⚪20⚪

943 230 43
                                    

Jiyeon memijit pelipisnya lebih kuat dari sebelumnya, kepalanya pusing bukan main. Bukannya semakin lama semakin menunjukan celah, masalah ini malah semakin runyam. Mungkin akan lebih baik ia menyingkirkan perkataan sang ayah dan Taehyung yang memintanya untuk meninggalkan istana tanpa ada alasan yang jelas, ia harus fokus pada permasalahan utama, mencari si pelaku yang sudah meracuni pangeran. Tapi ... apa perkataan Rain dan Taehyung ada kaitannya dengan kematian Jungkook?

Ingin sekali rasanya Jiyeon menjerit melepaskan kekesalan yang menggunung. Sekarang rasa ingin untuk kembali ke dunia nyata begitu membumbung tinggi. Sampai kapan ia akan terjebak dalam dunia penuh teka-teki ini? Apa Jiyeon akan bernasib sama dengan Jiyeon sebelumnya? Mati tanpa bisa memberi kejelasan di akhir cerita?

"Aku mencarimu ke mana-mana." Sharon tiba-tiba saja muncul dengan senyum manis seperti biasanya. "Ternyata kau di sini."

Mereka tidak bisa dibilang sangat dekat untuk saling mencari, jika Sharon sengaja mencarinya sampai ke istal, berarti ada sebuah hal penting yang harus Sharon katakan dengan segera. Sebab, istal bukanlah tempat yang akan sudi Sharon singgahi, hanya mengotori ujung gaunnya yang cantik dengan lantai penuh jerami dan debu, juga aroma tak sedap dari kotoran kuda yang  belum sempat dibersihkan.

"Sepertinya aku tidak perlu lagi berpura-pura," ujar gadis yang lebih tua.

Mereka berdiri bersisian tanpa menatap, berbicara dengan emosi yang mulai terbangun karena, dengusan serta tarikan kecil di sudut bibir Jiyeon mengusik ketenangan Sharon.

"Aku sangat menantikan ini," balas Jiyeon masih enggan menatap kakaknya.

"Langsung saja, apa yang tengah kau rencanakan dengan Taehyung di belakangku?"

Sekali lagi, Jiyeon benar-benar tidak tahan untuk tidak mendengus. Manusia seperti Sharon sepertinya juga tidak perlu mendapat perlakuan sopan dari Jiyeon selaku adiknya.

"Kenapa kau tidak tanyakan sendiri padanya? Bukannya dia tunanganmu?"

"Aku akan membuat ini lebih jelas." Menjeda sejenak, Sharon jelas mengendalikan emosinya sebelum kembali melanjutkan, "Apa kau sudah tidur dengannya? Dia benar-benar berubah dan tidak menuruti kemauanku lagi. Dia seolah tidak takut dengan ancamanku lagi."

Jiyeon mengangkat sebelah alisnya, cukup tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bagaimana bisa sosok tegas dan berkuasa seperti Taehyung bisa diancam oleh Sharon?

"Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?"

"Jauhi Taehyung, jika kau masih ingin orangtuamu dipandang baik dan dihormati di istana ini, kau harus menuruti kata-kataku. Jadilah gadis baik-baik dan tidak memberontak, kau tahu? Aku sudah muak dengan sifatmu itu."

"Sharon, dulu mungkin aku akan diam dan membiarkanmu melakukan apa saja semaumu. Tapi saat ini, kau yang harus berhati-hati denganku. Aku bukan gadis bodoh yang bisa kau tipu dengan wajah malaikat penuh kepalsuan itu."

"Benarkah? Apa yang bisa dilakukan anak bodoh yang tak tahu apa-apa sepertimu, ha? Bukannya ayahmu menyuruh kau pergi? Kenapa tidak kau dengarkan saja? Pergi sejauh mungkin dan jangan pernah kembali ke sini."

"Tidak tahu apa-apa?" Jiyeon menyeringai, membalas tatapan tajam Sharon dengan pandangan yang tak kalah tajam. Iris biru itu seperti kedalaman samudra, begitu gelap, menyembunyikan pusaran mematikan di dalamnya. "Mungkin saat ini kau merasa berkuasa karena bisa memperalat orangtuaku untuk tunduk padamu, sangat luar biasa sekali kau Sharon."

Mata Sharon membola, kenapa Jiyeon bisa tahu rahasia yang satu itu?

Apa Jiyeon menemukan buku itu?

Verticordious✔Where stories live. Discover now