Bab 5 [Sedang rindu]

555 130 108
                                    


Arunika

Terlalu pagi untuk merindukanmu bukan?
Tapi aku ini manusia, tidak bisa mengontrol rasa rindu.
Rindu kali ini berbeda ku rasakan.
Rindu tanpa bisa berbuat apa-apa, rindu yang memaksaku untuk menikmatinya.

Obviously I had a dreamWhen I opened my eyes, I found that I broke up with youI checked my phoneit was a breakup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Obviously I had a dream
When I opened my eyes, I found that I broke up with you
I checked my phone
it was a breakup.

Lirik lagu Break up in the morning milik 4Men mengalun tanpa permisi ke indra pendengaran, membuatku tertegung sekaligus mengacaukan isi kepalaku. Rindu akan Sena benar-benar terasa berat dirasa kali ini.

Menyesakkan.

Rindu yang berbanding lurus dengan luka saat harap semakin disemogakan.

Empat hari berlalu sejak aku dan Sena mengambil keputusan yang sulit. Empat hari berlalu sejak Sena menangis di depanku, memberiku pelukan erat, seolah ia tak ingin melepaskanku. Empat hari berlalu hidupku berubah tanpa Sena.

Tidak ada lagi dering ponsel yang selalu kusukai. Tidak ada suara menyenangkan milik Sena yang menyambut pagiku.

Kita berdua sama-sama lelah ketika perasaan selalu mengajak bercanda. Kita berdua perlu rehat sejenak untuk berdamai dengan diri masing-masing. Dan aku tidak boleh egois karena perkara rindu.

"Hei, jangan melamun di sini."

Tepukan pundak dan suara dari seseorang yang kukenal membuatku terlonjak. Aku menoleh seraya melepas earphoneku. Kuulas sebuah kurva untuk menyambutnya dan ia segera duduk di sampingku.

"Kepagian datangnya?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Ada masalah?"

Aku menoleh lagi. Ternyata ia sedang menyelisik wajahku dengan kening berkerut. Kuurai senyum untuk mereda ke khawatirannya.

"Ndak ada kok," sahutku.

"Raut wajahmu menunjukkan ada apa-apa, loh," balasnya.

Aku terkekeh. "Kelihatan banget, ya?"

Ia mengangguk. "Kalau kamu butuh teman cerita, kamu bisa cerita sama aku, Nin."

Mana bisa aku ceritakan perihal ini pada mas mantan, yang jelas-jelas masalahnya ada padanya. Tidak, bukan dia yang bermasalah, tapi hatiku yang masih bermasalah dengannya.

"Aku ndak apa-apa. Terima kasih atas niat baiknya ya, Tuan Mahardika," kataku mengurai senyum lebih lebar.

Ia mendengus. "Kan, sudah kubilang, aku tidak suka dipanggil dengan nama belakangku!" serunya sebal.

Aku tergelak. Madava tidak banyak berubah.
Aku dan Mada kini berada di ruang auditorium. Hari ini gladi bersih akan dilakukan sebelum besok penampilan yang sudah kami latih kurang lebih satu bulan akan ditampilkan di depan banyak orang.

N I S K A L A || Huang Renjun ✔Where stories live. Discover now