XXVIII. Prasetya Perwira

8.3K 522 18
                                    

-Semarang, 16.00 PM (Sehari sebelum pelantikan)

    Di sore ini Andini bersama kakak nya yaitu Rega sedang bergegas untuk berangkat ke Jakarta. Mereka berdua akan menghadiri Prasetya Perwira Bharata yang akan dilaksanakan besok di Istana Negara, Jakarta. Tentu Andini menyambut hal ini dengan bahagia. Ini adalah hal membanggakan bagi Andini.

    "Coba aja kalo bang Gilang ikut. Pasti makin seru," ucap Andini yang tengah memasukan koper nya ke dalam bagasi mobil. 

   "Udahlah, kak Gilang emang gak bisa di andelin! Jadi panutan kamu itu harusnya abang Rega yang ganteng ini," canda Rega sehingga Andini tertawa sambil memukul punggung kakak nya.

  Semuanya sudah di kemas dan tinggal berangkat. Namun sebelum berangkat Andini dan Rega akan pamitan dulu kepada orang tua nya. Sudah tentu kalau ayah dan Gilang tidak akan banyak bicara, namun Andini agak malas jika harus berhadapan dengan ibunya. 

  "Bu, kami pamit berangkat ke Jakarta ya. Paling besok malem pulang lagi kok," ujar Andini.

  "Ya sudah, kalian tinggal berangkat. Toh kamu gak pernah kasih tahu yang mana wajah cowok kamu itu, jadi kalau mau berangkat ya berangkat aja gaperlu basa-basi ini-itu." 

   Ekspresi Andini yang tadinya senang langsung berubah menjadi muram. Sebegitu besar kah harapan ibunya kepada Andini agar ia bisa menjadi istri dari Rangga itu? Padahal sudah Andini tegas kan berkali-kali kalau dirinya tidak mau dan tidak menyukai Rangga, kenapa ibunya sangat menginginkan Andini menikah dengan Rangga?  

  "Ibu! Ibu mau nya apa sih? Kasian loh Andini, dia hari ini sedang bahagia-bahagia nya karena pelantikan Bharata. Tapi kenapa ibu ngomong nya kayak gitu?" Tanya Rega.

  "Ibu kecewa sama Andini. Capek-capek di jodohkan sama pria yang sudah berpangkat malah milih yang masih Taruna dan baru mau di lantik. Heran ibu, kamu mau aja disuruh berjuang dari nol Andini! Coba kalau kamu sama Rangga, hari ini tunangan besok bisa langsung nikah! Gak perlu nunggu naik pangkat buat bisa nikah, gak perlu ldr-an! Banyak yang dimulai dari ldr-an kemudian apa? Ditinggal nikah. Coba kamu pikirin hal itu!" Tegas ibunda. 

    Andini sungguh kecewa dengan sikap ibunya. Harusnya ia di dukung, bukan di remehkan seperti ini. Awal yang tadinya Andini harap akan berbuah manis tapi kenapa jadi seperti ini? Andini juga tahu kalau dibandingkan dengan Rangga, Bharata memang masih jauh. Dari segi pangkat apalagi jabatan. Tapi apa harus sampai mengorbankan perasaan hanya demi pangkat?

    Rega yang tak tega melihat wajah adiknya yang tadi bahagia kini langsung muram pun bergegas berangkat pergi menuju Jakarta. Ibu nya pun tidak menghiraukan kedua anak nya pergi tanpa pamitan terlebih dahulu. Entah bagaimana Rangga bisa memenangkan hati ibunya Andini sampai-sampai Andini tidak di dukung seperti ini.

    Sepanjang perjalanan, Andini tak banyak bicara. Ia hanya diam sambil melihat pemandangan jalan kota yang begitu padat. Wajah nya sudah tidak menunjukkan ekspresi sedih lagi namun insting seorang kakak tetap lah kuat. Rega tahu Andini masih sedih karena ucapan ibunya, tapi mungkin Andini bisa mendamaikan suasana dengan berpikiran positif.

   "Andini," Panggil Rega.

  Andini tak menoleh. Pandangan nya hanya fokus menatap jalanan dan cuma menyahut, "hmm."

  "Mau kebab gak?" Tawar Rega. Sebagai seorang kakak, tentu ia tahu cara membujuk adiknya yang tengah marah. Contoh nya saja dengan menawari nya jajan.

  "Kebetulan banget kita lewat sini lagi ada stan makanan tuh. Ada kebab, martabak telor, dawet juga. Mau turun dulu gak? Abang sih mau jajan dulu. Tapi kalau kamu gak mau ya tunggu di mobil aja."

Kecantol Mas Akpol  [END]Where stories live. Discover now