CHAPTER 44

288K 34.5K 22.4K
                                    

Hai kalian apa kabar? Maaf ya telat update, seharusnya kemarin rabu updatenya tapi ada sedikit problem tentang plagiat jadi aku nggak bisa fokus untuk buat ceritanya. Ditambah lagi beberapa masalah pribadi lainnya. Jadi maaf ya kalau belum bisa update tepat waktu.

Para pemeran utama leiden :

Para pemeran utama leiden :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA COMMENT DI SETIAP PARAGRAF, JANGAN SIDER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA COMMENT DI SETIAP PARAGRAF, JANGAN SIDER.

[CHAPTER 44 - SEBUAH TRIK MEMALUKAN]

"Sebagian besar laki-laki akan menyadari jika wanitanya berharga setelah wanitanya bersama dengan laki-laki lain yang jauh lebih baik."
-R-

Atlas duduk diatas motor vespanya, ia menunggu dengan sabar didepan gerbang sekolah smk saskara wijaya. Lima menit lagi bel pulang sekolah smk yang Rhea singgahi itu akan berbunyi. Atlas masih menunggu dengan sabar, walaupun sebenarnya ia bukanlah orang yang sabaran.

Belum sampai lima menit namun bel sudah berbunyi, tak berselang lama setelah itu murid pada berhamburan keluar. Mata Atlas menelisik pada setiap siswa siswi yang keluar dari gerbang, matanya bergulir mencari siluet Rhea, gadis yang ia tunggu.

Tak sedikit gadis yang menatap Atlas dengan penasaran. Seragamnya yang berbeda begitu mencolok dan menarik perhatian murid smk saskara wijaya. Namun Atlas acuh, matanya terus menatap gerbang dan menunggu gadis yang ia cari.

Atlas berdecak sebal, sudah hampir tak ada lagi siswa yang keluar gerbang, namun Rhea masih belum terlihat. Atlas hendak menelpon gadis itu, tapi kegiatannya ia hentikan ketika netranya menangkap sosok gadis bertongkat kruk yang terlihat kesusahan melangkah, itu Rhea, gadis yang ia tunggu.

Kepala Rhea yang tadinya menunduk dan fokus pada setiap langkah yang ia ambil kini berganti mendongak dan menatap Atlas, senyum tipis terukir dibibir gadis berambut hitam legam itu. Dengan segera Rhea kembali menggerakkan tongkat kruknya.

"Maaf, Atlas nunggu lama ya?" Tanya Rhea sedikit merasa bersalah.

Atlas menatap manik hazel Rhea, tak berniat menjawab pertanyaan gadis itu. Seketika ucapan Ragil memenuhi isi kepalanya.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang