CHAPTER 11

299K 38.6K 4.2K
                                    

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT DISETIAP PARAGRAF💬


[CHAPTER 11 - NILAI YANG BURUK]

"Tetap mencoba kuat apapun yang terjadi."
Rhea Gilda Nagendra

"Karena kemarin ulangan harian kalian ibu undur. Jadi ulangannya diadakan hari ini ya, nak." Ujar wanita paruh baya yang tengah berdiri didepan para murid kelas sebelas akuntansi satu, kelas Rhea.

Para murid yang mendengar ucapan guru akuntansi keuangan bernama Bu Fatimah itu mendesah sebal.

"Yah kok dadakan sih, bu." Protes Fikri, salah satu murid termalas dikelas.

"Iya, kok dadakan sih bu," timpal Haris.

Bu Fatimah menggeleng-gelengkan kepala heran akan perilaku murid-muridnya itu. "Ya tidak dadakan atuh nak. Lagian kemarin, kan kalian sudah belajar jadi pasti belum lupa," jawab Bu Fatimah.

Fikri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya... ya tapi saya kemarin nggak belajar bu," lirihnya yang mendapatkan sorakan teman sekelasnya kecuali Rhea.

"Huuuu itu mah emang elo aja yang pemales!" Sinis Hera.

"Sudah-sudah. Sekarang lebih baik kalian siapkan kertas folio dan simpan semua buku yang ada diatas meja, sisakan pena, penggaris dan kertas saja. Ibu akan mendiktekan soalnya. Hanya satu saja kok," bu Fatimah mulai membuka buku cetak yang disampulnya terdapat tulisan besar, AKUNTANSI KEUANGAN.

"Cuma satu tapi jawabannya selembar bu. Belum lagi bikin tabel yang anaknya ada banyak banget," gerutu Celo.

Wanita berhijab syar'i itu mengelus dadanya ketika mendengar gerutuan dari Celo. "Ya Allah Celo kamu ini protes melulu. Sudah cepat siapkan alat tulis kalian,"

Para murid langsung mengikuti instruksi yang diminta bu Fatimah. Mereka menulis dengan hikmat dan hening ketika bu Fatimah mulai mendiktekan transaksi-transaksi.

Menjadi anak akuntansi harus dituntut menjadi orang yang cermat dan teliti. Jika saja salah satu angka maka hasilnya tak balance dan membuat semua perhitungan sia-sia. Itu merupakan patah hati terbesar bagi anak akuntansi.

Bagi anak akuntansi angka sudah menjadi sahabat mereka. Setiap hari mereka bertemu dengan pelajaran yang berkaitan dengan angka-angka dan tabel-tabel yang akan membuat kepala kalian berasap. Mulai dari pelajaran akuntansi keuangan, akuntansi dagang, akuntansi pemerintah, akuntansi perpajakan, komputer akuntansi dan masih banyak pelajaran akuntansi yang lainnya. Belum lagi ditambah pelajaran umum, salah satunya MTK dan IPA.

"Dari transaksi tersebut, buatlah kartu persediaan jika menggunakan first in first out dan jurnal untuk mencatat transaksi," dikte terakhir bu Fatimah.

"Lah kok ada dua sih bu? Katanya satu." Protes Celo.

"Kamu protes lagi akan ibu tambah soalnya Celo," ancam bu Fatimah. Celo langsung kicep dibuatnya.

Lebih memilih mengabaikan ucapan teman-temannya, Rhea dengan segera mengerjakan soal. Gadis itu mulai membuat tabel-tabel panjang dan mengisinya dengan angka-angka transaksi yang disebutkan bu Fatimah tadi.

Dua puluh menit berlalu, semua transaksi sudah Rhea masukkan kedalam tabel, begitu pula dengan teman-temannya yang lain. Tinggal menghitungnya saja, semoga saja balance.

Rhea berdecak sebal ketika kertas jawabannya tak sengaja tercoret. "Na, aku pinjem tip-ex dong," Rhea mengulurkan tangan kebangku sampingnya, pandangannya masih terpaku pada kertas jawaban.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang