CHAPTER 16

288K 40.4K 6.2K
                                    

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT DISETIAP PARAGRAF💬

[CHAPTER 16 - KETERPURUKAN RHEA]

"Apakah Tuhan memang tak sayang padaku?"
Rhea Gilda Nagendra

Atlas menoleh ketika mendengar pintu ruang IGD yang terbuka lagi. Disana terlihat perawat baru saja keluar dengan sebuah tas dan ponsel ditangannya.

Perawat itu ikut menoleh menatap Atlas. "Apa anda keluarga dari korban kecelakaan tadi?" Tanya perawat itu kepada Atlas.

Atlas mengangguk pelan lalu ia bangkit dari duduknya. "Ini barang milik korban," ujar perawat itu dengan menyerahkan ponsel dan tas punggung kepada Atlas.

Atlas menerimanya. "Apa sudah sadar?" Tanya Atlas, tatapannya masih sama, tetap datar dan tak berekspresi.

Sang perawat mengernyit tak mengerti. "Siapa?" Tanyanya. Atlas menjawab dengan tatapan saja, lelaki itu sedikit menoleh mengarahkan dagunya kepintu IGD yang tertutup.

Perawat itu langsung mengerti. "Owh pasien itu? Dia masih belum sadar, mungkin sebentar lagi. Efek biusnya masih belum habis. Dan sekarang pasien sedang diurus untuk pindah keruang rawat inap," lagi-lagi Atlas hanya membalas dengan anggukan paham saja.

Setelah melihat sang perawat tadi pergi, Atlas kembali terduduk. Pandangannya terarah ke tas dan ponsel milik Rhea. Entah bisikan dari mana tapi Atlas tiba-tiba memencet tombol diponsel Rhea hingga membuat ponsel itu menyala.

Atlas mendecih sinis. Lock screen ponsel Rhea adalah foto ketika sedang bersama Skala. Sebegitu cintanya kah Rhea kepada Skala sampai-sampai semua tentang lelaki itu selalu Rhea sangkut-pautkan dengan benda yang gadis itu miliki? Apa sebenarnya yang membuat Rhea benar-benar mencintai Skala? Bahkan saat sikap Skala yang kasar tak membuat gadis itu gentar dan menyerah.

Apa sebenarnya yang Skala lakukan dimasalalu sampai lelaki itu bisa beruntung dicintai dengan tulus gadis seperti Rhea. Lelaki bajingan itu sama sekali tak pantas mendapatkan cinta dari Rhea walaupun seujung kuku, tapi kenapa Tuhan sangat berbaik hati pada iblis itu dan mengirimkan malaikat berhati suci seperti Rhea?

Atlas benar-benar tak habis fikir. Skala terlalu bodoh karena telah menyia-nyiakan gadis seperti Rhea. Atlas yakin suatu saat nanti Skala akan menyesal, ia sangat yakin sekali. Tunggu saja tanggal mainnya.

Tunggu saja saat bagaimana Skala menangis menyesali perbuatannya kepada Rhea. Jika itu terjadi maka Atlas lah orang pertama kali yang menertawakan kebodohan lelaki itu.

Ceklek

Lagi-lagi pintu ruang IGD terbuka membuyarkan lamunan Atlas. Refleks ia bangkit ketika melihat dua perawat dan satu dokter yang tengah mendorong brangkar Rhea.

Gadis itu terbujur lemah dengan baju khas pasien rumah sakit. Kepala Rhea berlilitkan perban dan tangannya terpasang infus.

"Apa anda keluarganya?" Tanya dokter kepada Atlas.

"Ya," jawab Atlas.

"Mari ikut kami. Pasien ini akan dipindahkan keruang rawat inap,"

Atlas mengangguk, lalu ia membantu perawat dan dokter tadi untuk mendorong brangkar Rhea. Sesampainya diruang rawat inap, para perawat dan dokter tadi meninggalkan Atlas dan Rhea sendirian.

Atlas menghela nafas kasar, ia menatap wajah Rhea yang nampak pucat. Bagaimana bisa ada gadis yang hidup semenderita Rhea? Apa sebenarnya kesalahan yang dia buat sampai harus menerima perlakuan tak adil.

Beberapa puluh menit berlalu namun Rhea belum sadarkan diri, keluarga dari gadis itu juga belum ada yang datang. Atlas sedikit melirik jam tangannya, kini sudah pukul 16.45 wib. Perut Atlas keroncongan, sejak tadi ia belum makan siang. Mungkin kekantin sebentar untuk mengisi perut tak masalah.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang