggeram kesal saat gemericing kunci dan sol sepatu yang beradu dengan lantai sangat dekat dengan kamar Jungkook. Suara bariton terus memberi titahan dan saling berteriak penuh amarah yang membaur dengan rasa kalut.

Berusaha untuk tetap tenang, Jiyeon memperhatikan langkahnya agar tidak menimbulkan suara, melangkah mengendap-endap menuju jendela tinggi di kamar Jungkook, kotak kaca besar berbentuk akuarium berisi tanaman Wolf's Bane, bertengger manis memenuhi balkon kamar. Hanya sedikit celah agar Jiyeon bisa menyelinap di sana.

Dengan hati-hati, satu kakinya terlebih dahulu memijak lantai balkon yang menyisakan dedikit ruang untuknya. Meraih tepian jendela dan kesepuluh jari-jarinya bertahan pada sekat dinding agar tidak terjatuh mengenaskan di bawah sana. Jantungnya berdegup kencang saat mulai meninggalkan balkon, ada sisi tembok yang bisa ia jadikan sebagai perantara agar bisa mencapai balkon panjang yang gelap di lantai tiga istana ini.

Balkon sebelah timur, mungkin pencarian belum mencapai bagian di sana. Jiyeon bertarung melawan rasa dingin yang di bawa angin malam dengan rasa takut akan mati sia-sia saat seperti ini. Terus menjaga keseimbangannya dan tidak terlalu terburu-buru, Jiyeon akhirnya mencapai balkon yang dituju dan segera menapakkan kakinya di lantai kayu tersebut.

Lekas gadis itu melesat pergi, menyembunyikan tubuhnya di tempat-tempat tergelap yang tidak tersentuh cahaya bulan. Hingga langkahnya terhenti begitu melihat sosok tinggi dan tegap yang berdiri dengan gagahnya bersandar pada pagar pembatas.

Jiyeon tidak punya pilihan, bunuh satu atau ia akan mati terbunuh oleh para pengawal yang kini ia rasa sudah berada dekat di belakang sana. Nama Taehyung yang terlintas saat pertama kali Jiyeon melihat sosok pria di hadapannya ini, begitu tenang namun sangat mengancam. Jiyeon pikir pria itu adalah seorang prajurit dengan tubuh tegap yang proporsional, namun pakaiannya tidak membenarkan pendapatnya.

Mengingat kembali novel yang ia baca, tidak satu pun nama yang ia temukan. Alur benar-benar berubah dan Jiyeon tidak pernah tahu ada sosok baru. Atau ... saat ini ia berada pada bab tiga belas yang sengaja dihilangkan? Dan sosok pria tinggi ini muncul di bab tersebut?

Kembali suara bariton para pengawal dan langkah kaki yang berada di sudut lain istana, menyadarkan Jiyeon jika ia harus bertindak cepat sebelum dirinya ditemukan dan cerita berakhir dengan lebih mengesalkan. Tentu itu tidak boleh terjadi.

Jiyeon mengambil satu langkah, keluar dari kegelapan yang sebenarnya tidak menyembunyikannya dari pria di hadapannya kini. Pria itu tetap tenang hingga wajah Jiyeon sepenuhnya jelas saat disapu cahaya bulan.

"Suatu kebanggaan istana didatangi seorang putri kerajaan." Tone berat itu mengalir lembut ke indera pendengarannya. Alis itu sangat hitam dan tebal, kulitnya yang kecokelatan tampak berkilau di bawah cahaya bulan yang mengintip dibalik awan gelap.

"Seolah kau tengah menantikanku," balas Jiyeon. Dengan tenang satu tangannya mencoba mengambil pisau yang ia selipkan di belakang tubuhnya yang masih tertutup jubah. Sebelah tangannya membuka topi jubah tersebut, ia tidak perlu lagi menyembunyikan apa pun saat ini.

"Suatu kehormatan bagi saya bisa berbicara langsung dengan Anda, Tuan Putri." Jade memberikan sikap hormat yang formal saat sedikit membungkukkan tubuhnya dengan tangan kanan di depan perut datarnya, sementara tangan yang lain di belakang punggungnya.

Jiyeon semakin mendekat, pegangannya pada pisau menguat seiring langkah kaki yang menghampiri pria tinggi ini. Namun secepat itu pula Jade membalikkan keadaan, Jiyeon terhimpit antara tubuhnya dan pagar pembatas. Setengah tubuh Jiyeon bagian atas sudah mengambang di udara, hanya butuh sedikit dorongan dan gadis itu akan terjun bebas ke bawah sana.

Mata Jiyeon menjangkau gelapnya iris pria itu. Jade terlihat tidak ragu dengan perbuatannya saat ini. Seringaian pun terbentuk di bibir tipis itu, dan pisau milik Jiyeon sudah berpindah ke tangannya.

Verticordious✔Where stories live. Discover now