Bab 1 [Manusia bernama mantan]

2.5K 277 209
                                    


Bimasena

Manusia bernama mantan itu menyebalkan ya?
Kalau boleh protes pada semesta, manusia itu bisa dihilangkan saja tidak dari muka bumi?
Ah.. aku egois ya?
Tapi aku benar-benar terganggu!





Tawaku mengudara ketika barisan pesan masuk yang baru saja kubaca. Perutku geli seperti digelitiki. Kontan penghuni studio menoleh dan mendelik risih padaku. Sebetulnya isi pesan itu tidak ada yang lucu, isinya hanya kalimat-kalimat kekesalan.

Tapi bagiku ini lucu. Kepalaku langsung berimajinasi bagaimana raut rupa orang itu saat mengirimi aku pesan. Ah, aku merindukannya. Sudah dua hari aku tak melihat rupanya.

"Kamu sehat, Sen?" tanya Bening, temanku yang juga berada di studio. Aku menoleh seraya mengangguk.

"Bikin kaget aja kamu, Sen! Aku kira digodain  hantu cantik studio ini." Ashwyn menimpali.

Aku tergelak oleh ucapan kedua temanku itu. Tidak salah sih, aku memang sudah dibuat kehilangan akal sehat sepertinya oleh barisan kalimat kesal itu.

"Ndak kok! Hantu cantiknya malu mau deketin aku," jawabku jenaka. Bening dan Ashwyn kontan mencibir dan lagi-lagi membuatku tertawa.

"Sinting kamu, Sen!" cela Ashwyn.

Aku tak mengindahkan celaan Ashwyn. Yang aku lakukan sekarang, membereskan barang-barang dan bangkit dari dudukku. Berniat untuk pergi.

"Ning, Whyn. Aku pergi duluan, ya." Aku berpamitan pada mereka, lalu melenggang segera pergi.

"Ya, nanti kalau sudah waras baru balik lagi."

Aku menoleh seraya tertawa oleh candaan Bening. Aku mengangguk menanggapinya.

Baru tanganku akan meraih knop pintu, pintu sudah dibuka dahulu dari luar. Aku mundur sedikit agar wajahku tidak mencium permukaan pintu.

"Aplikasi chat kamu itu asrama putri apa olshop sih?! Chatku sampai tenggelam dan ndak kamu baca sama sekali!"

Baru mulutku terbuka akan menyapa, ternyata aku kalah cepat oleh omelan dari gadis cerewet dengan surai hitam panjang sedikit bergelombang yang baru saja membuka pintu studio. Seulas kurva aku sunggingkan. Rupanya begitu menggemaskan ketika kesal seperti ini.

"Apa kabar, Cantik?" tanyaku yang dihadiahi dengusan darinya.

"Kamu itu--tau ah nyebelin!"

Aku tergelak ketika gadis cerewet ini semakin geram padaku.

"Abis seminar?" tanyaku lagi, seraya memperhatikan penampilan gadis cerewet dihadapanku.

Gadis di depanku sekarang memang selalu diundang untuk mengisi acara-acara seminar tentang teater dan seni. Bangga sekali rasanya aku.

Gadis itu mengangguk menanggapi pertanyaanku.

"Udah makan?"

Gadis itu menggeleng.

Aku tersenyum. "Ya udah, nanti lagi marah-marahnya. Sekarang kita cari makan dulu," kataku seraya menggandeng tangannya. Ia tidak menolak aku gandeng, padahal sedang marah.

Kudengar ia berdecak. Tapi aku hanya tertawa kecil dan mulai melangkahkan kakiku menuju tempat parkir.

Gadis cerewet dengan surai panjang yang sedang kugandeng ini, namanya Shanin. Arunika Shanin Pramada. Ia pacarku. Gadis cerewet yang kusukai, selain ibuku tentunya. Sudah hampir satu tahun dia menyandang gelar sebagai pacarku dan hanya dia yang bertahan dengan sikapku yang menyebalkan ini. Ya, aku mengakui kalau aku ini menyebalkan.

N I S K A L A || Huang Renjun ✔Where stories live. Discover now