CHAPTER 01

523K 57.4K 17.3K
                                    

SEBELUM BACA, SPAM NAMA RHEA YANG BANYAK DULU DISINI❤👉

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT SETIAP PARAGRAF💬

[CHAPTER O1 - UTUH NAMUN KACAU]

"Keluarga yang utuh belum tentu menandakan kebahagiaan."
Rhea Gilda Nagendra

"Bangun! Rhea bangun," Faizan mengguncang tubuh Rhea yang terkulai lemas dilantai. Semalaman gadis itu tidur dilantai yang dingin tanpa alas dan selimut satupun.

"Rhea bangun hari ini ada ulangan, jangan sampai telat!"

Faizan berdecak sebal karena hampir sepuluh menit ia mencoba membangunkan Rhea namun sang anak masih belum juga mau membuka mata hazelnya.

"Vania, ambilkan air. Anak ini tidak akan bangun jika tidak dengan cara kasar," pinta Faizan kepada sang istri yang berdiri dibelakangnya.

Vania nampak ragu. "Tapi mas, badan Rhea panas. Sepertinya dia demam," jawabnya tak berani menatap mata sang suami.

"Ambilkan saja Vania!"

Mendengar nada suami yang tak bersahabat, Vania segera pergi mengambilkan air seperti yang diminta Faizan. Jika Faizan marah maka yang terkena imbasnya adalah Rhea, bukan dirinya.

"Ini mas," Vania memberikan segelas air mineral kepada Faizan. Lelaki paruh baya itu menerimanya lalu tanpa basa-basi ia menyiramkan seluruh air didalam gelas kewajah Rhea.

BYUR

Rhea langsung bangun terduduk dengan mulut yang sibuk mencari udara. Air yang disiram Faizan sampai masuk kedalam hidungnya, membuat rasa sesak dan perih disana.

"Akhirnya kamu bangun juga. Cepat siap-siap kesekolah. Ini sudah jam enam pagi, ayah tidak ingin kamu telat dan melewatkan ulangan harian kamu." Ujar Faizan.

Rhea menatap Faizan dengan mata sayunya. Bukan kali pertama bagi Rhea dibangunkan dengan cara disiram air seperti ini.

Faizan membalas tatapan Rhea dengan datar namun tajam. Sungguh untuk menatap anak semata wayangnya itu membuat Faizan muak dan benci.

"Jangan sampai nilai kamu kurang dari sembilan puluh jika tidak ingin ayah pukul lagi seperti dua hari yang lalu," kata Faizan sembari berdiri lalu melenggang pergi.

Rhea menatap punggung Faizan yang mulai menjauh, lalu tatapannya beralih ke Vania yang masih berdiam diri mengamatinya.

"Bunda," panggil Rhea lirih.

Vania memalingkan wajahnya tak mau menatap Rhea. "Cepat mandi atau ayah kamu akan lebih marah," setelah mengucapkan itu Vania ikut meninggalkan Rhea diruang belajar sendirian.

Rhea sudah tak bisa membendung air matanya lagi, rasanya sangat menyesakkan. Selama enam belas tahun ia hidup, ia tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah ataupun ibu walaupun mereka selalu berada dihadapannya.

Rhea tak tahu, ia tak tahu apa kesalahan yang ia buat sampai kedua orang tuanya sangat-sangat membenci dirinya. Segala sesuatu yang membanggakan tak membuat mereka menyayangi Rhea.

Rhea menghapus air matanya dengan kasar, lebih baik ia segera bersiap sebelum Faizan kembali marah. Jika sampai benar-benar marah maka Rhea akan terkena pukulan dengan ikat pinggang, atau mungkin lebih parah lagi.

Mencoba berdiri, Rhea berpegangan pada dinding-dinding ruang belajarnya. Badannya sangat lemas, bahkan rasanya menggigil seperti baru keluar dari dalam lemari es. Mungkin akibat dirinya tertidur atau lebih tepatnya pingsan dilantai tanpa selembar kain sebagai alas.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang