XIII. Pende(katanya)

9.5K 713 8
                                    

   Angin berhembus masuk dengan pelan kedalam kamar-kamar para taruna Akpol yang sebentar lagi akan menjalankan Latsitardanus. Bertutupkan selimut, Bharata tengah dilanda dilema. Di satu sisi ia ingin berbincang dengan Andini tapi disisi lain gengsi menahan nya. Guling kanan, guling kiri dan seterus nya dilakukan Bharata di tempat tidur nya karena tak tahu harus bagaimana mengawali pembicaraan dengan Andini.

  "Kenapa lu?" Sapa Zul yang sedari tadi duduk di pinggir kasur Bharata. Sontak Bharata terkejut dan langsung menutup ponsel nya agar tidak ketahuan Zulfikar, kakak dari kekasih nya, Almira.

    "Eh el—lu, Zul." 

    Zulfikar hanya mengeryitkan dahi nya kebingungan dengan tingkah Bharata yang gugup. Bharata sebenarnya ingin mengakhiri hubungan nya dengan Almira, tapi ia sungkan terhadap kakak nya yaitu Zul. Hubungan Bharata pun sedari awal cuma paksaan dari Zul yang menganggap Bharata sudah seperti saudara sendiri.

  "Gu—gue keluar bentar ya. Cari angin," pungkas Bharata yang ingin segera menjauh dari Zul. 

  "Ah lagi dingin gini mau keluar. Awas masuk angin entar lo!" Ucap Zul yang tak digubris oleh Bharata. 

  Bharata duduk disebuah bangku panjang tak jauh dari kamar nya. Ia terus memikirkan percakapan awal di kepala nya sambil memutar-mutar ponsel nya. Andini adalah wanita pertama yang berhasil membuat Bharata ingin mengejar nya, sekalipun harus menyelami samudera. 

   "Malam, ini saya yang kemarin jadi tempat curhat kamu. Ah masa gitu sih!" Monolog nya.

  Bharata terus berperang dengan otak dan hati untuk memulai percakapan dengan Andini. Inikah yang dinamakan pendekatan? Entahlah, Bharata terus berpacu dengan isi kepala nya sampai-sampai ia lupa dengan nama wanita yang akan ia hubungi itu.

  "Tunggu! Nama dia siapa?" Ucap Bharata keheranan. Ia lupa menanyakan nama Andini pada hari itu dan asal jeplak saja menamai kontak Andini.

  "Kenapa sial banget sih ah? Gue minta nomor dia tapi enggak minta kenalan dulu sebelum nya? Gila dasar!" Umpat Bharata. Saat Bharata tengah berpikir keras untuk mendekati Andini, tiba-tiba rekan-rekan sekamar Bharata berlarian menarik lengan Bharata menuju kamar.

  "Eh eh ada apaan nih?" Tanya Bharata panik. Sampai di kamar, Darma rekan Bharata tengah memegang secarik kertas dan menatap Bharata yang tengah kebingungan.

  "Selamat malam rekan-rekan yang terhormat, malam ini saya Brigadir Taruna Darma Putra akan membawakan sebuah puisi karya pujangga Brigadir Taruna Bharata Wiryasurya," sapa Darma. Bharata sungguh kebingungan dengan tingkah Darma, kapan ia membuat sebuah puisi?

  "Kapan gue bikin puis--"

   "Hai gadis berambut ikal gantung. Apakah aku bisa mengenal mu? Cukup mengetahui nama mu saja sudah membuat ku bahagia. Entah kapan kita bisa bertemu lagi, tapi aku ingin bisa bertemu dengan mu hanya berdua. Hanya kita berdua—"

   "Woy woy udah gila! Berhenti-berhenti!!" Teriak Bharata yang langsung merebut surat yang ia buat dulu dan ia simpan dibawah bantal. Kemungkinan saat rekan-rekan nya berada di sekitar kasur Bharata, tak sengaja menemukan itu.

  "Kakanda Bharata ternyata lagi kasmaran sama cewek lain ya?" Celetuk Darma kepada Bharata meskipun Zul berada tepat di belakang Darma. Otomatis Bharata langsung merasa bersalah kepada Zul gara-gara surat nya dibaca oleh Darma.

  "Eng—gak gitu cerita nya!" Bantah Bharata sementara Zul hanya terdiam mematung dan matanya menatap Bharata dengan tajam. 

  Tak lama dari itu Zul pergi meninggalkan kamar dengan cepat. Bharata langsung sadar bahwa Zul pasti sedang kesal mendengarkan puisi ah bukan, curahan hati nya. Ia pun segera menyusul Zul keluar tak lupa kertas berisi curahan hati nya ia sobek-sobek menjadi kecil sehingga meninggalkan serpihan-serpihan kecil di lantai.

   "Zul! Zulfikar!" Panggil Bharata. 

   Zul menghentikan langkah nya, memunggungi Bharata. 

  "I—itu cuma salah paham, Zul!" Ucap Bharata panik.

   Tiba-tiba Zulfikar berbalik badan lalu meraih kerah baju tidur Bharata dan menyudutkan nya di dinding dengan tatapan kesal. Bharata yang tak menduga hal ini otomatis tidak memberikan perlawanan.

  "Lu udah gue percaya jaga adek gue tiba-tiba punya cewek lain? Bagus banget ya."



 To Be Continue  

  



Kecantol Mas Akpol  [END]Where stories live. Discover now