Bharata Wiryasurya

27.2K 1.8K 15
                                    

  "Hey! Kamu! Penatarama!"

  "Siap!"

  "Tubuh mu harus lengkung! Kamu tidak tau posisi kayang!?"

  "Siap salah!"

  "Ulangi lagi, cepat!"

  "Siap!"

  Begitulah keseharian taruna-taruna tingkat tiga yang tengah menjalankan latihan drumband bersama senior di bumi Bhayangkara, Akademi Kepolisian.

  Dan salah satu senior yang melatih nya adalah Brigadir Taruna Bharata Wiryasurya. Yang santer kabar nya calon kandidat kuat peraih Adhi Makayasa.

   "Suh," panggil seseorang yang membuat Bharata menoleh. Dan itu adalah rekan satu kamar nya, yaitu Brigadir Taruna Zulfikar.

  "Eh? Ada apa, Zul?" tanya Bharata di tambah alis sebelah kanan nya terangkat. Zulfikar hanya tersenyum lalu menggelengkan kepala nya.

  "Gak deh, aku lupa lagi."

  Bharata nampak menunjukan wajah tak bersahabat dan benar saja ia langsung mengejar Zulfikar.

  "Zulfikar! Mau ngomong apa!!" teriak Bharata disusul lari nya yang kencang bagaikan atlet lari. Ini juga karena kebiasaan Bharata yang sering menyempatkan lari pagi, sore atau malam jika ada waktu.

  Sampai di dekat kantin para taruna, Bharata langsung meraih kerah baju pdl Zulfikar yang ketat. Otomatis Zulfikas berhenti mendadak karena leher nya tercekik kerah baju nya yang di tarik Bharata.

  "Mau kemana?" tanya Bharata dengan senyum smirk yang mengerikan.

  "Ampun mas Bharata! Iya, iya aku bakal ngomong. Tapi lepasin dulu tangan kau dari kerah baju aku!" seru Zulfikar. Akhirnya Bharata melepaskan tangan nya dari kerah baju Zulfikar.

  "Mau ngomong apa?"

  "Jadi gini. Aku dapat surat dari adek ku yang dari Palembang, katanya surat ini buat kau." Zulfikar pun merogoh saku celana nya dan memberikan surat berwarna coklat kepada Bharata.

  "Adek mu kirim surat? Tumben, kenapa gak chat aja? Sekarang dah jaman modern," ucap Bharata.

  "Mana ku tau lah! Mending kau baca aja. Tapi pas udah di kamar, takut ketauan pengasuh mati kau!" ejek Zulfikar beranjak meninggalkan Bharata yang tengah membaca surat dari adik Zulfikar.

  To: mas Bharata di Akpol.

  Mas Bharata gimana kabar nya? Maaf Amira harus pake cara surat menyurat kayak jaman purbakala, hehe. Hp Amira gak sengaja jatuh ke air pas lagi jalan-jalan di pantai. Dan nomor mas Bharata otomatis ilang, telepon kak Zul pun dia gak kasih nomor kamu. Alhasil Amira nekad ngirim pake surat. Nomor mas bisa tulis di sini, nanti surat nya kirim balik aja. Jangan kaget kalo ada nomor gak di kenal chat atau telepon ya. Makasih mas, selamat menjalankan tugas.

Amira, Palembang.

 
  Bharata hanya mengeryitkan dahi. Ia tak habis pikir dengan ide nyeleneh adik teman sekamar nya. Padahal teknologi sudah berkmbang pesat, tapi kenapa Amira harus memakai surat? Semua itu membuat Bharata kesal sendiri.

  Bharata pun beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan menuju kamar nya untuk menyimpan surat itu. Sebenarnya Bharata dan Amira adalah kekasih yang terhalang jarak, Amira harus menyelesaikan kuliah nya di Palembang sementara Bharata bersekolah di Semarang.

  Awal pertemuan mereka tentu karena perkenalan oleh Zulfikar. Dari pertemuan itulah Bharata tertarik kepada Amira dan mereka pun memutuskan untuk menjalin cinta sampai sekarang.

  Tapi makin kesini Bharata agak kesal dengan hubungan nya dan Amira. Amira terlalu possesif hingga membuat Bharata risih dan berusaha tidak terlalu memanjakan kekasih nya itu.

   Meskipun Bharata sudah mempunyai kekasih, tapi pesona nya tetap membuat kaum hawa tergila-gila. Sampai-sampai junior nya pun tertarik kepada Bharata.

   "Kadang si Amira itu caper banget. Gak ku kira hubungan nya kayak gini," gerutu Bharata agak kesal. Segera ia menaruh surat itu dan pergi menuju lapangan.

  "Apa aku putusin aja dia?"


To be continue...

Maaf ya, mungkin Kecantol mas Akpol gak akan setiap hari update seperti biasa. Tapi sesibuk apapun pasti aku nyempetin buat update kok✌ terima kasih sudah membaca dan see youuu

 

 

  
 
 

 

Kecantol Mas Akpol  [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें