CHAPTER 29

259K 34.1K 11.7K
                                    

JANGAN LUPA PENUHI SETIAP PARAGRAF DENGAN COMMENT KALIAN❤💬

SUDAHKAH KALIAN REKOMENDASIKAN CERITA INI? JIKA BELUM AYO REKOMENDASIKAN AGAR RAMAI❤

[CHAPTER 29 - SEMUA PERBUATAN PASTI ADA BALASAN]

"Gadis yang kalian fikir lemah itu adalah gadis kuat, dia kuat menahan rasa sakit batin dan fisiknya sendirian."
Author LEIDEN

Rhea kini tengah duduk diUKS, tadi saat ditoilet ia dibantu oleh Fera. Gadis itu yang membawa Rhea ke UKS karena tak tega melihat kondisi Rhea yang sangat menyedihkan.

Bayangkan saja, kening yang lebam dan mengeluarkan darah, rambut yang kusut dan baju sedikit basah, jangan lupakan air mata yang terus membasahi pipi gadis itu.

"Rhe jangan ngelamun terus," kata Fera mengingatkan.

Pasalnya sedari tadi Rhea hanya duduk diam dengan tatapan yang kosong. Fera sampai bergidik ngeri, ia fikir jika Rhea itu kesurupan karena setelah dari toilet gadis itu tidak membuka suara sama sekali.

Bel masuk kelas berbunyi, Fera nampak ragu untuk meninggalkan Rhea sendirian diUKS karena tak ada anak PMR yang menjaga.

"Rhe kalo gue kekelas, lo sama siapa?" Tanya Fera.

Rhea menoleh, dia tersenyum tipis. Senyuman itu malah semakin membuat Fera merinding. "Ke kelas aja, Fer. Makasih udah bantuin aku," katanya.

"Lo... lo yakin?" Tanya Fera ragu, Rhea hanya membalas dengan anggukan saja.

Fera bangkit dari duduknya. "Gue kekelas ya, nanti gue izinin lo keguru," ujarnya dengan menepuk pelan bahu Rhea.

Setelah Fera keluar, Rhea masih melamun. Tatapannya kini jatuh kesebuah cuter kecil yang berada dimeja. Dengan perlahan ia memakai tongkatnya, ia berjalan mendekati meja itu. Tangannya terangkat untuk mengambil cuter yang tersimpan ditoples bening.

"Anak tidak berguna,"

"Anak pembawa sial,"

"Ayah harap kamu cepat mati, Rhea!"

"Lo jadi orang nyusahin banget sih,"

"Dasar cewe murahan!"

"Gue harap lo cepet mati!"

Semua cacian Faizan dan Skala berputar diotak Rhea. Sakit rasanya ketika mengingat bagaimana perlakuan keji mereka terhadap dirinya. Padahal selama ini ia sudah berusaha menjadi orang yang seperti mereka mau.

Nilai besar, ikut olimpiade dan rajin belajar sudah dirinya lakukan untuk Faizan. Lalu menjadi gadis yang kuat, tak mudah mengeluh, tak mudah menangis dan tak terlalu culun sudah ia lakukan untuk Skala.

Rhea sudah rela keluar dari jati diri aslinya hanya untuk semua orang yang ia sayang. Tapi apa balasannnya? Mereka masih memperlakukan dirinya seakan-akan adalah gadis yang sangat tercela dimuka bumi. Sebenarnya apa salah yang ia perbuat? Seumur hidup ia selalu mengintropeksi diri atas tindakan yang ia lakukan, yang membuat Faizan sangat membencinya. Tapi setelah ia fikir-fikir, ia selalu menjadi anak yang penurut dan membanggakan kedua orang tua.

Apa kelahirannya didunia ini tidak diinginkan? Bahkan Vania ibu yang melahirkannya-pun tak pernah peduli. Mungkin jika ia mati Vania tak akan sedih. Tak akan ada yang sedih.

"Karin, maaf aku nggak bisa tepatin janjiku. Aku mau ikut kamu aja, aku nggak kuat gini terus. Aku capek," lirih Rhea pelan.

Tatapannya masih terfokus kecuter kecil itu. Perlahan tapi pasti, cuter itu ia arahkan kepergelangan tangannya. Baru sayatan kecil yang ia berikan tapi sudah membuat darah mengalir dari sana.

LEIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang