XXIV. Merindu

6.6K 500 23
                                    

  Ketika rindu sudah melanda, hati sudah tak sabar ingin berjumpa, namun keadaan berkata belum saat nya.

  -Unknown

~~~

     Bulan demi bulan telah berganti. Semua orang sibuk dengan aktivitas nya masing-masing termasuk Bharata yang sedang berada di puncak kesibukan nya yaitu sidang skripsi. Baik Andini atau Bharata sendiri membatasi komunikasi antara masing-masing dikarenakan satu hal, ingin masing-masing fokus dulu menjalani apa yang sedang dihadapi.

  Entah menurut orang lain prinsip yang mereka berdua lakukan benar atau tidak, tapi bukti nya Andini tidak terbebani lagi tentang mantan kekasih Bharata yang masih belum terima Bharata memilih Andini begitu pun dengan Bharata yang fokus dulu memasuki pendidikan akhir nya. Urusan nya dengan Rangga, calon pilihan orang tua Andini akan ia selesai kan begitu semua nya sudah beres.

   "Andini lagi sibuk gak ya?" Gumam Bharata sambil menatap layar ponsel nya. Ia ragu untuk menelepon Andini karena takut Andini sedang sibuk di jam-jam produktif seperti ini.

   "Pasti sibuk sih. Baru aja jam delapan kan."

   Bharata mengurungkan niat nya untuk menghubungi Andini dan lebih memilih menaruh ponsel nya di dalam saku celana nya.

  Ia keluar dari kamar menelusuri setiap ruangan yang bermakna bagi para taruna. Sampai akhirnya Bharata berhenti di depan lapangan parade Akademi Kepolisian yang sedang digunakan taruna tingkat satu untuk menguji ketahanan fisik.

  "Ah gak kerasa ya sebentar lagi bakal berpisah," monolog Bharata sambil tersenyum lebar menatap luas nya lapangan yang menyimpan segudang kenangan.

  Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Bharata lumayan kencang hingga Bharata terkejut dan hampir membanting orang yang menepuk bahu nya barusan.

   "Kamu, Dra? Untung aja gak aku banting tadi," ucap Bharata sambil tersenyum. Namun senyuman Bharata ditatap aneh oleh teman nya itu yang nampak panik.

   "Ini bukan waktu nya buat cengar-cengi, Bhat! Kau belum tau?" Tanya Indra, teman Bharata.

   "Apa?"

  "Itu si Zulfikar pingsan terus idung nya tuh berdarah," ucap Indra. Senyuman yang terukir di wajah Bharata langsung berubah menjadi ekspresi serius ketika mendengar Zulfikar pingsan dengan kondisi hidung nya mengeluarkan banyak darah.

   "Sekarang dimana?" Tanya

  "Di rumah sakit akademi!" Jawab Indra. Dengan segera Bharata berlari keluar dari ksatrian menuju rumah sakit Bhayangkara Akpol diikuti oleh Indra dibelakang nya.

 

~~~

 
   Bharata dan Indra sampai di dalam ruangan tempat Zulfikar sedang dirawat. Disana banyak teman-teman nya yang sedang menunggu Zulfikar. Syukur nya Zulfikar sudah siuman dan tengah mendapatkan perawatan dari tenaga medis.

   "Apa mimisan nya disertai sakit kepala?" Tanya dokter. Zulfikar mengangguk pelan tanpa bersuara sedikit pun. Ia belum menyadari bahwa ada Bharata di ruangan nya.

   "Berarti memang benar, ada infeksi di dalam hidung dan rongga sinus kamu sehingga bisa mimisan sampai pingsan begitu. Perbanyak istirahat dan minum air putih, nanti saya segera kesini lagi untuk cek kondisi kamu."

  Dokter pun keluar dari ruangan, Zulfikar memejam kan mata nya sebentar hingga mata nya kembali terbuka dan Bharata berdiri tepat di depan nya. Bharata dan Zulfikar saling menatap, Zulfikar menatap kesal Bharata dan Bharata menatap cemas Zulfikar.

   "Ngapain sih pake disini," lirih Zulfikar sembari memalingkan wajah.

  "A——nu... Gue khawatir sama kondisi lo, makanya gue kesini buat mastiin kondisi lo," ucap Bharata.

  "Gausah sok peduli deh! Lo pasti ngerasa bersalah kan mutusin adek gue gitu aja?" Tanya Zulfikar dengan nada yang membentak. Semua orang yang berada di ruangan Zulfikar mulai terbagi dua kubu. Ada yang mulai menahan Zulfikar, dan ada yang mulai berada di samping Bharata.

   "Gue tau sikap adek gue buat lo gak nyaman. Tapi sebagai cowok harus nya lo bersikap dewasa! Bicara baik-baik apa yang bikin lo gak nyaman sama adek gue bukan minta putus gitu aja!" Seru Zulfikar. Bharata hanya terdiam tak berkutik.

   "Meskipun posisi adek gue salah dimata lo, tapi gue sebagai kakak nya tetap ada di samping nya! Gue gak akan pernah maafin orang yang udah bikin adek gue kecewa!" Tambah Zulfikar.

  Untuk mengantisipasi kekacauan, para rekan Bharata segera mengevakuasi Bharata dari ruangan Zulfikar.

   "Ah kau, Bhat! Sok sok-an jenguk Zulfikar. Udah tau dia kan begitu sifat nya kalo udah gak suka sama orang," ucap Dimas. Bharata hanya tersenyum tipis yang menyimpan maksud tertentu.

   "Nama nya juga Bhat, bukan Bharata kalau tidak barbar," gumam Bharata sambil tertawa layak nya tak ada apa-apa diantara dia dengan Zulfikar. Teman-teman nya hanya menggelengkan kepala, entah kenapa Bharata nampak senang sekali. Entah senang atas apa yang sedang dialami Zulfikar atau karena Andini kesayangan nya.






   To Be Continue

  Halooo!!! Maaf ya bikin kalian nunggu lama 😭 sebenernya gak tega bikin kalian nunggu lama gini kayak di ghosting si dia. Akhir akhir ini sibuk promosi Tentara Wanita yang akan PO awal Oktober nanti😭 meskipun PO masih lama tapi promosi harus gencar kan? Ayo beli yok karya pertama ku yang siapa tau bisa menginspirasi kalian yang mau jadi abdinegara. Sekali lagi aku minta maaf atas update an Kecantol Mas Akpol yang ngaret😭 Insyaallah kedepan nya bakal lebih rajin lagi. Terima kasih dan see youuuu

 

Kecantol Mas Akpol  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang