⚪04⚪

1.3K 312 142
                                    

Jiyeon seharusnya sangat berterima kasih dengan Jungkook yang sudah menyelamatkannya dari situasi paling membosankan dalam hidupnya. Terperangkap dalam perbincangan mengenai pernikahan mereka yang akan diadakan minggu depan, dan Jungkook yang seolah tahu jika Jiyeon ingin keluar dari ruang topik tersebut, meminta izin pada kedua orangtua mereka untuk membawa Jiyeon ke taman bagian Selatan istana.

Tidak masalah jika keduanya tidak turut serta dalam pembahasan tersebut. Karena keputusan raja adalah yang paling mutlak dan tak bisa diganggu gugat.

Masalahnya, Jiyeon kini malah lebih menderita lagi karena duduk berdekatan dengan Jungkook yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Yang Jiyeon tahu, Jungkook memang menyayangi Jiyeon meski pria itu paling tahu bagaimana perangai calon istrinya. Dan Jungkook pun tidak segan menujukan afeksi kendati Jiyeon di dalam novel memang tidak akan menolak sebuah ciuman dan sentuhan sayang lainnya.

Jiyeon menggeleng kuat, menepis pikirannya yang melenceng dari topik utama, ia tidak mungkin melayani Jungkook seperti Jiyeon asli, bukan?

"Kau kenapa? Pusing?" tanya Jungkook. Tangannya menyentuh dahi Jiyeon yang terekspos.

"Tidak apa-apa," balas Jiyeon. Berdehem dan mengalihkan wajahnya.

Ini tidak benar, Jiyeon mulai kebingungan, anggap saja nanti ia berhasil menggagalkan kematian Jungkook yang berarti juga menyelamatkan nyawanya sendiri, atau bisa dibilang nyawa Jiyeon yang asli. Tapi ... bukankah itu berarti Jiyeon tetap melangsungkan pernikahan? Dan bagaimana cara keluar dari novel ini? Sangat tidak mungkin jika Jiyeon melakukan malam pertama secara virtual seperti ini. Ya Tuhan ....

"Jiyeon?"

Gadis itu kembali menoleh, tatapan Jungkook siap membuatnya lari sekarang juga. Namun tangan Jungkook bertahan di pergelangan tangan kiri Jiyeon yang berada di pangkuan.

"Kenapa kau aneh sekali beberapa hari ini?"

Jiyeon menelan ludahnya kasar, sulit sekali jika harus bersikap menyebalkan seperti Jiyeon yang asli. Dan memang akan menimbulkan tanda tanya bagi orang-orang sekitarnya.

"Aneh bagaimana, Pangeran?"

"Semakin cantik dan lebih tenang. Tidak meledak-ledak dan sangat irit bicara."

Jiyeon terdiam, tidak tahu bagaimana membalas kalimat Jungkook. Tentang sifatnya yang lebih tenang, itu karena Jiyeon tengah memikirkan rencana sematang mungkin. Ia sudah berada di sini, dan ia tidak akan membiarkan alur cerita lebih buruk dari yang pertama.

"Pangeran ... tidak menyukainya? Apa Pangeran lebih suka sifat saya yang dulu?"

Jungkook tersenyum menanggapinya, bisa Jiyeon lihat iris mata Jungkook begitu hitam dan sulit sekali terbaca. Jungkook sangat baik dalam menyamarkan pikirannya melalui tatapan mata.

"Kau seperti apa pun tidak akan merubah niatku untuk menjadikanmu permaisuri. Aku sudah terlanjur jatuh padamu jauh sebelum yang kau tahu. Dan aku tidak bisa membayangkan jika kau tidak menjadi pendampingku nantinya."

Jiyeon sangat menyayangkan alur cerita yang membuat Jiyeon asli mengkhianati Jungkook yang begitu tulus seperti ini. Sangat tidak adil jika harus berselingkuh dengan Taehyung yang saat Jiyeon dieksekusi mati pun, pria itu tidak menampakkan diri.

Entah sejak kapan, Jiyeon baru menyadari jika Jungkook mengunci tatapan mereka. Wajah itu bergerak perlahan, mendekati Jiyeon yang kini kedua tangannya saling bertaut di atas pangkuan dan terasa basah karena didera gugup yang teramat sangat.

Jungkook terlihat tidak akan mengurungkan niatnya, dan Jiyeon yang kini memejam rapat kedua mata. Bisa Jiyeon rasakan hembusan napas Jungkook yang terasa hangat menyapu permukaan bibirnya.

Verticordious✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang