Bab 17 [Bentala Eropa]

364 88 5
                                    


Arunika

Tahun ini adalah masa terhebat sekaligus tersulit dalam hidupku. Masa di mana aku mulai belajar jika semua ini hanya sementara. Waktu, perasaan juga kehilangan-kehilangan yang selalu aku kutukki. Juga aku belajar jika semua itu selalu berkawan. Meninggalkan dan ditinggalkan. Suka dan duka. Aku dan dia. Itulah keseimbangan semesta.

Tujuh belas jam lebih perjalanan yang aku tempuh untuk sampai di bentala Eropa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tujuh belas jam lebih perjalanan yang aku tempuh untuk sampai di bentala Eropa ini. Setelah mengurusi imigrasi dan bagasi, netraku menyelisik setiap sudut bandara ini, menganggumi sebentar suasana bandara yang ramai. Brussels Airport, bandara yang terletak di timur laut Brussel, ibu kota Belgia ini konon katanya menjadi bandara tersibuk ke 24 di Eropa. Setiap tahunnya lebih dari 26 juta penumpang tiba di bandara ini.

Aku dan Elmira menyusuri bandara menuju Train City Central yang berada tepat di bawah bangunan bandara. Rumah yang ditinggali Elmira berada di Brussels Centraal. Untuk ke Brussels Centraal kami harus menempuh 17 menit menggunakan kereta.

Setelah membeli tiket sekali jalan, aku dan Elmira duduk dekat peron sambil menunggu kereta yang akan kami tumpangi datang.

"Gimana, Nin? Akhirnya ke Belgia juga." Elmira membuka topik pembicaraan selagi menunggu. Ia memberikan sekaleng kopi yang sudah ia beli di mesin pembelian tadi padaku.

"Seneng banget, Kak. Akhirnya bisa ke sini juga," balasku. Kurva yang sedari tadi menghiasi rupaku tak luput.

Tak lama kereta yang akan membawaku dan Elmira menuju Brussels Centraal datang. Kami bergegas berdiri dan menunggu kereta itu berhenti.

Perjalan singkat menuju Brussels Centraal tak henti-hentinya aku decakkam kekaguman, mulai dari kereta yang aku tumpangi untuk pertama kalinya begitu memberikan kesan nyaman, juga sepanjang perjalanan yang menyuguhkan pohon-pohon yang sudah berubah warna dedaunannya.

Setibanya di Brussels Centraal pun kekaguman masih aku decakkan. Sungguh, aku baru saja turun dari kereta dan naik ke area stasiun, netraku kembali dimanjakan oleh kemewahan bangunan khas Eropa ini. Yang membuat netraku enggan beralih adalah ketika melihat mural berukuran besar yang terdapat di dinding atas stasiun.

Juga lalu lalang bahasa yang menyeruak ke indra pendengaranku. Di sini, masyarakatnya kebanyakan menggunakan bahasa Prancis dan Ducth. Tapi yang menggunakan bahasa Inggris juga ada.

"Brussels Centraal masih biasa aja dibandingkan stasiun Antwerp yang mewah," seloroh Elmira.

"Oh iya?"

"Iya. Nanti deh kapan-kapan kita ke sana. Sekarang kita pulang dulu, Mama udah jemput di luar."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
N I S K A L A || Huang Renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang