XVII. Penenang hati

7.9K 646 12
                                    

   "Saya minta maaf atas kelakuan mantan pacar saya itu, dek!" 

  Andini hanya tersenyum tipis mendengar permintaan maaf dari Bharata untuk perlakuan Almira yang kurang menyenangkan. Bagaimana pun, Bharata tidak terima atas perlakuan Almira kepada Andini dan berencana untuk berterus terang mengatakan yang sebenarnya kepada Zulfikar tentang perasaan nya kepada Almira.

  "Kamu terluka gak?" Tanya Bharata khawatir. 

  "Enggak kok. Aku gapapa," jawab Andini. Bharata pun duduk disamping Andini sambil mencoba menenangkan diri Andini.

  "Tadi kamu bilang putus sama dia? Apa gak sebaik nya di obrolin dulu?" Ucap Andini langsung membuat Bharata menoleh tajam kepada Andini. Andini pun langsung menunduk melihat Bharata menatap nya setajam itu.

  "Buat apa dibicarakan dulu? Toh dari dulu saya gak ada rasa sama dia," jawab singkat Bharata dengan nada sinis. Andini hanya mengangguk pelan, entah kenapa hatinya merasa tentram ketika Bharata telah memutuskan hubungan nya dengan wanita itu. Tak ada lagi yang perlu Andini khawatirkan tentang wanita itu. Mungkin jika wanita itu melabrak dirinya, ia punya alasan yang kuat karena Bharata sudah menjadi mantan kekasih nya.

   "Lebih baik kamu pulang aja deh. Saya khawatir sama keadaan kamu, kalo dirumah kamu kan bisa istirahat," gumam Bharata.

  "Ah enggak apa-apa kok," lirih Andini sedikit menolak.

   "Kamu mau saya anterin pulang? Alamat nya dimana?" Tanya Bharata sambil mengeluarkan ponsel nya.

  "Ih dibilang enggak apa-apa..."

   Bharata langsung menarik tangan Andini dan melambaikan tangan nya pada sebuah kendaraan umum yang melintas di depan mereka. Ini juga kali kedua Bharata naik kendaraan umum setelah sekian lama ia jarang berpergian jauh dari kawasan Akademi. 

  Bharata duduk berhadapan dengan Andini dan ini membuat Andini gugup setengah mati. Kapan lagi kan ditatap oleh orang ganteng seperti Bharata?

  "Bisa gak sih gak natap terus? Dasar orang ganteng, bikin makin sayang aja!" Batin Andini.

   "Gak tau kenapa sih kalo aku sama dia, tenang hati ku ini. Masyaallah ini kah jodoh ku?" Batin Bharata. 

  "Kiri bang!" Ujar Andini. Mobil pun berhenti, Andini segera turun diikuti Bharata tanpa sepengetahuan Andini. 

  "Lho kok ikut turun?" Tanya Andini keheranan. Bharata hanya tersenyum lebar dan segera memberikan ongkos perjalanan kepada sopir. 

  "Kan saya mau nganter kamu pulang. Wajar lah saya ikutin kamu," jawab Bharata.

  "Nanti pulang nya gimana?" Tanya Andini.

  "Temen saya banyak, tinggal telepon aja beres." Andini hanya menggelengkan kepala melihat Bharata yang tak mau kalah dengan nya. 


  ~~~


  "Ini rumah aku. Mau mampir?" Ajak Andini. Pipi Bharata langsung merona ketika Andini mengajak nya bertamu dirumah Andini. Bagaimana jika ia bertemu dengan orang tua Andini? Apa yang harus dikatakan? Itu semua beterbangan di kepala Bharata.

  "Ya—yakin boleh?" Tanya Bharata terbata-bata. Andini pun tertawa melihat tingkah Bharata yang kikuk sangat.

  "Boleh! Ayo."

  Bharata pun mengikuti Andini masuk ke sebuah rumah bercat putih yang cukup luas. Halaman yang tak terlalu kecil dihiasi tanaman membuat pandangan sejuk melihat nya. Bharata pun kagum dengan kediaman Andini yang bisa dibilang cukup mewah. 

Kecantol Mas Akpol  [END]Where stories live. Discover now