CHAPTER 40

333K 38.9K 17.3K
                                    

PART INI DIBUAT UNTUK MENGUJI KESETIAAN KALIAN, TETAP STAY WITH ATLAS OR OLENG KE SKALA.

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA COMMENT DISETIAP PARAGRAF

[CHAPTER 40 - SKALA AND BROKEN HOME]

"Raga ini hidup, namun hati dan jiwa itu telah dibuat mati."
Skala Shagufta Alterio

Skala memacu motor ninja barunya dengan kecepatan penuh, menerobos jalanan Jakarta yang sedang ramai-ramainya. Dengan lincah Skala meliuk-liukkan motornya diantara mobil-mobil penghalang jalanan.

Pikirannya terlalu kalut, rasa cemas, takut, marah dan khawatir bercampur menjadi satu dihatinya. Namun rasa marah lebih dominan, apalagi berpikir jika Prasetya akan menyakiti Raina membuat hatinya tak tenang dan gelisah.

Tidak akan ia biarkan Prasetya menyakiti kembali Mamanya, wanita yang paling ia sanjung dan sayangi didunia ini, tak ada yang lain, hanya Raina wanita yang dirinya sayangi.

Beberapa menit berlalu akhirnya motor yang Skala tunggangi sudah memasuki area komplek rumahnya, bersamaan dengan itu ada sebuah mobil toyota keluaran terbaru yang keluar dari komplek, Skala tau dan paham pemilik mobil itu, dia Prasetya, lelaki yang darahnya mengalir didalam raga dirinya.

Skala semakin memacu motornya agar segera sampai dirumah dan menemui Raina. Sesampainya dihalaman rumah, Skala langsung turun begitu saja dari motor tanpa memasang standar terlebih dahulu, membuat motor ninja barunya itu jatuh diatas tanah. Bisa diyakini pasti ada lecet dibody motor mahal itu.

"Mama!" Skala memasuki rumah berlantai tiga itu dengan berteriak.

"Ma!" Panggilnya lagi.

"Mama didapur nak," suara lembut dari Raina mengalun indah ditelinga Skala. Dengan segera Skala langsung melangkahkan kakinya menuju dapur.

Ketika Skala sampai didapur, lelaki itu langsung disuguhkan pemandangan Raina yang tengah memasak, Raina membelakanginya jadi ia tak bisa melihat bagaimana raut wajah Raina. Ia tahu Mamanya itu pasti sedang mencoba menutupi kesedihannya dengan berpura-pura menjadi baik-baik saja.

"Ma, ngapain dia kesini?" Tanya Skala.

Bisa dilihat jika tubuh Raina menegang, dengan gerakan kaku wanita berusia 36 tahun itu membalikkan badannya.

Sakit hati Skala ketika melihat mata Raina yang berkaca-kaca, walaupun tak terlalu nampak tapi ia bisa melihat kesedihan itu dimata Raina karena hanya dirinyalah orang yang paling mengerti Raina, hanya dirinya tak ada orang lain lagi.

Raina melepas apronnya dan berjalan mendekati Skala. "Kamu udah makan Skala? Mama masakin makanan kesukaan kamu," kata Raina mengalihkan topik pembicaraan.

Skala menggeleng pelan, "Ma... Skala tau mama, jadi percuma juga mama ngalihin pembicaraan. Sekarang Skala tanya, ngapain dia dateng kesini?" Tanya Skala lagi, nada suaranya sangat lembut dan penuh kasih sayang, berbeda dengan Skala ketika sedang berada diluar.

Raina mengalihkan pandangannya, satu tetes air mata jatuh dari manik zamrud itu, manik yang paling Skala sukai. "Dia mau kamu tinggal dirumahnya," jawab Raina lirih.

Skala mengepalkan tangannya erat-erat, rahangnya mengetat menahan emosi. Skala menarik nafas pelan, ia memejamkan matanya untuk menetralkan amarahnya. Setelah dirasa tenang, Skala langsung memeluk Raina yang tingginya hanya sebatas dadanya.

"Ma, Skala nggak akan kemana-mana, Skala akan terus nemenin mama sampai tua nanti," ujar Skala.

Tangisan Raina semakin pecah, ia terharu, rasa syukur tak henti-hentinya ia panjatkan kepada Tuhan karena ia dikarunia seorang anak yang sangat menyayangi dan menjaganya dengan tulus serta penuh cinta. Ia sangat beruntung memiliki anak seperti Skala.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang